FORMULASI TETES MATA GENTAMISIN
BAB I
P R A F O R M U L A S I
I.1 Data Praformulasi Bahan Aktif
No.
|
Parameter
|
Pengamatan
|
1.
|
Zat aktif
|
Sumber FI edisi 3 hlm.266:
Garam sulfat zat antimikroba yang dihasilkan oleh
Micromonospora purpurea. Potensi tiap mg setara dengan tidak kurang dari 590
ug gentamisin, dihitung sebagai zat anhidrat.
Sumber Martindale edisi 28 hlm.1166:
Gentamisin sulfat mengandung 31 – 34% sulfat dan tidak
kurang dari 590 unit gentamisin per mg; 80.000 unit gentamisin ekivalen
dengan 80 mg gentamisin.
Sumber FI edisi 4 hlm.406:
Potensi setara dengan tidak kurang dari 590 μg per mg
gentamisin, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
|
2.
|
Sifat organoleptis
- Bentuk
- Warna
|
Serbuk
Putih sampai kuning gading
|
3.
|
Sifat kelarutan
Sumber FI ed.3
- Dalam air
- Dalam etanol 95%, kloroform, dan eter
Sumber Martindale ed.28
- Dalam air
- Dalam etanol 95%, kloroform, dan eter
|
Mudah larut dalam air. (1 : 1 – 10)
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan
eter
Larut dalam air. (1 : 10 – 30)
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan
eter
|
4.
|
pH
- 4% larutan dalam air
- Eye drops (tetes mata)
|
3,5 – 5,5
6,5 – 7,5
|
5.
|
Sifat kestabilan
- Pemanasan
|
Tahan terhadap pemanasan, (dapat disterilisasi dengan
autoklaf, tapi warnanya akan berubah jadi coklat dan dapat diatasi dengan
penambahan Na metabisulfit.).
|
7.
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup rapat (kedap udara). Simpan pada
temperatur tidak lebih dari 40 0C
|
8.
|
Dosis lazim
|
ISO
2007 (Gentafilm, Genoint dan Isotic Timact) hlm.412:
Tetes mata 0,3% atau 3 mg 1 – 2 tetes tiap 4 jam.
Sumber Tjay, 2002 hlm.74:
Tetes mata 0,3%, 4 – 6 kali sehari 1 – 2 tetes.
|
9.
|
Indikasi
|
Sumber Farmakologi dan Terapi FKUI hlm.670:
Antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan
secara topikal.
Sumber Tjay, 2002 hlm.74:
Antibiotik yang dapat mengatasi infeksi kuman
Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus yang resisten dengan penisilin.
|
10.
|
Waktu paruh
|
Sumber Tjay, 2002 hlm.74:
2 – 3 jam
|
11.
|
Bentuk sediaan
|
Krim, salep mata, tetes mata, injeksi (i.m)
|
12.
|
Cara sterilisasi
|
- Filtrasi (filtration)
Bila disterilisasi dengan autoklaf, sediaan
gentamisin berubah warna menjadi coklat, tetapi dapat diatasi dengan
penambahan Na metabisulfit.(Sumber Martindale ed. 28 hlm.1166)
- Semua sediaan steril, dalam proses pembuatannya
menggunakan teknik aseptis (semua alat dan bahan disterilisasi terlebih
dahulu sesuai dengan monografi cara sterilisasi masing-masing).
|
13.
|
OTT (incompatibility)
|
Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin,
penisilin, ampisilin, sodium bikarbonat, sefalotin, cloxacillin, dan
sulfadiazin.
|
14.
|
Penandaan pada etiket
|
Sumber B.P:
” Obat Tetes Mata ”
Tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah
sediaan dibuka.
|
I.2 Data Praformulasi Bahan Tambahan
Benzalkonium Klorida
Sumber
HPE second editional p.27
Pemerian :
Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan seperti gel tebal atau
gelatin, tidak berbau.
Kelarutan :
Sangat larut dalam air (very soluble in water)
pH :
5 – 8
%
lazim :
0,01 – 0,02%
%
pakai :
0,01%
Incompatibel :
Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein, hydrogen peroksida,
HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat, nonionic surfaktan dengan konsentrasi
tinggi, permanganate, protein, salisilat, garam Ag, sabun, sulfonamide,
tartrat, ZnO, zink sulfat, dan beberapa plastic.
