Pages

Pages

Tuesday, July 9, 2013

LAPORAN FORMULASI TABLET VITAMIN B6(Pyridoxine Hidrochloride) DENGAN METODE GRANULASI BASAH | Teknologi Formulasi Sediaan Solida


FORMULASI TABLET VITAMIN B6(Pyridoxine Hidrochloride) DENGAN METODE GRANULASI BASAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Formulasi bentuk sediaan tablet banyak digunakan dalam kehidupan kefarmasian mulai dari tablet biasa, tablet salut gula, maupun tablet salut selaput atau salut film. Sifat fisikokimia zat aktiflah yang akan sangat mempengaruhi bentuk sediaan tablet seperti apa yang akan dibuat. Dalam laporan praktikum ini kami khusus membahas masalah pembuatan tablet biasa tanpa penyalut pada umumnya, dengan berbagai uji evaluasinya, baik uji evaluasi granul maupun uji evaluasi tablet. Terutama bagaimana proses pembuatannya baik secara teori maupun praktiknya yang dapat dilakukan di laboratorium dan di pabrik-pabrik obat tentunya. Tablet dapat dengan mudah dibuat bila kita telah melakukan pengkajian praformulasi tablet terlebih dulu.
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa aditif yang sesuai. Berbagai tablet bervariasi dalam hal bentuk, ukuran dan bobotnya tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemberian yang diinginkan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai metode, antara lain: metode cetak langsung, granulasi basah, granulasi kering atau kombinasinya.
Bentuk sediaan tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling umum dan paling banyak beredar di masyarakat.

1.2  Tujuan Praktikum
1.2.1 Tujuan Umum
-     Dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi sediaan padat dalam bentuk tablet menggunakan metoda granulasi basah dan granulasi kering.
      1.2.2 Tujuan Khusus
-     Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (vitamin B6) yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan tablet.
-     Mampu menentukan metoda pembuatan dan pemilihan bahan tambahan berdasarkan kajian praformulasi bahan aktif yaitu vitamin B6.
-     Mampu menghitung jumlah bahan yang akan digunakan dalam pembuatan satu batch.
-     Mampu melakukan evaluasi tablet dan menganalisa penyimpangan yang terjadi selama pembuatan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Teori Dasar Tablet
Definisi Tablet
1.      Farmakope Indonesia Edisi III 1979
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secaraa kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata aatau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
2.      Lampiran Kemenkes RI No.661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional
Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk lain, kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari sediaan gelenik dengan atau bahan tambahan.
3.      Farmakope Edisi  IV 1995
Tablet adalah sedian padat yang mengandung bahan obat denagn atau tanpa bahan pengisi. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran bentuk dan penandaan permukaan tergantung desain cetakan.
Ada beberapa alasan kenapa suatu bahan aktif dibuat dalam bentuk sediaan tablet. Alasan pemilihan bentuk sediaan tablet berhubunan dengan kelebihan-kelebihannya.
Kelebihan Bentuk Sediaan Tablet:
1.      Takaran obat/ bahan aktif cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet
2.      Dapat menutupi rasa yang pahit, atau kurang enak jika dibandingkan dengan jenis sediaan serbuk dan cairan.
3.      Dapat dibuat sesuai unkuran dosis yang diperlukan dan vriabilitas kandungan paling rendah
4.       Umumnya lebih stabil dibandingkan sediaan cair
5.      Lebih menguntungkan dalam distribusi, mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim
6.      Memungkinkan untuk dibuat tanda pengenal produk pada tablet, dengan cara membuat permukaan cetak timbul
7.      Memungkinkan dibuat dengan profil pelepasan diusus atau produk lepas lambat.
Kekurangan Bentuk Sediaan Tablet:
1.      Beberapa zat aktif tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak
2.      Zat aktif sukar terbasahi, lambat melarut, dosis tinggi sehingga sulit diformulasi untuk memberikan dosis seperti yang diharapkan
3.      Zat aktif yang rasanya pahit atau tidak enak, baunya tidak enak, atau obat peka terhadaap oksige atau kelembapan udara sehingga tidak bias angsung dikempa
4.      Sukar diberikan pada anak-anak penderita yang sulit menelan
Jenis tablet dapat dibedakan berdasarkan:
·         Bentuknya
·         Ukurannya
·         Cara pembuatannya dan tujuan khusus
·         Cara pemakaiannya
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan. Bentuk tablet bermacam-macam: bulat,oval, tabung, dll., sesuai dengan desain cetaknya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, kaplet merupakan salah satu dari bentuk tablet. Tablet selain yang berukuran umum, juga dikenal bolus yaitu tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya hewan besar.
Berdasarkan cara penggunaan dikenal:

1.      Tablet vaginal. Digunakan pada vagina. Biasanya mengandung bahan aktif sebagai antiinfeksi, antifungi, atau penggunaan hormone secara local.
2.    Lozenges, trochisi. Digunakan dengan cara dihisap. Untuk memberikan efek local padaa mulut dan tenggorokan. Umumnya menngandung bahan aktif yang digunakan sebagaai antiinfeksi.
3.      Tablet bukal. Digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga mulut. Absorpsi terjadi di dalam mukosa mulut, masuk ke dalam peredaran darah. Biasanya berisi hormone steroid.
4.      Tablet sublingual. Digunakan dengan cara dimasukkan di bawah lidah, darah. Biasanya berisi hormone steroid.
5.      Tablet implantasi. Digunakan dengan cara implantasi dalam kulit. Bentuk pellet, bulat atau oval pipih. Harus steril.
6.      Tablet efferfesen. Penggunaan dengan cara dilarutkan dalam air atau didispersikan dalam air atau didispersikandalam air sebelum pemberian.
7.      Tablet kunyah. Dimaksudkan untuk dikunyah, member residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan, dan tdak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak terutama formulasi multivitamin, antasida, dan antibiotika tertentu. Jenis tablet ini juga digunakan untuk penderita yang mengalami kesulitan menelan. Tablet bukal dan sublingual juga dapat digunakan untuk bahan aktif  yang mengalami peruraian dalam asam lambung atau enzim pencernaan.
Berdasarkan  cara pembuatan dan tujuan khusus, dikenal:
1.      Tablet salut gula (drage). Merupakan tablet salut gula. Dibuat dengan tujuan khusus, diantaranya menutupi rasa dan bau yang tidak enak, melindungi bahan aktif dari pengaruh luar,meningkatkan penampilan, dsb.
2.      Tablet salut enteric. Merupakan tablet salut film. Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enteric, yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati lambung
3.      Tablet lepas lambat. Merupakan tablet salut film. Tablet lepas lambat dibuat sedemikian sehingga zat aktif akan tersedia dalam jangka waktu tertentu setelah obatdiberikan. Istilah efek diperpanjang, efek pengulangan, dan lepas lambat telah digunakan untuk menyatakan sediaan tersebut.
Formulasi Tablet
Komposisi umum tablet, secara umum terdiri dari:
·         Bahan aktif (active ingredients)
·         Bahan pembantu (nonactive ingredients/ excipients)
·               Bahan Aktif
Adalah bahan yang diharapkan memberikan efek terapetik atau efek lain yang diharapkan.
Bahan aktif  yang digunakan secara peroral / lewat  mulut dibagi menjadi 2 katagori, yaitu:
1.      Bahan aktif tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada saluran pencernaan. Contoh : antasida dan absorben
2.      Bahan aktif larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik dengan cara terdisolusi/ terlarut dalam usus dan selanjutnya terabsorpsi
·               Bahan Pembantu
Adalah bahan yang ditambahkan agar bahan aktif dapat dibuat menjadi bentuk tablet dan memenuhi karakteristik yang diharapkan.
Sevara umum bahan pembantu (excipients) terbagi atas enam katagori utama:
·         Bahan pengisi (diluents). Kandungan bahan aktif dalam tablet berkisar 0,05-70% dari bobot total tablet. Jika kandungan bahan aktif cukup tinggi, mungkin diperlukan pengisi dalam jumlah kecil atau bahkan tidak diperlukan sama sekali. Pengisi diperlukan jika kandungan zat/ bahan aktif tidak cukup untuk membuat tablet dengan ukuran yang sesuai. Selain itu pengisi juga ditamabahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dicetak atau untuk memperbaiki aliran.
Kriteria  bahan pengisi, yaitu:
a.       Tidak bersifat tosik dan dapat memenuhi peraturan dari negara dimana produk akan dipasarkan
b.      Bersifat inert/ netral
c.       Kompatible dengan bahan aktif maupun dengan bahan pembantu lain
d.      Harus stabil secara fisik dan kimia, baik denagn bahan aktif maupun dengan bahan pembantu lain
e.       Bebas dari kontaminasi mikroba
f.        Harus color compatible ( tidak mengganggu warna)
Beberapa bahan pengisi yang umum digunakan:
a.       Laktosa (lactose)
b.      Pati (starch)
c.       Selulosa mikrokristal (microcrystalline cellulose)
d.      Kalium fosfat dibasa dihidrat (dibasic calcium phosphate dehydrate)
e.       Kalsium fosfat dihidrat  (calcium sulfate dehydrate)
f.       Mannitol
g.      Sorbitol
h.      Sukrosa
i.        Dekstrosa
·         Bahan pengikat (binders). Pengikat ditambahkan dalam formulasi tablet untuk memberikan atau menambah daya kohesi serbuk atau untuk membebtuk ikatan granul,sehingga jika dipadatkan akan membentuk massa yang saling melekat. Pemilihan bahan pengikat pada dasarnya tergantung pada daya kohesi (daya ikatan) yang diinginkan untuk membentuk granul dan bahan pengikat tersebut harus compatible dengan bahan lainnya khususnya bahan aktif. Pengikat sebaiknya memenuhi criteria, sebagai berikut:
v  Mudah larut (dalam keadaan dingin), sehingga pelarut yang diperlukan minimal
v  Tidak higroskopis
v  Viskositas sekecil mungkin
v  Mudah membasahi campuran bahan
Penambahan bahan pengikat dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung sifat baahan aktif dan sifat daari bahan pengikat itu sendiri.
a.       Penambahan bahan pngikat dalam bentuk larutan atau dispersi dalam air
Untuk bahan aktif yang stabil terhadap pengaruh lembab dan panas. Bahan pengikat biasanya merupakan bahan yang mudah mengembang bila didispersikan kedalam air. Bentuk bahan pengikat seperti ini biasanya sebagai sirup atau muchilago. Konsentrasi bahan pengikat disesuaikan daya kohesi yang diinginkan.
b.      Penambahan bahan pengikat dalam bentuk kering. Untuk bahan aktif yang tidak stabil terhadap pengaruh lembab dan panas. Umumnya berbentuk granul, sifat alir baik. Umumnya digunakan untuk tablet cetak langsung. Juga dapat berfungsi sebagai pengisi, penghancur, kadang-kadang lubrikan. Contoh: laktosa spray-dried, avicel
c.       Penambahan bahan pengikat dalam bentuk kering atau larutan. Bahan pengikat ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic. Contoh: polyvinyl pyrolidon (PVP). Penambahan bahan pengikat ini dapat dilakukan dalam bentuk larutan atau dalam bentuk kedalam campuran, kemudian diaktifkan dengan penambahan pelarut. Perbedaan bahan pengikat yang digunakan dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada kecepatan pengeringan, lama pengeringan, dan kelembapan pada granul. Penambahan gahan pengikat dalam bebtuk larutan akan memberikan daya ikat yang kuat dibandingkan penambahan dalam bentuk kering, kemudian diaktifkan dengan pelarut air atau pelarut organic. Penambahan bahan pengikat dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan granul yang dihasilkan terlalu keras sehingga memerlukan tekaanan yang besar untuk pencetakannya. Selain itu pada pengayakan granul kering akan diddapatkan serbuk halus (fines) yang besar daan sifat alir granul kurang baik.
Beberapa bahan pengikat yang umum digunakan:
a)      Gom arab (acacia)
b)      Tragakan (tragacant)
c)      Sukrosa (sucrose)
d)     Glukosa (glucose)
e)      Gelatin
f)       Pati (starch)
g)      Selulose
h)      Polyvinyl pyrolidon / PVP
i)        Polymehacrylates
j)        HPMC
k)      Hydroxypropylcellulose
l)        Ethylcellulose
m)    Pregelatinized starch

·         Bahan pelicin (lubricants, glidants, antiadherents). Bahan pelicin atau pelincir yang digunakan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam campuran sebelum atau sesudah granulasi, untuk mengatasi masalah saat pencetakan, yaitu:
ü  Aliran granul yang kurang baik
ü  Lengketnya masa cetak pada permukaan punc dan dies
ü   Gesekan sisi tablet dengan dinding ruang cetak tablet
Sesuai fungsinya, bahan pelicin (pelincir) dapat dibagi menjadi:
·            Lubrikan, yaitu zat yang berfungsi untuk mengurangi/mencegah gesekan antara 2 permukaan yang relative bergerak, seperti penolakan tablet dari ruang cetakan tablet. Dan dapat membantu aliran granul dalam hopper.
·            Antiadherent, berfungsi sebagai mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada permukaan punch.
·            Glidant, berfungsi untuk memperbaiki sifat karakteristik aliran granul dengan memperkecil gesekan-gesekan sesama partikel.

BAB III
PRAFORMULASI

3.1 Tinjauan Pustaka Zat Aktif
            Nama Zat Aktif          : Vitamin B6/Piridoksina Hidroklorida
            Rumus molekul           : C8H11NO3,HCl
            Berat molekul              : 205,64
-     Sifat organoleptis
Bentuk      : Hablur/ serbuk hablur
Warna        : Putih atau tidak berwarna
Bau            : Tidak berbau
Rasa          : Asin
-     Sifat dalam Larutan
Kelarutan dalam air           : Larut dalam 5 bagian air (mudah larut)
Kelarutan dalam alkohol    : Larut dalam 100 sampai 115 bagian etanol 95%
-     Stabilitas
Ketahanan terhadap cahaya          : Tidak stabil terhadap cahaya
Stabilitas terhadap pemanasan      : Titik lebur 202º-206ºC (Martindale)
Stabilitas dalam air                        : Stabil terhadap air
Stabilitas pH                                 : 5 % larutan dalam air memiliki pH 2,3-3,5
-     Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
-     Sifat Farmakologi
Indikasi                            : Pada keadaan defisiensi, mual-muntah, depresi disebabkan oleh pil anti hamil, kekurangan serotonin di otak akibat , metabolisme triptofan yang meningkat. Dalam megadose, zat ini dianjurkan pula atas dasar empiris pada banyak penyakit lain, misalnya premenstrual sindrom, schizofrenia, autismo dan hiperkinesa. Sedangkan pada anak-anak, digunakan pada dermatitis atropis dan asma berat.
Dosis Lazim Dewasa        : - Profilaksis : 1 × P = 1-2 mg
  - Terapi        : 1 × P = 5-150 mg
Cara penggunaan             : Oral, inj.intravena, inj.intramuskular.
Efek samping                    : Jarang terjadi dan berupa reaksi alergi. Penggunaan lama lebih dari 500 mg/hari dapat mencetuskan ataxia dan neuropati serius begitu pula dengan dosis tinggi dari 2-6 gr sehari.
OTT                                   : Vitamin B6 OTT dengan larutan basa, garam besi dan larutan pengoksidasi.

