Pages

Pages

Saturday, June 15, 2013

Makalah Analisis Zat Aktif Dalam Sediaan Gel Natrium Diklofenak - Analisis Farmasi




  1. Pendahuluan.
         Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli (FI IV, hal 7).
     Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan

Syarat-syarat sediaan gel :
1. Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada permukaan kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan
3. Memiliki derajat kejernihan tinggi (efek estetika)
4. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti film saat pemakaian
5. Mudah tercucikan dengan air
6. Daya lubrikasi tinggi
7. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan
(Formularium Nasional, hal 315).



  1. Monografi




Natrium diklofenak mengandung tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari ekuivalen dari 101.0% natrium2-[(2,6-diklorofenil)amino]fenil]asetat, dihitung dengan pembanding substansi kering.

Pemerian: Berwarna putih atau sedikit kekuningan, serbuk kristal, sedikit higroskopik, mudah larut dalam air, larut dalam metanol, larut  dalam alkohol, sedikit larut dalam aseton, tidak larut dalam eter.
Titik lebur: 280oC
Khasiat dan kegunaan: Analgesik; antiinflamasi.

                     

  1. Prosedur
Penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan
     Sebanyak 100 mg gel diencerkan dengan menggunakan dapar fosfat ph 7,4 dalam labu takar hingga volume 50 mL. Larutan tersebut diukur serapannya dengan spektrofotometer ultra violet pada panjang gelombang 277 nm.

Pengukuran panjang gelombang absorpsi maksimum di dalam larutan dapar fosfat ph 7,4
     Larutan natrium diklofenak dibuat dengan konsentrasi 10ug/mL di dalam larutan dapar fosfat pH 7,4. Serapan larutan tersebut diukur pada panjang gelombang 200-400 nm dengan alat spektrofotometer ultra violet (Dibbern, 1980).

Pembuatan kurva kalibrasi di dalam larutan dapar fosfat ph 7,4
     Dibuat larutan natrium diklofenak dengan konsentrasi 1mg/mL di dalam larutan dapar fosfat pH 7,4. Dari larutan tersebut diambil 2,5 mL larutan lalu diencerkan hingga 50 mL dan diperoleh larutan stok dengan konsentrasi 50 ug/mL. Dari larutan stok diambil berturut-turut 0,5; 2,5; 5,0; 7,5; 10; 12,5 dan 15,0 mL larutan kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL dan digenapkan hingga volume 25 mL dengan larutan dapar fosfat pH 7,4. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 1; 5; 15; 20; 25 dan 30 ug/mL. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang yang sesuai dengan hasil pengukuran panjang gelombang maksimum.

Pembuatan cairan penerima
      Dibuat cairan penerima berupa larutan dapar fosfat pH 7,4 dengan cara mencampurkan 500 mL larutan kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dan 391 mL larutan natrium hidroksida 0,1 N. Larutan digenapkan dengan air suling bebas karbondioksida hingga tepat 1 L.

Pembuatan membran buatan
     Kertas Whatman no.1 dibacam dengan cairan Spangler. Komposisi cairan Spangler : minyak kelapa 15%, asam oleat 15%, vaselin putih 15%, kolesterol 5%, asam stearat 5%, skualen 5%, parafin cair 10%, asam palmitat 10% dan minyak zaitun 20%. Seluruh bahan dileburkan diawali dengan bahan bertitik lebur tertinggi. Kertas Whatman ditimbang, direndam dalam cairan Spangler selama 15 menit. Kertas diangkat dan diletakkkan diantara 2 kertas saring agar cairan Spangler terhisap. Membran buatan yang telah siap, ditimbang untuk mengetahui jumlah cairan yang diserap. Jumlah cairan yang terserap dihitung dengan rumus :
Persentase cairan Spangler terserap = [(W1 - W0) / W0] x 100%, dengan W0 adalah berat membran sebelum dibacam dan W1 adalah berat membran sesudah dibacam.
Membran memenuhi syarat uji keseragaman membran jika persentase cairan Spangler terserap antara 102,19-131,22 % (Wirawan, 1993).