Cara
sterilisasi :
autoklaf
Kegunaan :
antimikroba
Disodium Edetat (Na2 EDTA)
Sumber
HPE second editional p.177
Pemerian :
Berbau lemah atau tidak berbau, rasa asam.
Kelarutan :
Dalam air larut 1 :1
pH :
4,5 – 4,7
% lazim :
0,005– 0,1%
%
pakai :
0,02%
Kegunaan :
Pengkelat
Sodium Metabisulfit
Sumber
HPE second editional p.451
Pemerian :
Serbuk kristal tidak berwarna/ putih sampai putih krem, bau sulfur dioksida,
rasa asin.
%
lazim :
0,01 – 1%
%
pakai :
0,05%
pH :
3,5 – 5
Kelarutan :
1 : 1,9 atau 1 : 1,2 (1000C)
Cara
sterilisasi :
autoklaf, dengan syarat sediaan telah dimasukkan ke dalam wadah yang telah
dialiri gas inert seperti N2.
OTT :
obat-obat simpatomimetik, obat derivat orto/para hidroksi benzil alkohol, obat
derivat asam sulfonat, obat-obat adrenalin, kloramfenikol,
cisplatin, (dapat menurunkan efek farmakologis obat-obat tersebut).
Fenil merkuri asetat pada sediaan tetes mata yang disterilisasi dengan
autoklaf.
Kegunaan :
antioksidan
Dapar posfat
a. Dibasic Sodium
Phoshate (Dinatrium posfat dihidrat)
Sumber
HPE second editional p.455
Pemerian :
Serbuk kristal tidak berwarna/ putih dan higroskopis, tidak berbau.
%
pakai :
(Lihat perhitungan)
pKa :
7,21 (250C)
pH :
8,5 – 9,6
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air.
Cara
sterilisasi :
autoklaf
OTT :
alkaloid, antipirin, kloralhidrat, lead acetat, pirogalol, resorsinol, kalsium
glukonat, dan kalsium.
Kegunaan :
pendapar
b. Monobasic
Potassium Posphate (Kalium diposfat dihidrat)
Sumber
HPE second editional p.458
Pemerian :
Serbuk kristal tidak berwarna/ putih, tidak berbau.
%
pakai :
(Lihat perhitungan)
pKa :
2,15 (250C)
pH :
4,1 – 4,5
Kelarutan :
sangat mudah larut dalam air.
Cara
sterilisasi :
autoklaf
OTT :
Karbonat, garam Al, Ca, Mg,
Kegunaan :
pendapar
NaCl
Sumber
HPE second editional p.439
Pemerian :
Serbuk/ kristal putih, tidak berbau, rasa asin.
%
pakai :
up to 0,9%
pH :
6,7 – 7,3
Kelarutan :
1 : 2,8
Cara
sterilisasi :
autoklaf
OTT :
korosif dengan besi, membentuk endapat dengan perak dan raksa, kelarutan metil
paraben menurun.
Kegunaan :
larutan pengisotoni.
I.3 Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi
No
|
Masalah
|
Diinginkan
|
Pemecahan
|
Pemilihan
|
Alasan
|
1.
|
Zat
aktif mudah larut dalam air dan sediaan ditujukan untuk mengobati infeksi
pada mata.
|
Zat
aktif larut dalam pembawanya dan dapat berdifusi dengan baik ke sasaran
(mata).
|
Sediaan
dibuat:
-
krim
-
salep mata
-
tetes mata
|
Tetes
mata
|
Karena,
pemberian obat tetes mata steril langsung diteteskan pada selaput lendir mata
di sekitar kelopak dan bola mata.
|
2.
|
Sediaan
tetes mata yang dibuat dalam sediaan dosis ganda, dikhawatirkan terjadi
kontaminasi mikroba.
|
Sediaan
tetes mata steril stabil secara biologi.