3.2  Tinjauan Pustaka Bahan Tambahan
1.      Gom Arab
Nama Lain               : Gom akasia
a.       Organoleptis      
Bentuk               : Butir, bentuk bulat atau bulat telur.
Warna                 : Putih sampai putih kekuningan.
Bau                     : Hampir tidak berbau
Rasa                   : Tawar seperti lendir
b.      Sifat Kimia
Berat molekul     : sekitar 240.000 – 580.000
Kadar                 : 10-25% sebagai pengikat dalam bentuk mucilago
pH                      : 4,5 – 5
Kelarutan           : - mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
     tembus cahaya.
  - Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P
c.       Penggunaan        : pengikat tablet (binder)
d.      OTT                    : Amidopyrine, cresol, etanol 95 %, fenol, morfin, tanin, vanilin,
   Thymol, ferric acid, physostigmin.
e.    Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik

2.      Amilum
Nama Lain               : Pati
a.       Organoleptis      
Bentuk               : Serbuk sangat halus.
Warna                 : Putih.
Bau                     : Tidak berbau.
Rasa                   : Tidak berasa.
b.      Sifat Kimia
Rumus Molekul : ( C6H10O­6 )n
Kadar                 : 5 - 20% sebagai penghancur
pH                      : 5,5 - 6,5
Kelarutan           : - Praktis tidak larut dalam air dingin
                             - Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
c.       Penggunaan        : Penghancur tablet (disintegrant)
d.      OTT                    : -
e.       Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.

3.      Laktosa
Nama Lain               : Saccharum lactis
a.       Organoleptis      
Bentuk               : Serbuk hablur
Warna                 : Putih
Bau                     : Tidak berbau
Rasa                   : Agak manis
b.      Sifat Kimia
Rumus Molekul : C12H22O11. H2O
Berat molekul     : 360,31
Kadar                 : q.s untuk pengisi tablet
pH                      : pH larutan 10 % b/v 4.0 – 6.5
Kelarutan           :  - Larut dalam 6 bagian air
-    Larut dalam 1 bagian air mendidih
-     Sukar larut dalam etanol ( 95 % ) P
-     Praktis tidak larut dalam kloroform P
-     Praktis tidak larut dalam eter P
c.       Penggunaan        : Pengisi tablet
d.      OTT                    : Bereaksi dengan senyawa yang memiliki gugus amin, akan menghasilkan produk berwarna coklat
e.    Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik

4.      Talk
Nama Lain               : Talcum
a.       Organoleptis
Bentuk               : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
  bebas dari butiran.
Warna                 : Putih atau putih kelabu
Bau                     : Tidak berbau
Rasa                   : Tidak berasa
b.      Sifat Kimia
Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Kadar                 : 1 – 5 % sebagai antiadheren dan glidant
pH                      : 6,5 - 10
Kelarutan           : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
e.       Penggunaan        : Antiadheren dan Glidant
f.       OTT                    : Senyawa ammonium kuartener
e.    Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik.

5.      Mg Stearat
Nama Lain               : Magnesii Stearas
a.       Organoleptis
Bentuk               : Serbuk halus, licin dan mudah melekat pada kulit
Warna                 : Putih
Bau                     : Lemah khas
b.      Sifat Kimia
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat molekul     : 591,27
Kadar                 : 0,25 – 5% sebagai lubrikant
Kelarutan           :  - Praktis tidak larut dalam air
-     Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
-     Praktis tidak larut dalam eter P
c.       Penggunaan        : lubrikan
d.      OTT                    : Asam kuat, alkalis dan garam besi
e.    Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik.


3.3  Rancangan Formulasi
Akan dibuat tablet Vitamin B6 dengan zat aktif sebanyak 20 mg dan bobot satu tablet dibuat 300 mg. Pembuatan satu batch sebanyak 250 tablet. Metode
Dalam pembuatan tablet ini diperlukan bahan-bahan tambahan yang terdiri dari:
-  Bahan Pengisi                     : Laktosa
-  Bahan Penghancur             : Amilum kering
-  Bahan Pengikat                  : Mucilago gom
- Lubrikant                            : Mg Stearat
- Antiadheren dan glidant     : Talk


3.4 Alasan Pemilihan Bahan
No
Masalah
Diinginkan
Alternatif
Pemecahan
Pilihan
Alasan/
keterangan
1
-  Ukuran dosis yang bervariasi dalam berbagai macam penggunaan.
-  Sediaan yang mudah digunakan dan mempunyai banyak keuntungan.
-  Dosis yang tepat dan mencapai efek terapi.
-  Konsumen dimudahkan dalam penggunaanya
Dibuat sediaan:
-          Tablet
-          Kapsul
Tablet
Pembagian dosis akan lebih mudah dan jauh lebih tepat, mudah dalam menggunakannya.
2
Zat aktif memiliki sifat alir yang baik dan tahan terhadap pemansan maupun air.
Dibuat dengan metode yang sesuai, sehingga dihasilkan tablet dengan stabilitas yang baik.
Dibuat dengan metode:
-          Cetak langsung
-          Granulasi basah
-          Granulasi kering
Granulasi Basah
Zat aktif tahan terhadap air dan pemanasan.
Dengan metode ini tablet diharapkan memiliki daya ikat (kompresibilitas) yang tinggi.
3
Bobot zat aktif dalam 1x dosis terlalu kecil untuk dibentuk dan dibuat bulk.
Bobot yang diinginkan untuk 1 tablet adalah 300 mg.
Ditambahkan pengisi:
-          Amilum
-          laktosa
Laktosa
Untuk memenuhi bobot tablet yang diinginkan, selain itu laktosa memiliki rasa yang agak manis sehingga diharapkan dapat menutupi rasa zat aktif yang asin. Dan laktosa tidak OTT dengan zat aktif maupun komponen tambahan lainnya.
4
Daya kohesi (kekompakan) serbuk vitamin B6 kurang baik dan sediaan akan dibuat dengan metode granulasi, sehingga ikatan antar granul sangat diperlukan.
Tablet yang memiliki daya kohesi yang tinggi untuk membentuk ikatan granul sehingga pada saat dipadatkan membentuk massa yang saling melekat.
Ditambahkan pengikat:
-          pasta amilum
-          mucilago gom arab
Mucilago gom arab
-  Natural, telah lama digunakan sebagai pengikat, memiliki daya ikat yang baik
-  Tablet yang dihasilkan cukup keras
-  Tidak OTT dengan zat lain.
5
Sediaan tablet sukar untuk segera hancur ketika kontak dengan cairan lambung
Sediaan tablet yang mudah pecah menjadi granul  ketika berkontak dengan cairan pada saluran cerna, sehingga terjadi pelepasan zat aktif.
Ditambahkan penghancur:
-          Amilum Kering
-          Na alginat
Amilum Kering
Amilum telah sering digunakan sebagai penghancur dan mempunyai daya hancur yang baik serta tidak OTT dengan komponen lainnya.
6
Massa cetak kemungkinan lengket pada permukaan punch dan die karena pengeringan yang kurang sempurna.
Massa cetak tidak lengket pada permukaan punch dan die sehingga dihasilkan tablet yang sempurna, tidak mudah terjadi  sticking.
Ditambahkan antiadherent:
-          talk
-          avicel

Talk
Dengan talk massa cetak tidak lengket pada punch dan die (mengurangi adhesi antara punch dan die). Dan  talk dapat pula dipakai sebagai glidant yang dapat memperbaiki karakteristik aliran granul dari hopper ke ruang die, dan glidant dengan aliran garanul yang baik distribusi ukuran partikel dapat merata.
7
Kemungkinan tablet sulit dikeluarkan dari ruang die dan terjadi gesekan antara punch dan die yang dapat menyebabkan bentuk tablet yang tidak rata.
Tablet mudah dikeluarkan dari ruang die dalam bentuk tablet utuh.
Ditambahkan lubrikan:
-          Mg stearat
-          Na Stearat
Mg stearat
Mg stearat dan talk merupakan kombinasi yang baik sebagai pelincir dalam tablet.


