More Text

Unordered List

Unordered List

BTricks

BThemes

Powered by Blogger.

Saturday, June 15, 2013

Laporan Praktikum Analisis Kadar SGOT - Biokimia Klinik






I.                   Tujuan
1.      Melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui pemeriksaan Glutamat Oxaloacetate Transaminase (GOT)
2.      Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

II.                Prinsip
Glutamat oxaloasetat transaminase atau aspartat transaminase (ASAT) mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartat ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan L-glutamat. Kemudian Laktat dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat menjadi L-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+

Reaksi :





III.             Teori Dasar

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan perut). Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai tiga perempat bagian  dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan gangguan yang berarti (Wijayakusuma, 2008).

Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan sel-sel hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati terkena infeksi virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan empedu bercampur (Wijayakusuma, 2008).

Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat metabolisme kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum operasi terencana (Sabiston, 1992).


Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan memiliki lebih dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1.      Menampung darah
2.      Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3.      Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4.      Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5.      Membantu metabolisme lemak
6.      Membantu metabolisme protein
7.      Metabolisme vitamin dan mineral
8.      Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9.      Mempertahankan suhu tubuh
(Wijayakusuma, 2008).

Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama lama yang masih populer (Saucher dan McPherson, 2002).
Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine aminotransferase(ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin b6 (missal, hemodialysis, malnutrisi) (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam amino ke jalur jalur biokimiawi lai. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, lima, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT (Saucher dan McPherson, 2002).

Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat menyebabkan  peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter. Pngukuran aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Saucher dan McPherson, 2002).





IV.             Alat Bahan

A.     Alat:
1.      Beaker Glass
2.      Kuvet
3.      Mikropipet
4.      Sentrifugasi
5.      Spektrofotometer
6.      Syringe 3ml
7.      Tabung Reaksi

B.     Bahan:
1.      2-Oxoglutarate 65 mmol/L
2.      L-Aspartate 320mmol/L
3.      LDH (Lactate Dehydrogenase) >1,200 U/L
4.      MDH (Malate Dehydrogenase) >800 U/L
5.      NADH 1 mmol/L
6.      TRIS pH 7.65 110 mmol/L
  

C.     Gambar Alat


 

       
                            Beaker Glass                              Spektrofotometer


          

 
                        
        Kuvet                                       Mikro pipet                          Syringe 3 ml






                          Sentrifuga                                        Tabung Reaksi            




V.                Prosedur
Dipipetkan sample 100 uL  kedalam Kuvet, kemudian ditambahkan 1,000 uL Reagen 1. Campuran diinkubasi 5 menit lalu ditambahkan Reagen 2 sebanyak 250 uL. Kemudian diinkubasikan selama 1 menit, lalu diukur absorbansi. Setelah ukuran absorbansi pertama ditunggu 1 menit dan diukur absorbansinya lagi, kemudian ditunggu 1 menit lagi lagi dan diukurkan  absorbansi terakhir. Selanjutnya dihitung aktivitas GOT dan GPT pada sampel.


VI.             Data Pengamatan

Kelompok
A1
A2
A3
Δ A1
Δ A2
Δ A3
1
0,575
0,153
0,789
0,422
0,636
0,529
0,372
0,670
0,346
0,298
0,324
0,311
2
0,254
0,484
0,714
0,23
0,23
0,23
0,567
0,675
0,705
0,03
0,108
0,069
3
0,640
0,707
0,660
0,047
0,067
0,057
0,281
0,6220
0,394
0,228
0,341
0,2845
4
0,127
0,130
0,321
0,195
0,003
-0,097
0,966
0,965
0,962
0,003
0,001
0,002


VII.          Perhitungan
Sampel 1
Δ A1     = | Δ A2 - Δ A3 |                       Δ A2     = | Δ A1 - Δ A2 |          
      = | 0,130-0,321 |                                  = | 0,127-0,130 |
      = 0,0191                                              = 0,003

Δ A      =  = 0,097 U/l

Aktivitas GOT = Δ A x 3971
                  = 0,097 x 3971
                  = 385 U/l
Sampel 2
Δ A1     = | Δ A2 - Δ A3 |                       Δ A2     = | Δ A1 - Δ A2 |          
      = | 0,965-0,962 |                                  = | 0,966-0,965 |
      = 0,003                                                = 0,001