|
Ditambahkan
antimikroba:
-
Fenilmerkuri asetat 0,001%
-
Benzalkonium klorida 0,01%
|
Benzalkonium
klorida 0,01%
|
Merupakan pengawet yang biasa digunakan untuk pembuatan
tetes mata steril.
|
3.
|
Penggunaan
benzalkonium klorida sebagai antimikroba, biasanya dikombinasi dengan
pengawet lainnya untuk dapat bekerja lebih efektif terhadap Pseudomonas.
|
Benzalkonium
klorida dapat bekerja lebih efektif terhadap strain bakteri Pseudomonas.
|
Ditambahkan:
disodium edetat
(Sumber
HPE second edtional, p.27)
|
Disodium
edetat
0,02%
|
Karena, dapat meningkatkan kemampuan antimikroba dari
benzalkonium klorida.
|
4.
|
Sediaan
mudah teroksidasi bila disterilisasi dengan autoklaf.
|
Diharapkan
sediaan tidak mudah teroksidasi, meskipun dilakukan sterilisasi dengan
autoklaf.
|
Ditambahkan
antioksidan:
-Na
metabisulfit 0,01 – 1,00%
-Tokoferol
0,5%
|
Na
metabisulfit
0,05%
(Sumber:
Martindale ed.28 p.1166)
|
Karena, jika dilakukan sterilisasi dengan autoklaf,
sediaan gentamisin berubah warna menjadi coklat dan dapat diatasi dengan
penambahan Na metabisulfit.
|
5.
|
Zat
aktif memiliki kestabilan pH 3,5 – 5,5 (cenderung asam), sedangkan pH ideal
sediaan tetes mata sama dengan pH cairan mata, yaitu 7,4.
|
Sediaan
diharapkan tidak mengiritasi mata karena pH yang terlalu asam atau terlalu
basa dan diharapkan pH sekitar 7,4.
|
Ditambahkan
pendapar:
-
dapar sitrat:
sodium
sitrat dihidrat 1% (pH 7 – 9 )
-
dapar posfat
Kapasitas
dapar = β = 0,01 – 0,1%
Asam :
H2PO4-
Garam
: HPO4-
|
Dapar
posfat
-
Asam :
Kapasitas
dapar = β = 0,01%
H2PO4- (dalam
bentuk KH2PO4dihidrat)
-
Garam : HPO4- (bentuk
Na2HPO4anhidrat)
|
Karena, benzalkoniumklorida incompatible dengan sitrat,
sehingga digunakan dapar posfat.
- kalium posfat dihidrat
(KH2PO4)
- dinatrium posfat anhidrat (Na2HPO4)
|
* Ket.: Kapasitas
dapar dipilih nilai kapasitas terkecil 0,01%, karena diharapkan dengan kapasitas
dapar terkecil dapar dapat lebih mudah diencerkan oleh air mata yang
jumlahnya sangat sedikit ketimbang cairan tubuh lainnya seperti darah,
sehingga dengan cepat pHnya menjadi 7,4 sesuai dengan pH cairan mata.
|
|||||
6.
|
Larutan
obat tetes mata harus isotonis dengan cairan mata.
|
Diharapkan
sediaan tidak membuat sel-sel darah yang ada di sekitar mata mengalami
plasmolisis apalagi hemolisis.
|
Ditambahkan
larutan pengisotoni:
-
NaCl (0,5 – 0,9%)
-
Na sulfat (1 – 1,6%)
-
dekstrosa (4 – 5,5%)
|
NaCl
|
Karena, NaCl mampu membuat sediaan menjadi isotonis
dengan cairan mata, dan NaCl compatibel dengan bahan lainnya.
|
7.
|
Zat
aktif gentamisin mudah larut dalam air.
|
Sediaan
diharapkan dapat larut sempurna dalam pembawanya.
|
Digunakan
pelarut:
-api
|
Aqua
pro injectio
|
Karena, sediaan mudah larut dalam pembawa air untuk
injeksi.
|
8.
|
Zat
aktif disterilisasi dengan cara filtrasi, menggunakan penyaring bakteri.