BAB IV
FORMULASI TABLET

4.1 Formula Tablet
       Formula 1 tablet vitamin B6 (300 mg):

FD : 92%
R/  Vitamin B6                  20 mg                                     20 mg
Mucilago gom arab           20%                                           60 mg
Amilum                             10%                                        30 mg
Laktosa                              qs                                          166 mg

FL : 8
Amilum                             5%                                         15 mg
Talk                                   2%                                            6 mg
Mg stearat                         1%                                             3 mg

Ket:     FD = Fase dalam
            FL = Fase Luar


            4.1.1 Rencana Pemakaian Bahan
No
Komponen/ fungsi bahan
Nama bahan
Rencana Pemakaian Bahan
% Lazim
% Pakai
1 Tablet
(300 mg)
Batch
(250 tablet)
1
Zat Aktif
Vitamin B6
5-150 mg
20 mg
20 mg
5 gr
2
Pengikat
Mucilago gom arab
10-25%
20%
60 mg
15 gr
3
Penghancur
Amilum;
- penghancur dalam
- penghancur luar
5-20%
15%
10%

5%
45 mg
30 mg

15 mg
11,25 gr

4
Pengisi
Laktosa
-
Qs
166 mg
41,5 gr
5
Antiadherent
dan glidant
Talk
1-5%
2%
6 mg
1,5 gr
6
Lubrikan
Mg stearat
0,25-5%
1%
3 mg
0,135 gr


4.2 Materi dan Metode
            4.2.1 Alat dan Bahan
Bahan
©    Vitamin B6                       5 gr
©    Gom arab                          6 gr
©    Laktosa                             41,5 gr
©    Amilum kering                  11,25 gr          
©    Talkum                              1,5 gr
©    Mg Stearat                        0,135 gr
©    Aquadest                           9 ml
Alat
©    Timbangan analitik            1 buah
©    Gelas Ukur 10 ml              1 buah
©    Gelas ukur  50 ml              1 buah
©    Kertas perkamen               secukupnya
©    Mortar dan stamfer           1 set
©    Baskom                             1 buah
©    Kantong plastik                 secukupnya
©    Spatula                              2 buah
©    Sudip                                 1 buah
©    Oven                                 1 buah
©    Corong                              1 buah
©    Statip                                 1 buah
©    Penggaris                           1 buah
©    Sieving analyzer                1 buah
©    Moisturizer tester              1 buah
©    Pencetak tablet                  1 buah
©    Friabilator              1 buah
©    Disintegration tester          1 buah

            4.2.2 Prosedur Kerja
©    Mucilago gom dibuat dengan cara mencampurkan  6 gr gom arab dengan 9 gr (9 ml) air digerus dalam mortar hingga terbentuk mucilago.
R/ mucilago gom arab
Gom Arab                               40%  X 15 gr = 6 gram
Aquadest                                 60%  X 15 gr = 9 gram
©    Seluruh fasa dalam dicampur (vitamin B6, amilum, laktosa) kecuali mucilago gom dalam wadah terpisah. Mucilago gom sebagai bahan pengikat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran sampai terbentuk massa yang mudah dikepal dan mudah dipatahkan, sisa mucilago gom ditimbang, berat mucilago gom yang digunakan dihitung.
©    Massa basah diayak dengan ayakan 16 mesh, granul diuji sifat alir, kompresibilitas, kadar air dan distribusi ukuran partikelnya.Kemudian dikeringkan di dalam oven (40-50 0C) selama 4-6 jam
©    Granul kering diayak dengan ayakan 18 mesh dan hasilnya ditimbang serta diuji kembali  sifat alir, kompresibilitas, kadar air dan distribusi ukuran partikelnya.
©    Granul kering yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam kantung plastik dan ditambahkan fasa luar (amilum, talk, Mg stearat). Kantung dikocok dengan kuat selama 5-15 menit.
©    Set punch dan dies dengan bobot 1 tablet 327 mg dan massa siap dicetak.
©    Tablet yang dihasilkan dievaluasi menurut standar Farmakope Indonesia.


n  Setelah dilakukan proses pembuatan tablet, seluruh masa mucilago gom terpakai yaitu sebanyak 60 mg. Jadi, rencana formula tetap,
R/        Vitamin B6                 5 gr
            Mucilago gom             15 gr
            Amilum Kering           7,5 gr
            Laktosa                       41,5 gr   +
                                                69 gram untuk 250 tablet

n  Dan setelah dilakukan proses pengeringan didapat berat granul kering sebanyak 50 gr dengan kadar air 2,7 %, maka terjadi perubahan jumlah tablet yang dihasilkan yaitu:

Granul kering tanpa air (kadar air 0 %) = 92/100 × 50 gr =  46 gr
Jumlah tablet = 46 gr/69 gr × 250 tablet = 166  tablet

Maka jumlah fasa luar yang ditambahkan menjadi:
Amilum           : 5/100 × 100/92 × 50 gr = 2,717 gr
Talk                 : 2/100 × 100/92 × 50 gr = 1,087 gr
Mg stearat       : 1/100 × 100/92 × 50 gr = 0,543 gr  +
Total fasa luar                                         =  4,347 gr

Jadi, jumlah massa cetak         = 50 gram + 4,347 gram = 54,35 gram
Bobot 1 tablet                         = 54,35 :  166 tablet = 0,327 gram = 327 mg


4.3 Rancangan Produk
Nama Produk
Pyridoxal tablet
Bentuk sediaan
Tablet
Bahan aktif
Piridoksin HCl (Vitamin B6)
Kemasan
-
Dosis
Tiap tablet mengandung   20  mg piridoksin HCl
Pemeriksaan
Spesifikasi
Warna
Putih kekuningan
Rasa
Manis atau hampir tidak berasa
Bentuk
Tablet
Absorpsi
Mudah terdisolusi dalam saluran cerna
Penandaan
Lingkaran berwarna hijau dengan garis tepe berwarna hitam, karena zat aktif termasuk golongan obat bebas.
Brosur
(terlampir)
Kemasan
Dalam botol, dengan kardus.



BAB V
EVALUASI GRANUL

Evaluasi yang dilakukan pada massa granul meliputi:
5.1 Uji kadar air dan kelembapan
Dari hasil praktikum, pengujian kadar air dengan menggunakan moisturizer tester pada granul yang telah dikeringkan didapat kadar air sebesar 2,7%.
Kadar air normal pada granul kering sebesar 2 – 5%.

5.2 Uji kompresibilitas
Setelah melalui pengujian dengan memasukan semua granul pada gelas ukur lalu diketuk-ketukan hingga masa menyusut, diukur volume sebelum dan sesudah pengetukan. Dari hasil pengujian ini didapat hasil:
-            Volume sebelum (Do) = 87 ml
-            Volume sesudah (Df) = 80 ml
% Kompresibilitas =      87  X 100% = 8,045 %
                                                     

5.3 Uji sifat alir
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengalirkan granul pada corong kemudian ditentukan waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir dan tan α dari puncak granul yang terbentuk. Dari pengujian ini didapat hasil,
Tan α =   2h     =  2 (2,6)  =  0,55
                d           9,3
tan α  = 29,2  (sudut henti)
Bila sudut henti dibawah atau sama dengan 30 0, maka granul dapat mengalir dengan bebas, jika lebih besar atau sama dengan 40 0 maka daya alirnya kurang baik.
Dengan sudut henti 29,2 maka sifat aliran dari granul ialah mengalir dengan baik.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 50 gram granul ialah 8 detik, maka laju alir dari granul ini adalah 6,25 gram/detik.

5.4 Uji distribusi ukuran partikel
Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan sieving analyzer, namun hal ini tidak dilakukan dalam praktikum. Dengan pengujian distribusi ukuran partikel akan diketahui jumlah granul dan fine yang ada, jumlah fine dan jumlah granul ini akan mempengaruhi pada proses pencetakan.


BAB VI
EVALUASI TABLET

6.1 Penampilan
            Tablet diamati secara visual, meliputi warna (homogenitas), bentuk tablet bundar secara merata atau tidak, kehalusan baik permukaan atas dan bawah maupun sisi-sisi nya.

6.2 Keseragaman Bobot
            Diambil sebanyak 20 buah tablet secara random dari jumlah tablet yang ada, tablet ditimbang satu persatu dan harus mengikuti persyaratan Farmakope Indonesia yaitu:
Bobot rata-rata (mg)
Deviasi maksimum (%)
2 Tablet
1 Tablet
2 mg atau kurang
15
30
25 – 150 mg
10
20
151 – 300 mg
7,5
15
> 300 mg
5
10
           
            Dari hasil penimbangan 20 tablet:
No
Bobot Tablet



-            Bobot total 20 tablet = 6,737 gram.