Pengujian difusi dari sediaan semisolida
      Sediaan sebanyak 2 g ditimbang dan diratakan pada pelat sel difusi kemudian ditutup dengan membran Spangler. Hindari masuknya udara. Jepit membran dengan cincin penjepit. Larutan dapar pH 7,4 disiapkan sebagai cairan penerima. Luas permukaan difusi membran adalah 2.545 cm2. Sambungan antara kompartemen donor dan reseptor dipasang. Pada sambungan dioleskan vaselin agar tidak terjadi kebocoran.
     Ke dalam kompartemen reseptor dimasukkan 200 mL larutan dapar fosfat pH 7,4 Kedua kompartemen ditutup dan diaduk dengan kecepatan 40 ppm. Sel difusi dimasukkan ke dalam tangas air 37o C, kemudian diamati selama 4 jam. Dilakukan pengambilan sampel dari kompartemen reseptor pada waktu 5, 15, 30, 45, 60, 75, 90, 120, 150, 180, 210, 240 menit sebanyak 10 mL. Larutan tersebut digantikan dengan 10 mL larutan dapar pH 7,4. Serapan larutan natrium diklofenak diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang yang diperoleh dari penentuan panjang gelombang maksimum. Koreksi dilakukan dengan penggunaan larutan dapar pH 7,4 sebagai blangko. Dibuat kurva hubungan antara persentase natrium diklofenak yang berdifusi dari sediaan terhadap waktu (Wirawan, 1993).



  1.  Evaluasi Sediaan Gel
Penentuan mutu fisik sediaan.
Penentuan mutu fisik sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis (bentuk, warna, bau, tekstur), pengukuran pH, viskositas, uji daya sebar dan aseptabilitas. Pengamatan dilakukan pada hari ke 3, 30, 40, 50 dan 60 setelah pembuatan.

Pemeriksaan Organoleptis.
Masing-masing sediaan gel diamati secara visual, meliputi pemeriksaan bentuk, warna dan bau.

Pengukuran pH.
Sediaan (4 gram) terlebih dahulu diencerkan dengan air suling bebas CO2 sampai 40 ml, kemudian dilakukan pengukuran pada rentang suhu 28,0–30,8 0C.

Pengukuran Viskositas.
Dilakukan pada suhu 29.10C .

Uji Daya Sebar.
Dilakukan terhadap 200 mg sediaan, diletakkan di atas lempeng kaca yang bagian bawahnya ditempeli kertas millimeter berdiameter 20 cm. Tutup dengan kaca penutup (tebal 2 mm dan berat 469,5 g) serta diatasnya diberi beban.

Meliputi kesan pada saat pemakaian (kelembutan, kemudahan diratakan dan sensasi dingin), kesan sesudah pemakaian (kekeringan kulit) dan kemudahan dibersihkan, dilakukan dengan cara mengoleskan dan meratakan sediaan gel pada permukaan kulit lengan bawah 10 responden wanita berusia antara 20-30 tahun.  

Pengukuran intensitas echo gelombang ultrasonik sediaan gel
Pengukuran intensitas echo gelombang ultrasonik terhadap sediaan gel dilakukan dengan metode Ultrasonic flawdetection (pulse echo) dengan frekuensi 4 MHz dan kabel penghubung, serta blok kalibrasi baja karbon dengan ketebalan 25 mm. Setelah alat dinyalakan, dipilih menu untuk mengatur cepat rambat gelombang suara sesuai dengan lempeng logam yang digunakan (5890 m/s). Sediaan gel (2 gram) diletakkan di atas permukaan blok kalibrasi, kemudian diratakan. Transducer diletakkan di atas sediaan uji, kemudian digerakkan dengan tekanan yang konstan. Amplitudo yang menyatakan kekuatan echo gelombang ultrasonik diatur sampai ketinggian mencapai 80% FSH (skala maksimum) dengan cara mengatur tombol gain. Kemudian nilai gain (amplifikasi) pada alat dicatat.

Uji Homogenitas Sediaan Gel Natrium Diklofenak.
Pengukuran homogenitas natrium diklofenak dilakukan dengan cara menimbang sediaan sebanyak 125,0 mg di tiga titik yang berbeda pada sediaan gel natrium diklofenak, kemudian dilarutkan dalam metanol 5,0 mL, kemudian di tambahkan dengan aqua bebas CO2 ad 25,0 mL dalam labu ukur, kocok 40 kali. Pipet 10,0 mL larutan natrium diklofenak dalam aqua bebas CO2, tambahkan dengan aqua bebas CO2 ad 25 mL dalam labu ukur, kocok 40 kali. Lalu larutan tersebut dipipet 5,0 mL tambahkan dengan aqua bebas CO2 ad 10 mL dan dikocok. Kemudian disaring menggunakan membran filter ukuran 0,45 μm. Diamati serapannya pada panjang gelombang maksimum natrium diklofenak. Sediaan dikatakan homogen jika memiliki KV < 6%.