Ket.:
sediaan dapat disterilisasi dengan autoklaf, dengan syarat ditambahkan Na
metabisulfit.
|
Sediaan
steril stabil selama waktu penyimpanan sampai digunakan, tidak terkontaminasi
baik oleh bakteri.
|
Dilakukan
proses sterilisasi
-
teknik aseptis
-
sterilisasi akhir
|
Teknik
aseptis
dan
sterilisasi
akhir (autoklaf)
|
Karena, dalam pengerjaan sediaan steril semua alat
harus disterilkan terlebih dulu menggunakan teknik aseptis. Setelah sediaan
jadi, baru dsterilisasi dengan autoklaf.
|
9.
|
Penandaan berdasarkan golongan obat
bermacam-macam
|
Penandaan golongan yang sesuai sebagai petunjuk
penggunaan konsumen
|
- Obat keras
- Obat bebas terbatas
- Obat bebas
|
Obat
keras
|
Karena penggunaan sediaan injeksi harus dengan resep
dokter dan perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis
|
I.4
Rancangan Produk
1.
|
Nama
Dagang
|
GENTAMYCIN ®
|
||
2.
|
Nama
Bahan Aktif
|
Gentamisin
Sulfat
|
||
3.
|
Bentuk
Sediaan
|
Tetes
mata
|
||
4.
|
Dosis
pemakaian
|
0,3
% 4 – 6 kali sehari 1 – 2 tetes
|
||
5.
|
Kemasan
|
Botol
plastik polietilen berpipet 10 ml
|
||
SPESIFIKASI
|
SYARAT
|
|||
6.
|
Pemerian
:
|
|||
Warna
|
Tidak
berwarna (jernih)
|
Dilarutkan
ad homogen dalam pembawa api bebas O2.
|
||
Bau
|
Tidak
berbau
|
Tidak
ditambahkan zat pengaroma
|
||
Rasa
|
Tidak
berasa
|
Tidak
ditambahkan zat perasa
|
||
Bentuk
|
Larutan
steril tetes mata
|
Memenuhi
syarat umum larutan steril sebagai obat tetes mata.
|
||
7.
|
Wadah
dan Penyimpanan
|
|||
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup rapat (kedap udara).Simpan pada temperatur tidak lebih dari 400C
|
Disimpan
pada suhu ruang, tertutup rapat, dan kedap udara.
|
||
Wadah
|
Botol
plastik berpipet 10 ml
|
Botol
terbuat dari polietilen.
|
||
8.
|
Penandaan
|
Golongan
Obat
|
Obat
keras
|
|
BAB
II
F
O R M U L A S I
II.1 Data Zat Aktif
Daftar obat
|
Dosis lazim
|
Kelarutan
|
pH
|
Jenis sterilisasi
|
Khasiat
|
Gentamisin
|
Tetes mata 0,3%, 4 – 6 kali sehari 1 – 2 tetes.
|
Sumber FI edisi 3:
Mudah larut dalam air. (1 : 1 – 10)
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan
eter
|
- 4% larutan dalam air : 3,5 – 4,5
- tetes mata : 6,5 – 7,5
|
Filtrasi, dengan penyaring bakteri.
* teknik aseptis
|
Antibiotik yang dapat mengatasi infeksi kuman
Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus yang resisten dengan penisilin.
|
II.2 Formula Standar
Martindale edisi 28 hlm.1173
Eye-drops
Gentamicin
Sulphate Opthalmic Solution (USP):
A
sterile buffered solution of gentamicin sulphate with preservatives containing
the equivalent of 3 mg gentamicin per ml. pH 6,5 – 7,5. Store at temperature
not exceeding 400 in airtight containers.
II.3
Obat Tak Tersatukan (OTT)
Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin,
penisilin, ampisilin, sodium bikarbonat, sefalotin, cloxacillin, dan
sulfadiazin.
* Menurunkan potensi gentamisin.
II.4 Usul Penyempurnaan Sediaan
1. Sediaan ditambahkan
pengawet (antimikroba) karena sediaan tetes mata dibuat dalam dosis ganda.
Benzalkonium Klorida
Sumber HPE second editional p.27
Pemerian :
Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan seperti gel tebal atau
gelatin, tidak berbau.