-            Bobot rata – rata tablet = 6,737 : 20 = 0,3368 gram.



-            % standar deviasi = [(Berat tablet – Berat tablet rata - rata) : Berat tablet rata – rata] X 100%.
 Standar Deviasi
1
0,3442
2%
2
0,3399
1%
3
0,3437
2%
4
0,3243
3,7%
5
0,3474
2%
6
0,3406
1%
7
0,3318
1,5%
8
0,3340
0,8%
9
0,3359
0,3%
10
0,3374
0,2%
11
0,3347
0,6%
12
0,3340
0,8%
13
0,3356
0,35%
14
0,3472
3%
15
0,3346
0,65%
16
0,3284
2%
17
0,3430
1%
18
0,3252
3%
19
0,3380
0,35%
20
0,3366
0,05%

            Dari hasil penimbangan dan perhitungan % standar deviasi yang kemudian dikorelasikan dengan persyaratan keseragaman bobot yang disyaratkan FI edisi III, untuk tablet dengan berat diatas 300 mg yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya  ≥ 5%, dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot  rata – ratanya lebih dari 10%. Pada tabel hasil pengujian, tidak ada tablet yang menunjukan penyimpangan dari bobot rata – rata dan persyaratan yang disyaratkan oleh FI III.

6.3 Keregasan/Friabilitas
            Pengujian keregasan dilakukan dengan alat friabilator.
            Dilakukan terhadap 20 buah tablet yang dipilih secara random. Diuji dengan friabilator dengan 20 kali bantingan.
Berat total tablet sebelum diuji = 6,737 gram
Berat total tablet setelah pengujian = 6,7082 gram
            Friabilitas ditentukan dengan persamaan:
Friabilitas = Berat total tablet sebelum diuji - Berat total tablet setelah pengujian    X 100%
                                                Berat total tablet setelah pengujian

  Friabilitas =    6,737 gram – 6,7082 gram      X 100%  = 0,429%
                                                6,7082 gram
           
            Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5%-1% masih dapat dibenarkan. Tablet yang dihasilkan telah memenuhi uji keregasan.

6.4 Waktu Hancur
            Pengujian ini menggunakan alat disintegration tester, sebanyak 6 tablet dimasukan kedalam tabung yang ada pada alat, tabung digerakan dengan gerakan naik turun. Kondisi ini dilakukan hingga semua tablet larut. Waktu yang dibutuhkan hingga semua tablet larut dapat dikorelasikan sebagai waktu yang dibutuhkan tablet untuk melarut dalam tubuh.
            Waktu hancur tablet vitamin B6 adalah 14 menit 59 detik.
            Menurut Farmakope III, untuk tablet tidak bersalut akan hancur dengan sempurna dalam waktu 15 menit. Untuk tablet Vitamin B6 waktu hancurnya tidak lebih dari 30 menit. Jadi, tablet yang telah dibuat memenuhi standar waktu hancur.

6.5 Diameter dan Ketebalan Tablet
            Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Hanya saja uji ini tidak dilakukan. Farmakope mensyaratkan untuk diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet. Diuji pada 20 tablet yang diambil dengan metode random.

6.6 Kekerasan
            Diuji dengan alat hardness tester. Diukur terhadap luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilogram. Hanya saja uji ini tidak dilakukan pada praktikkum kali ini.

6.7 Disolusi
            Uji untuk mengetahui waktu tablet mulai larut dan kadar zat aktif mencapai puncak, yang menggambarkan proses disolusi dalam saluran cerna yang diuji secara invitro. Alat yang digunakan untuk menguji laju disolusi ini dengan menggunakan dissolution tester. Pengujian ini tidak dilakuakan pada praktikum kali ini.



BAB VII
PROSEDUR TETAP DAN INSTRUKSI KERJA

7.1 Prosedur Tetap
PROSEDUR TETAP PEMBUATAN SEDIAAN
TABLET PIRIDOKSIN HCl
Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
Penanggung jawab
Prosedur
Kelompok 3
I.  Rencana produksi
Membuat/memproduksi tablet Vitamin B6

Kelompok 3
II. Kegiatan produksi

Penimbangan
-          Menyiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam penimbangan sesuai dengan instruksi kerja no.1.
-          Melakukan penimbangan bahan sesuai dengan formula yang telah disetujui pembimbing.

Pencampuran dan Penghalusan
-          Menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pencampuran dan penghalusan serbuk
-          Mencampurkan dan menghaluskan bahan-bahan fase dalam hingga diperoleh massa granul sesuai dengan instruksi kerja no.2


Pemeriksa parameter pada granul
-          Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada pemeriksaan granul
-          Memeriksa beberapa parameter pada granul sesuai dengan instruksi kerja no.3

Penambahan fase luar
-          Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penambahan fase luar pada granul
-          Menambahkan fase luar pada masa granul sesuai dengan instruksi kerja no.4

Pemeriksa parameter pada granul
-          Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada pemeriksaan granul
-          Memeriksa beberapa parameter pada granul sesuai dengan instruksi kerja no.5

Pencetakan
-          Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada pencetakan tablet
-          Melakukan pencetakan tablet sesuai dengan instruksi kerja no.6

Pengevaluasian tablet
-          Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pengevaluasian tablet
-          Melakukan pengevaluasian tablet jadi sesuai instruksi kerja no.7

h.      Pengemasan dan penyerahan produk jadi
-          Mengemas dan menyerahkan produk jadi, yang telah siap dipasarkan kepada dosen pembimbing untuk selanjutnya dievaluasi.
-          Melakukan pengemasan dan penyerahan produk jadi sesuai dengan instruksi kerja no.8


7.2 Instruksi Kerja
INSTRUKSI KERJA
PENIMBANGAN

Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :     1

Tujuan
Untuk memperoleh/mendapatkan bahan-bahan yang akan dibuat dalam jumlah tertentu baik zat aktif maupun zat tambahan sesuai dengan yang diperlukan pada formulasi

Bahan
Zat aktif                 : Vitamin B6
Pengikat                 : Mucilago gom arab
Penghancur            : Amilum kering
Pengisi                   : Laktosa
Pelicin                    : Talcum dan Mg Stearat             

Alat
-     Timbangan
-     Spatula
-     Kertas perkamen
-     Kaca arloji
-     Sendok porcelain
-     Gelas ukur

No
Cara kerja
Operator
Spv

1.
Kaca arloji sebagai wadah bahan yang telah ditimbang diberi label sebagai penanda

2
Bahan yang digunakan ditimbang sesuai kebutuhan untuk pembuatan 250 tablet, yaitu
- Vitamin B6        : 5 gram
- Gom arab             : 6 gram
- Air untuk gom     : 9 ml
- Amilum               : 10,5 gram
- Talkum                : 1,2 gram
- Mg stearat            : 0,6 gram
- Laktosa                : 41,5 gram




INSTRUKSI KERJA
PENGHALUSAN DAN PENCAMPURAN
Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :
Tujuan
Untuk memperoleh/mendapatkan bahan-bahan tercampur dengan sempurna (homogen) antara zat aktif dan bahan pembantu lainnya
Bahan
Zat aktif                 : Vitamin B6
Pengikat                 : Mucilago gom arab
Penghancur dalam : Amilum kering
Pengisi                   : Laktosa
Alat
-     Wadah untuk pencampuran
-     Sarung tangan
-     Lumpang dan alu
-     Sudip
No
Cara kerja
Operator
Spv
1.
Gom arab dibuat mucilago terlebih dahulu, dengan menghaluskan gom dengan air untuk gom, dalam lumpang. (massa 1)
2.
Vitamin B6, amilum kering, dan laktosa dicampurkan dalam baskom, aduk dan haluskan hingga terbentuk campuran yang homogen. (massa 2)
3.
Tambahkan mucilago gom (massa 1) kedalam massa 2 sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga didapat massa yang dapat dikepal dan mudah dipatahkan (terurai menjadi granul-granul yang cukup besar) (massa 3), hitung mucilago yang terpakai.
4.
Massa 3 diayak dengan pengayak mesh 16, granul basah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu ± 400-500 C, selama semalaman.
5.
Granul diayak dengan ayakan mesh 18 dan hasilnya ditimbang.