Δ A            =  = 0,002

Aktivitas GOT = Δ A x 3971
                  = 0,002 x 3971
                  = 7,942 U/l
Rata-rata aktivitas GOT      =  = 196,471 U/l


VIII.       Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian pemeriksaan Glutamat Oxaloacetate Transaminase (GOT). Praktikum ini bertujuan untuk memeriksa fungsi hati dan menginterpretasikan hasi pemeriksaan yang diperoleh. Ber­ba­gai penyakit dan infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati, menyebabkan per­adangan, luka, sum­batan saluran empedu, kelainan pem­bekuan darah, dan disfungsi hati. Selain itu, alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen her­bal, serta racun juga bisa mem­berikan ancaman. Jika besar­nya kerusakan cukup bermakna, maka akan menim­bulkan gejala-gejala seperti jaun­dice, urine gelap, tinja ber­warna keabuan terang, pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa ber­kurang atau ber­tam­bah secara tiba-tiba. Deteksi dini pen­ting dengan diag­nosis lebih awal guna meminimalisir kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan memeriksa aktivitas enzim Glutamat Oxaloacetate Transaminase (GOT) atau Aspartat Aminotransferase (AST) dalam serum. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila terjadi kerusakan hati akan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel sehingga komponen-komponen sitoplasma akan keluar dari sel, dan apabila membran intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat di dalamnya juga mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan hal tersebut, maka peningkatan aktivitas enzim GOT atau AST dalam serum dapat diukur dan dijadikan salah satu parameter kerusakan fungsi hati.
Namun enzim Glutamat Oxaloacetate Transaminase (GOT) atau Aspartat Aminotransferase (AST) tidak hanya terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat dalam otot jantung, otot rangka, pankreas, ginjal, paru-paru, dan otak. Sehingga, jika terjadi peningkatan aktivitas enzim GOT tidak hanya mengindikasikan adanya kerusakan hati, tetapi akan berhubungan dengan adanya kerusakan pada organ lain. Hal itu yang menyebabkan pemeriksaan SGOT kurang spesifik untuk mendeteksi kerusakan hati. Lebih baik menggunakan pemeriksaan Serum Glutamat Pyruvat Transaminase (SGPT) karena enzim GPT hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati.
Tahap pertama dalam melakukan pemeriksaan GOT adalah memipet sampel serum sebanyak 100 µl dan reagen 1 sebanyak 1000 µl ke dalam kuvet menggunakan mikropipet dengan skala yang sudah diatur sebelumnya. Pemipetan menggunakan mikropipet bertujuan supaya diperoleh volume yang lebih akurat karena akurasi mikropipet ini sangat tinggi. Tip yang digunakan pun harus diperhatikan kebersihannya unuk meminimalisir kontaminasi yang mempengaruhi absorbansi sampel. Keduanya zat dicampur dan diinkubasi selama 5 menit dalam suhu ruang. Inkubasi ini dilakukan agar serum dan reagen bereaksi. Reagen I yang digunakan berisi Tris pH 7,65 110 mmol/liter, L-Aspartat 320 mmol/liter, MDH (Malat Dehidrogenase) 800 U/liter, LDH (Laktat Dehidrogenase) 1200 U/liter. Tris pH 7,65 dalam reagen I berfungsi sebagai dapar yang menjaga pH serum selama reaksi pemeriksaan ini supaya menjaga kestabilan aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-Aspartat berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat Transaminase (GOT). MDH (Malat Dehidrogenase) dan LDH (Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari reaksi dengan katalisator GPT tadi.
Setelah diinkubasi selama 5 menit, campuran dalam kuvet ditambahkan reagen II sebanyak 250 µl. Reagen II yang digunakan ini berisi 2-oxoglutarat 65 mmol/liter dan NADH 1 mmol/liter. 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Aspartat membentuk L-glutamat dan oxaloasetat dengan dikatalisis oleh enzim GOT. Enzim GOT ini akan mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat membentuk glutamat dan oksalat. Selanjutnya oksaloasetat direduksi menjadi malat.