Penentuan Laju Pelepasan Natrium diklofenak dari Sediaan Gel.
Alat dan perlengkapan pengujian laju pelepasan dari sediaan gel yang digunakan adalah apparatus5-paddle over disk, dilengkapi dengan sel difusi. Sebagai media disolusi digunakan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 dan sebagai membran digunakan selofan. Gambar dan alat dapat dilihat pada gambar 1.


Gambar 1. Apparatus 5-paddle over disk
(The United States Pharmacopeia Convention, Inc., 2002)

Keterangan Gambar :
A :Bejana yang berisi larutan media
B : Paddle (pengaduk) yang diatur kecepatannya
C : Jarak antara ujung paddle dengan membran difusi
D : Sel difusi yang berisi sediaan
E : Termometer
F : Tabung untuk mengambil cuplikan


      Sel difusi berbentuk silinder pipih (gambar 2). Tempat penampung gel mempunyai garis tengah 2,9 cm dengan ketebalan 0,4 cm. Sel difusi yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana pada alat uji pelepasan yang berisi larutan dapar fosfat salin dengan pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 mL. Suhu percobaan diatur pada 37°C ± 0,5°C. Paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm dan segera dicatat sebagai waktu ke nol. Pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360 diambil cuplikan sebanyak 5,0 mL. Setiap cuplikan yang diambil diganti larutan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah yang sama. Cuplikan tersebut kemudian diamati serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 275 nm. Konsentrasi natrium diklofenak dalam cuplikan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi kurva baku natrium diklofenak dalam dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 yaitu y = 0,03093x – 0,00202.

Untuk memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media pelepasan, kadar terukur dikoreksi dengan persamaan Wurster :
Keterangan :
Cn : Kadar sebenarnya setelah dikoreksi (ppm).
C’n : Kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sampel yang terbaca pada spektrofotometer) dalam ppm.
Cs : Kadar terbaca dari sampel sebelumnya.
a : Volume sampel yang diambil.
B : Volume media.

Penentuan Jumlah kumulatif Natrium diklofenak.
Penentuan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas dari basis per satuan luas membran tiap waktu (μg/mL), dihitung dari konsentrasi yang diperoleh setiap waktu (μg/mL) ditambah dengan faktor koreksi Wurster lalu dikalikan dengan jumlah media (500 mL) kemudian dibagi luas permukaan membran. Kemudian dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif diklofenak yang lepas (μg/cm2) terhadap akar waktu.

Penentuan Kecepatan Pelepasan (fluks) Natrium Diklofenak dari Basis Gel.
Dari kurva yang dihasilkan antara jumlah kumulatif diklofenak yang lepas (μg/cm2) vs akar waktu jika mengikuti persamaan linier maka fluks ditentukan dengan menghitung slope dari persamaan garis linier.




DAFTAR PUSTAKA


Anggraeni, Y., et al. 2012. KARAKTERISTIK SEDIAAN DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SISTEM NIOSOM DENGAN BASIS GEL CARBOMER 940
Depkes RI.1995. FarmakopeIndonesia Ed. IV. Depkes RI. Jakarta
Depkes RI.1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Depkes RI. Jakarta
Dibbern, H. W., 1980, UV and IR Spectra of Some Important Drugs, 1st ed., Editio Carbor, Aulendorf, 771
Mohammed, F. A., 2000, Topical Permeation Characteristics of Diclofenac Sodium from NaCMC Gels in Comparison with Conventional Gel Formulations, J. PubMed, Indexed for Medline

Erawati, Tristiana. 2005. Pengaruh Jenis Basis Gel dan Penambahan NaCl (0.5% b/b) terhadap Intensitas Echo Gelombang Ultrasonik Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan USG (Acoustic Coupling Agent)

Utomo, F. S., 2001, Studi Mekanisme Absorpsi dan Kecepatan Difusi Natrium diklofenak pada pH 3,0 , 3,8 dan 4,5, Tugas Akhir Sarjana Farmasi, Departemen Farmasi, FMIPA, ITB, Bandung, 20

Wirawan, T., 1993, Pengaruh pH dan Tween 80 Terhadap Laju Difusi Natrium diklofenak Melalui Membran yang Dibacam dengan Larutan Spangler, Tugas Akhir Sarjana Farmasi, Departemen Farmasi, FMIPA, ITB, Bandung, 18-22