INSTRUKSI KERJA
PENGUKURAN PARAMETER GRANUL
Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :     
Tujuan
Untuk memperoleh/mendapatkan granul yang memiliki karakteristik yang baik sehingga tablet yang dihasilkan memiliki karakteristik yang baik pula.
Bahan
Granul kering             
Alat
-     Timbangan
-     Spatula
-     Kertas perkamen
-     Sendok porcelain
-     Gelas ukur
-     Corong
-     Statif
-     Penggaris
-     Sieving analyzer
-     Moisturizer tester
No
Cara kerja
Operator
Spv
1.
Pengujian;
-     Kadar air, sebanyak ± 1gram granul ditempatkan dalam piring analisis kadar air, ditempatkan dalam moisturizer tester maka akan terbaca kadar air yang terkandung dalam granul. Kadar air normal adalah sekitar 2-5%.
2.
-     Sifat alir, sebanyak 50 gram granul ditempat dalam corong yang ditempatkan pada statif. Lubang bawah corong dibuka dan dihitung waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir hingga habis. Ukur tinggi puncak dan diameter puncak, tentukan tan α. Jika tan α (sudut henti) berada pada 24-45 maka sifat aliran granul dapat mengalir dengan baik.
3.
-     Kompresibilitas, granul dimasukkan dalam gelas ukur, amati volumenya. Ketuk-ketukan gelas ukur selama ± 2 menit, amati volume setelah pengetukan. Hitung persen kompresibilitas dari granul. Kompresibilitas yang baik yaitu kurang dari 10%.
4.
-     Distribusi ukuran partikel,granul ditempatkan pada ayakan teratas pada sieving analyzer, sehingga pada hasil akhir dapat ditentukan  










INSTRUKSI KERJA
PENAMBAHAN FASA LUAR

Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :  

Tujuan
Untuk memperoleh/mendapatkan granul yang telah terlapisi oleh fase luar

Bahan
Granul yang telah diuji
Penghancur   luar   : Amilum kering
Pelicin                    : Talcum dan Mg Stearat             

Alat
-     Kantong plastic

No
Cara kerja
Operator
Spv

1.
Granul yang telah diuji dimasukan kedalam kantong plastik yang didalamnya telah terdapat campuran fasa luar.

2.
Kocok kantong plastik selama ± 10 menit.












INSTRUKSI KERJA
PENGUKURAN PARAMETER GRANUL
Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :
Tujuan
Untuk memperoleh/mendapatkan granul yang memiliki karakteristik yang baik sehingga tablet yang dihasilkan memiliki karakteristik yang baik pula.
Bahan
Granul kering             
Alat
-     Timbangan
-     Spatula
-     Kertas perkamen
-     Sendok porcelain
-     Gelas ukur
-     Corong
-     Statif
-     Penggaris
-     Sieving analyzer
-     Moisturizer tester
No
Cara kerja
Operator
Spv
1.
Pengujian;
-     Kadar air, sebanyak ± 1gram granul ditempatkan dalam piring analisis kadar air, ditempatkan dalam moisturizer tester maka akan terbaca kadar air yang terkandung dalam granul. Kadar air normal adalah sekitar 2-5%.
2.
-     Sifat alir, sebanyak 50 gram granul ditempat dalam corong yang ditempatkan pada statif. Lubang bawah corong dibuka dan dihitung waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir hingga habis. Ukur tinggi puncak dan diameter puncak, tentukan tan α. Jika tan α (sudut henti) berada pada 24-45 maka sifat aliran granul dapat mengalir dengan baik.
3.
-     Kompresibilitas, granul dimasukkan dalam gelas ukur, amati volumenya. Ketuk-ketukan gelas ukur selama ± 2 menit, amati volume setelah pengetukan. Hitung persen kompresibilitas dari granul. Kompresibilitas yang baik yaitu kurang dari 10%.
4.
-     Distribusi ukuran partikel,granul ditempatkan pada ayakan teratas pada sieving analyzer, sehingga pada hasil akhir dapat ditentukan  









INSTRUKSI KERJA
PENCETAKAN

Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :  

Tujuan
Untuk memperoleh/mendapatkan tablet yang kompak setelah dicetak

Bahan
Granul ditambah fasa luar yang telah diuji dan siap dicetak

Alat
-  cetakan tablet

No
Cara kerja
Operator
Spv

1.
Set pencetak tablet, sesuaikan ukuran punch dan die dengan ukuran yang diinginkan

2.
Granul yang telah diuji dimasukan kedalam hopper, nyalakan mesin tablet atau dijalankan secara manual.

3.
Kumpulkan tablet yang telah dicetak untuk selanjutnya dievaluasi.





INSTRUKSI KERJA
PENGEVALUASIAN TABLET
Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :    
Tujuan
Untuk memperoleh/mendapatkan tablet yang sesuai atau yang memiliki kriteria sesuai dengan yang disyaratkan dalam Farmakope Indonesia
Bahan
Tablet vitamin B6
Alat
-     timbangan analitik
-     kertas perkamen
-     friabilator
-     hardness tester
-     disintegration tester
-     jangka sorong
-     alat uji disolusi
No
Cara kerja
Operator
Spv
1.
Pengujian;
-     Uji Penampilan, tablet dilihat dari segi penampilan nya diamati secara visual seperti, kehomogenitasan warnanya, bentuknya (bundar, kemulusan permukaan), dan hasil pencetakan nya.
2.
-     Uji keseragaman bobot, sebanyak 20 tablet ditimbang kemudian dihitung rata-rata berat tablet tersebut dan tentukan standar deviasinya.
3.
-     Uji keseragaman ukuran, sebanyak 20 tablet diukur diameter dan ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.
4.
-     Uji friabilitas, sebanyak 20 tablet yang sebelumnya telah ditimbang, dimasukan kedalam friabilator dan diuji dengan 25 bantingan atau dilakukan selama 4 menit. Kemudian tablet ditimbang kembali dan tentukan friabilitas (keregasan) dari tablet tersebut.
5.
-     Uji waktu hancur, sebanyak 6 buah tablet dimasukan dalam disintegration taster dan alat dijalankan selama ±15 menit. Untuk tablet tidak bersalut waktu hancur tidak lebih dari 15 menit dan untuk tablet salut gula/salut selaput tidak lebih dari 60 menit.
6.
-     Uji kekerasan, dilakukan dengan alat hardness tester, tablet dijepit dengan alat tersebut kemudian ditekan dan dilihat pada skala seberapa besar beban yang telah diberikan untuk menghancurkan tablet tersebut.
7.
-     Uji disolusi, tablet dimasukan kedalam tabung uji disolusi baik dengan metode dayung maupun metode keranjang dan diputar dengan kecepatan tertentu sehingga didapat profil disolusi   tablet secara invitro.
8.
-     Uji keseragaman kandungan, uji ini dilakukan jika tablet mengandung zat aktif kurang dari 5 mg, pengujian dilakukan terhadap 10 buah tablet.


INSTRUKSI KERJA
PENGEMASAN DAN PENYERAHAN PRODUK JADI
Disusun oleh
Tgl.
Diperiksa Oleh
Tgl.
Disetujui Oleh
Tgl.
No :    
Tujuan
Memperoleh/mendapatkan produk jadi yang sudah dikemas dan siap dipasarkan, serta diserahkan kepada pengawas untuk selamjutnya dievaluasi dan dinilai.
Bahan
Tablet vitamin B6
Alat
-     wadah (pot)
-     etiket produk
-     kemasan produk
-     brosur produk
No
Cara kerja
Operator
Spv
1.
Tablet dimasukan kedalam pot dan diberikan etiket.
2.
Mengemas sediaan yang sudah jadi kedalam kemasan disertai dengan brosurnya.
3.
Produk jadi diserahkan kepada pengawas.