Reaksi tersebut dikatalisis oleh Malat Dehidrogenase (MDH) yang membutuhkan NADH dan H+. NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+. Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+ sebanding dengan banyaknya enzim GOT. Hal itulah yang akan diukur secara fotometri.
Campuran yang telah berisi reagen II diinkubasi selama 3 menit agar seluruh reagen bereaksi sempurna dengan sampel. Pada setiap menitnya diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang 365 nm karena pada panjang gelombang tersebut, sampel akan memberikan serapan maksimum. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer UV/Vis karena mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaanya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang baik.
Kuvet dimasukkan ke dalam Spektrofotometer UV/Vis untuk diukur absorbansinya. Namun sebelumnya dilakukan blanko terlebih dahulu. Pembuatan larutan blanko sama dengan pembuatan larutan sampel yang akan diuji, tetapi hanya berisi reagen I dan II tanpa adanya sampel. Blanko ini berfungsi supaya alat spektrofotometer UV/Vis mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Kemudian setting blank sehingga ketika pengukuran hanya sampel yang diukur absorbansinya. Setelah itu, kuvet yang berisi sampel dimasukkan ke tempat kuvet dan diihat absorbansinya pada layar readout. Kuvet diambil dan diukur lagi setelah interval waktu 1 menit selama 3 menit. Sebelum pengukuran sampel, selalu dilakukan blanko. Pemeriksaan GOT ini dilakukan duplo untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet  tidak boleh disentuh oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet. Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi nilai absorbansi. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh. Pada prinsipnya, suatu molekul yang dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai akan menyerap energy dan energi molekul tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, sehingga terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, dan jumlah cahaya yang diabsorpsi berbanding lurus dengan konsentrasinya sesuai hukum lambert-beer. Setelah dilakukan pengukuan aborbansi, data dicatat untuk dihitung dan diinterpretasikan.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki : 0 - 37 U/L (suhu inkubasi 37oC) dan 0-18 U/L (suhu inkubasi 25oC)
Perempuan : 0 - 31 U/L (suhu inkubasi 37oC) dan 0-15 U/L (suhu inkubasi 25oC)
Kemudian, dilihat dari hasil data yang didapat, menunjukan bahwa aktivitas GOT yang didapat adalah 196,471 U/L. Bila sampel yang didapat dari pasien wanita ataupun pria, angka aktivitas GOT yang didapat > 5 kali nilai rujukan normal. Hal tersebut menunjukan bahwa ada kemungkinan pasien mengalami kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa.
Selain itu, setelah dibandingkan dengan nilai GPT yang didapat dari sampel yang sama, didapat bahwa nila aktivitas GPT>GOT. Dapat diketahui bahwa pasien kemungkinan mengalami hepatitis akut.
Namun, hasil yang didapat tidak begitu baik karena hasil pengukuran sampel yang pertama dengan yang kedua berbeda jauh. Hal ini dapat disebabkan pengukuran absorbansi yang tidak benar karena kuvet yang seharusnya terisi ½ hingga ¾ volumenya hanya terisi sekitar ¼ nya dan itu menyebabkan pengukuran menjadi lebih sulit, kurang akurat, dan kurang merata/sama.
Dalam pemerikaan fungsi hati, pada dasar­nya tidak ada tes tung­gal untuk menegakkan diag­nosis. Ter­kadang beberapa kali tes ber­selang diper­lukan untuk menen­tukan penyebab kerusakan hati. Ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati biasanya tetap ber­lan­jut secara ber­kala untuk meman­tau ting­kat keber­hasilan terapi atau per­jalanan penyakit. Ada beberapa tes tam­bahan yang mung­kin diperlukan untuk meleng­kapi seperti GGT (gamma-glutamyl tran­sferase), LDH (lactic acid dehydrogenase) dan PT (prothrom­bine time).



IX.             Kesimpulan
1.      Pemeriksaan fungsi hati dapat dilakukan dengan Glutamat Oxaloacetate Transaminase(GOT)  dimana sampel direaksikan dengan reagen dari kit, lalu diukur absorbansi hasil reaksi menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 365 nm

2.      Dari hasil pemeriksaan diperoleh nilai GOT 196,5645 sedangkan nilai GPT 867,6635, dimana nilai GPT lebih tinggi dibandingkan GOT sehingga dapat disimpulkan sampel berasal dari pasien dengan hepatitis kronis



DAFTAR PUSTAKA

Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Pustaka Bunda. Jakarta.