Kelarutan :
Sangat larut dalam air (very soluble in water)
pH :
5 – 8
%
lazim :
0,01 – 0,02%
%
pakai :
0,01%
Incompatibel :
Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein, hydrogen peroksida,
HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat, nonionic surfaktan dengan konsentrasi
tinggi, permanganate, protein, salisilat, garam Ag, sabun, sulfonamide,
tartrat, ZnO, zink sulfat, dan beberapa plastic.
Cara
sterilisasi :
autoklaf
Kegunaan :
antimikroba
2. Sediaan ditambahkan
pengkelat disodium edetat, karena dapat meningkatkan aktivitas benzalkonium
klorida sebagai antimikroba terhadap strain Pseudomonas.
Disodium Edetat (Na2 EDTA)
Sumber HPE second editional p.177
Pemerian :
Berbau lemah atau tidak berbau, rasa asam.
Kelarutan :
Dalam air larut 1 :1
pH :
4,5 – 4,7
%
lazim :
0,005– 0,1%
%
pakai :
0,02%
Kegunaan :
Pengkelat
3. Sediaan ditambahkan
antioksidan sodium metabisulfit, karena dapat teroksidasi bila disterilisasi
dengan autoklaf, ditandai dengan warna sediaan yang berubah menjadi coklat.
Sodium
Metabisulfit
Sumber
HPE second editional p.451
Pemerian :
Serbuk kristal tidak berwarna/ putih sampai putih krem, bau sulfur dioksida,
rasa asin.
% lazim :
0,01 – 1%
%
pakai :
0,05%
pH :
3,5 – 5
Kelarutan :
1 : 1,9 atau 1 : 1,2 (1000C)
Cara
sterilisasi :
autoklaf, dengan syarat sediaan telah dimasukkan ke dalam wadah yang telah
dialiri gas inert seperti N2.
OTT :
obat-obat simpatomimetik, obat derivat orto/para hidroksi benzil alkohol, obat
derivat asam sulfonat, obat-obat adrenalin, kloramfenikol,
cisplatin, (dapat menurunkan efek farmakologis obat-obat tersebut).
Fenil merkuri asetat pada sediaan tetes mata yang disterilisasi dengan
autoklaf.
Kegunaan :
antioksidan
- Sediaan
ditambahkan pendapar, untuk mendapatkan sediaan tetes mata dengan pH 7,4.
Dibasic Sodium
Phoshate (Dinatrium posfat dihidrat)
Sumber
HPE second editional p.455
Pemerian :
Serbuk kristal tidak berwarna/ putih dan higroskopis, tidak berbau.
%
pakai :
(Lihat perhitungan)
pKa :
7,21 (250C)
pH :
8,5 – 9,6
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air.
Cara
sterilisasi :
autoklaf
OTT :
alkaloid, antipirin, kloralhidrat, lead acetat, pirogalol, resorsinol, kalsium
glukonat, dan kalsium.
Kegunaan :
pendapar
Monobasic
Potassium Posphate (Kalium diposfat dihidrat)
Sumber
HPE second editional p.458
Pemerian :
Serbuk kristal tidak berwarna/ putih, tidak berbau.
%
pakai :
(Lihat perhitungan)
pKa :
2,15 (250C)
pH :
4,1 – 4,5
Kelarutan :
sangat mudah larut dalam air.
Cara
sterilisasi :
autoklaf
OTT :
Karbonat, garam Al, Ca, Mg,
Kegunaan :
pendapar
* Saat praktikum menggunakan Kalium diposfat dihidrat (KH2PO4 dihidrat)
sebagai asam.
* Saat praktikum menggunakan dinatrium posfat anhidrat (Na2HPO4 anhidrat)
sebagai garam.
* Kapasitas dapar dipilih adalah
nilai kapasitas terkecil 0,01%, karena diharapkan dengan kapasitas dapar
terkecil dapar dapat lebih mudah diencerkan oleh air mata yang jumlahnya sangat
sedikit ketimbang cairan tubuh lainnya seperti darah, sehingga pHnya menjadi
7,4 sesuai dengan pH cairan mata.