7.3 Plan Of Action
No
Hari
Waktu
Kegiatan
Tempat
Pelaksana
Paraf
1


Persiapan Alat dan Bahan
2
Penimbangan Bahan
3
Pencampuran dan Penghalusan Fasa dalam tablet
4


Pemeriksaan karakteristik granul kering
5



Penambahan fasa luar
6
Pencetakan tablet
7


Evaluasi Tablet
8


Penyerahan produk jadi




BAB VIII
PEMBAHASAN

Pada praktikum teknologi sediaan padat ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat memformulasikan tablet dengan zat aktif yang telah ditentukan oleh dosen. Zat aktif yang diberikan adalah vitamin B6 atau piridoksin HCl, vitamin B6 dengan sifat-sifatnya seperti tahan terhadap panas, tahan terhadap air dan memiliki sifat aliran yang baik. Dengan melihat karakteristik dari vitamin B6 ini, vitamin B6 dapat dibuat dengan 2 pilihan metode pembuatan tablet yakni granulasi basah dan cetak langsung, granulasi basah dapat dilakukan jika zat aktif tahan terhadap pemanasan dan air sedangkan cetak langsung dapat dilakukan jika zat aktif mempunyai sifat alir yang baik. Karena vitamin B6 ini dapat dibuat dengan kedua metode tersebut diputuskan untuk dibuat dengan metode granulasi basah, dengan granulasi basah tablet yang dihasilkan akan lebih kuat karena penambahan zat pengikat dalam bentuk mucilago, pengikat bentuk ini memiliki daya kohesi yang kuat untuk menyatukan serbuk-serbuk tablet dan membentuk ikatan  granul-granul sehingga terbentuk tablet yang memiliki kekompakan yang tinggi. Dengan kekompakan tablet yang tinggi menjadikan tablet tidak mudah pecah, rapuh, ataupun retak.
Formula yang dibuat untuk tablet vitamin B6 ini dengan melihat sifat-sifat dari zat aktif maka dibuat formulasi dengan zat tambahan sebagai pengikat adalah mucilago gom arab, dengan pertimbangan bahwa gom arab akan memberikan daya ikat yang kuat untuk serbuk ataupun granul, terutama jika dalam bentuk mucilago. Gom arab pun telah lama digunakan sebagai komponen pengikat dan tablet yang dihasilkannya pun cukup keras. Namun, gom arab pun memiliki kekurangan karena berasal dari alam adanya kemungkinan kontaminasi mikroba pada tablet. Mucilago gom arab tetap dipilih karena melihat berbagai keuntungan – keuntungannya jika dibandingkan kekurangannya, kelemahan gom arab ini dapat diatasi dengan penambahan pengawet. Perbedaan dalam penggunaan zat pengikat akan memberikan pengaruh pada kekerasan tablet, pengeringan granul, dan kelembapan granul.
Komponen tambahan lainnya adalah zat pengisi (diluent), diluent yang dipilih adalah laktosa, karena laktosa biasa digunakan, tidak OTT dengan komponen lain terutama zat aktif dan harganya murah. Pengisi ini biasa digunakan jika kandunagan zat aktif tidak cukup untuk membuat tablet dengan ukuran yang sesuai selain itu pengisi juga dapat meningkatkan daya kohesi antar serbuk dan dapat memperbaiki sifat alir granul dalam hopper. Jika kandungan zat aktif cukup tinggi, mungkin dibutuhkan pengisi yang sedikit atau bahkan tidak dibutuhkan sama sekali. Tablet yang dibuat dengan penggunaan laktosa menunjukan laju pelepasan zat aktif yang baik, granul yang dihasilkan akan cepat kering (terutama jika menggunakan lactosa spray-dried) dan menunjukan waktu hancur yang bagus.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah komponen penghancur tablet. Zat ini ditambahkan untuk meningkatkan daya hancur dan disolusi dari tablet, pada proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah zat penghancur ditambahkan pada saat proses granulasi dan setelah proses ini. Ketika tablet dikonsumsi, tablet kemudian akan berkontak dengan cairan dalam saluran pencernaan, dengan adanya komponen penghancur, tablet akan mengembang dan selanjutnya pecah menjadi granul-granul, kondisi ini karena pengaruh penghancur luar, selanjutnya granul-granul pecah menjadi fines dengan adanya penghancur dalam. Hal ini sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan pelepasan zat aktif. Waktu hancur dari tablet menjadi bertahap sehingga kadar zat aktif dalam darah dapat dikontrol dan tidak langsung memberikan konsentrasi yang maksimal karena dikhawatirkan akan mencapai efek toksik. Komponen penghancur yang kami gunakan dalam formulasi adalah amilum kering, karena amilum kering sudah sangat sering digunakan sebagai penghancur, karena dapat menunjukan proses penghancuran yang bertahap, dan tidak OTT dengan komponen lain. Saat praktikum pembuatan tablet, terdapat kekeliruan dalam penambahan komponen penghancur yaitu yang digunakan adalah amilum biasa dengan kadar air yang cukup tinggi, bukan amilum kering memiliki nama lain explotab. Dengan kekeliruan ini akan berpengaruh terhadap kondisi tablet terutama dalam hal waktu hancur. Waktu hancur akan lebih lambat karena amilum yang digunakan mengandung sedikit air sehingga amilum ini akan terikat kuat dengan komponen yang lain, dan tidak segera pecah ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan.
Komponen selanjutnya adalah pelicin, pelicin ini ditambahkan setelah proses granulasi untuk mengatasi hal-hal yang biasa terjadi pada proses pencetakan seperti aliran yang kurang baik yang dapat berpengaruh pada keseragaman bobot tablet, massa cetak dapat menempel pada dinding punch maupun die ini akan berpengaruh pada penampilan tablet dalam hal bentuk dan akan timbul masalah pada tablet yaitu sticking dan picking, atau terjadi gesekan sisi tablet dengan dinding ruang cetak tablet. Menurut fungsinya pelincir dapat dikategorikan menjadi 3 macam yaitu, lubrikan yang dapat bekerja dengan mengurangi gesekan antara dua permukaan yang relatif bergerak yaitu punch dan die, dengan adanya lubrikan ini membuat punch dan die lebih mudah dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk yang baik. Lubrikan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat merupakan lubrikant yang tidak larut air, karena akan lebih efektif tetapi memiliki kekurangan akan menambah lama waktu hancur dari tablet, lubrikant pun dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet sehingga kekerasan tablet dapat berkurang, hal ini efektif untuk mengurangi kekerasan tablet karena penggunaan pengikat mucilago gom arab. Jenis pelincin yang lain adalah antiadherent dan glidant, antiadherent berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada permukaan punch, dan glidant mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul. Komponen yang digunakan sebagai antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidant adalah talkum, talkum biasa digunakan sebagai komponen ini, tidak OTT dengan komponen lain, dan sebagai glidant akan menutupi permukaan partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang dihasilkan dapat dengan mudah dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan memiliki bentuk sempurna. Penambahan komponen pelicin ini dilakukan sesaat sebelum pencetakan, karena jika ditambahkan sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup lama atau  melalui pengocokan yang terlalu lama, pelicin yang bersifat hidrofob akan menutupi seluruh permukaan granul sehingga setelah dicetak dan dilakukan uji waktu hancur akan didapat waktu yang terlalu lama karena granul yang telah menjadi tablet akan semakin sulit untuk dibasahi.
Setelah dilakukan proses pencampuran dan granulasi didapat massa granul yang harus dievaluasi karakteristiknya, seperti pengujian kompresibilitas, sifat alir, distribusi ukuran partikel dan kadar air.
Pengujian kadar air ini dilakukan dengan alat moisturizer tester, yang dapat mengukur kadar air yang terkandung dalam granul dengan mengeringkan granul yang diuji, dari hasil pengujian didapat kadar air 2,7% dan termasuk kadar air dalam range normal. Kadar air yang dapat terkandung dalam granul 2-5%, jika kadar air terlalu tinggi pada granul dapat dikeringkan kembali dan jika kadar air terlalu rendah dapat ditambahkan lagi pengikat. Jika kadar air terlalu tinggi pada granul dapat menyebabkan massa granul menempel cetakan punch dan jika terlalu rendah kadar airnya dapat menyebabkan tablet mengalami capping dan lamination yaitu terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah. Jadi, kadar ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap stabilitas dari tablet maupun granul.
Pengujian yang kedua yaitu kompresibilitas. Pengujian ini menentukan kerapatan dari granul yang sudah terbentuk, kerapatan ini akan berpengaruh pada saat pengempaan tablet dan kemampuan tablet untuk tetap kompak setelah dilakukan pencetakan. Hal ini berkaitan dengan distribusi ukuran partikel, yaitu penyebaran yang rata antara jumlah fines dan granul jika terlalu banyak granul maka setelah dikempa tablet kurang kekuatannya, begitu pula jika terlalu banyak fines. Jika jumlah fines yang ada dapat menutupi rongga-rongga yang terbentuk oleh adanya granul maka tablet akan memiliki kompresibilitas yang tinggi dengan daya ikat antar partikel yang kuat. Untuk distribusi ukuran partikel pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan alat sieving analyzer, dengan alat ini dapat diketahui distribusi dari setiap fines dan granul yang ada. % kompresibilitas yang didapat dari hasil pengujian adalah 8,045%, pengujian distribusi ukuran partikel tidak dilakukan pada praktikum ini.
Pengujian selanjutnya adalah laju alir dari granul. Laju alir ini berpengaruh pada aliran granul pada hopper yang dapat menyebabkan adanya perbedaan pada keseragaman kandungan zat aktif dan perbedaan pada bobot tablet yang dihasilkan. Laju alir ini njuga dipengaruhi oleh banyaknya granul atau fines yang ada. Dari hasil pengujian ini didapat laju alir tablet sebesar 6,25 gram/detik dengan laju alir yang baik karena sudut henti yang dihasilkan dibawah 300 yaitu 29,20.
Setelah granul yang diuji tidak terjadi penyimpangan maka tahap selanjutnya adalah tahap pencetakan. Massa granul dimasukan kedalam hopper pada alat pencetak tablet untuk selanjutnya dicetak. Dari hasil pencetakan didapatkan tablet sebanyak 116 tablet hal ini sangat jauh dari perhitungan yang seharusnya menghasilkan 166 tablet, massa granul yang hilanh ini diperkirakan terbuang saat proses pencetakan, tertinggal dalam cetakan dan sisa granul yang ada yang sudah tidak bisa lagi untuk dicetak.
Tablet yang sudah jadi dilakukan pengujian/evaluasi yang meliputi, pengujian penampilan, tablet diamati secara visual apakah ada tablet yang tidak rata bentuknya atau terdapat retakan-retakan pada tablet. Pengujian selanjutnya adalah keseragaman bobot, dengan cara 20 buah tablet sebagai sampling dan timbang satu persatu yang kemudian didapat bobot rata-rata tablet yaitu 0,3368 gram dari rencana pembuatan sebesar 300 mg tiap tablet. Dan setelah dihitung standar deviasinya atau penyimpangannya, tidak ada tablet yang penyimpangannya lebih besar dari 5% jadi tablet yang dihasilkan telah memenuhi uji keseragaman bobot.
Uji selanjutnya yakni uji keregasan tablet, dengan menggunakan alat friabilator. Tablet yang diuji sebanyak 20 tablet sebagai sampling. Tablet dimasukan kedalam alat dan alat diputar hingga 20 x bantingan, kemudian dihitung massa tablet sebelum dan sesudah dilakukan pengujian. Persentase dari uji ini didapat 0,429%, nilai ini masih dapat dibenarkan dan tablet tidak terlalu regas, dan memenuhi standar. Keregasan ini berkaitan dengan kekuatan tablet pada saat pembuatan, pengepakan dan pendistribusian. Keregasan sangat berkaitan erat dengan kekerasan tablet, pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan alat hardness tester, namun sayangnya pengujian ini tidak dilakukan. Kekerasan tablet akan sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan disolusi dari tablet, jika tablet terlalu keras maka waktu hancur dan disolusinya meningkat, sehingga pelepasan zat aktif tidak segera dan dikhawatirkan jika pelepasannya terlalu lama dapat menyebabkan konsentrasi untuk mencapai efek terapi tidak tercapai.
Pengujian waktu hancur menggunakan alat disintegration tester, sebanyak 6 buah tablet sebagai sampling diuji dengan alat ini, waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk hancur selama 14 menit 59 detik, waktu ini memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam FI III. Waktu hancur tablet ini sangat dipengaruhi oleh penghancur yang digunakan dan kekuatan ikatan antara partikel pada tablet. Pengujian lainnya yaitu laju disolusi dari tablet namun pengujian ini tidak dilakukan. Laju disolusi ini menggambarkan waktu yang dibutuhkan tablet untuk melarut dan melepaskan komponen zat aktif yang selanjutnya diabsorpsi oleh tubuh untuk selanjutnya didistribusikan untuk mencapai efektor.
Pengujian tablet yang lain adalah pengujian keseragaman kandungan zat aktif, uji ini dilakukan terutama untuk kandungan zat aktif dibawah 5 mg. Keseragaman ukuran, uji ini dilakuakn dengan mengukur diameter dan tinggi tablet dengan menggunakan jangka sorong, dengan syarat diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.
Formula ini telah diujikan dan dibuat serta menghasilkan granul dan  tablet yang menunjukan hasil evaluasi baik. Kekurangan hanya terjadi karena menggunakan amilum biasa bukan amilum kering. Tablet akan memiliki bentuk yang lebih baik (mulus) jika dicetak dengan mesin yang dijalankan dengan listrik bukan dengan tangan.


BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan        
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
-     Pada pengkajian praformulasi, kita dapat mengetahui secara jelas sifat dan karakteristik vitamin B6 sebagai bahan aktif dan beberapa bahan tambahan yang digunakan sehingga dapat menghasilkan tablet yang kompak dan bagus baik secara fisik maupun kimia.
-     Metode pembuatan tablet vitamin B6 dapat dilakukan dengan cara granulasi basah maupun dengan metode cetak langsung. Karena berdasarkan kajian praformulasi vitamin B6 memiliki sifat tahan terhadap air dan pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik.
-     Hasil evaluasi tablet vitamin B6 yang kami buat adalah sebagai berikut :
a.  Penampilan tablet: bentuk bundar, warna putih susu, permukaan rata dan sedikit  licin dan cetakan garis tengah patah.
b. Keregasan (friabilitas) 0,429 %  (ideal kurang dari 1 %).
c. Keseragaman bobot zat aktif dalam 1 tablet adalah 336,8 mg.
d. Waktu hancur 14 menit 59 detik (syarat FI untuk tablet vitamin B6 tidak lebih dari 30      menit).
e. Kompresibilitas 8 % (Syarat FI 5-15%)

9.2 Saran
            Formulasi tablet vitamin B6 yang kami buat sudah sangat baik, bila dilihat dari hasil uji evaluasi tablet yang kami lakukan sehingga tidak perlu mengalami perubahan dalam formulasinya. Demikian pula pada metode pembutannya, metode granulasi basah sangat tepat untuk pembuatan tablet vitamin B6. Sehingga tablet kami dapat lansung diproduksi dan diedarkan ke pasaran.

                                     

DAFTAR PUSTAKA

 Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.
 Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi.Edisi IV. Jakarta : UI press.
 Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress.
 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem Kosong Anem.
Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen Kesehatan RI.
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition. London : The Pharmaseutical Press.
Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia.
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994.  Handbook of Pharmaseutical Exipients. Second edition. Washington : American Pharmaseutical Association


Source : http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com