- Sediaan
ditambahkan larutan pengisotoni berupa NaCl fisiologis 0,9% untuk mencegah
terjadinya plasmolisis atau hemolisis sel-sel darah di sekitar mata.
NaCl
Sumber
HPE second editional p.439
Pemerian :
Serbuk/ kristal putih, tidak berbau, rasa asin.
%
pakai :
up to 0,9%
pH :
6,7 – 7,3
Kelarutan :
1 : 2,8
Cara
sterilisasi :
autoklaf
OTT :
korosif dengan besi, membentuk endapat dengan perak dan raksa, kelarutan metil
paraben menurun.
Kegunaan :
larutan pengisotoni.
II.5 Alat dan Cara Sterilisasi
Nama
Alat
|
Jumlah
|
Cara
Sterilisasi
|
Erlenmeyer
|
1
buah
|
Oven
1700 C 30 menit
|
Beaker
glass
|
3
buah
|
Oven
1700 C 30 menit
|
Kaca
Arloji / cawan penguap
|
7
buah
|
Oven
1700 C 30 menit
|
Batang
Pengaduk gelas
|
1
buah
|
Oven
1700 C 30 menit
|
Spatel
logam
|
1
buah
|
Oven
1700 C 30 menit
|
Gelas
Ukur 25 ml/ 50 ml
|
1
buah
|
Autoklaf
115-1160 C 30 menit
|
Kertas
saring
|
1
buah
|
Autoklaf
115-1160 C 30 menit
|
Corong
gelas
|
1
buah
|
Autoklaf
115-116° C 30 menit
|
Botol
plastic berpipet
|
1
buah
|
Dikocok/ direndam dengan etanol 96% 24 jam.
|
II.6 Formula Akhir
Tetes mata Gentamisin
Tiap ml mengandung :
Gentamisin sulfat 0,3%
Benzalkonuim klorida 0,01%
Disodium edetat 0,02%
Na metabisulfit 0,05%
Na2HPO4 anhidrat (Lihat perhitungan)
KH2PO4 dihidrat (Lihat perhitungan)
NaCl (Lihat perhitungan)
Api ad 10 ml
II.7 Perhitungan Bahan
Volume obat tetes mata yang akan dibuat adalah 20 ml.
Gentamisin sulfat 0,3%
Benzalkonuim klorida 0,01%
Disodium edetat 0,02%
Na metabisulfit 0,05%
Na2HPO4 anhidrat (Lihat perhitungan)
KH2PO4 dihidrat (Lihat perhitungan)
NaCl (Lihat perhitungan)
Api ad 20 ml
Gentamisin
Potensi gentamisin sulfat setara dengan 0,59 mg per mg gentamisin.
Gentamisin sulfat 0,3% = 0,3/ 100 × 10 ml = 0,03 gram = 30 mg
Gentamisin = 30 mg/ 0,59 mg = 50,8 mg
Dapar
Kapasitas dapar = β = 0,01%
H2PO4- sebagai asam (KH2PO4 dihidrat)
HPO42- sebagai garam (Na2HPO4 anhidrat)
pKa Na2HPO4 = 7,21
pH = 7
Jawab:
pKa = - log Ka
7,21 = - log Ka
Ka = 10-7,21
= 6,2 × 10-8
pH = - log [H+]
7 = - log [H+]
[H+] = 10-7
Pers.1
pH = pKa + log [G]
[A]
7 = 7,21 + log [G]
[A]
log [G] = - 0,21
[A]
[G] = 10-0,21
[A]
[G] = 0,62
[A]
[G] = 0,62 [A]
Pers.2
β = 2,3 C × Ka × [H+]
(Ka + [H+])2
0,01 = 2,3 C × 6,2 × 10-8 × 10-7
[(6,2 × 10-8) + 10-7]2
C = 0,018 M
Pers.3
C = [A] + [G]
0,018 = [A] + (0,62 [A])
0,018 = 1,62 [A]
[A] = 0,01 M
Maka,
[G] = 0,62 [A]
= 0,62 × 0,01 M
= 0,008 M
Pers.4
Berat asam = ...?
Berat garam = ...?
BM Na2HPO4 anhidrat (garam) = 141,96
BM KH2PO4 dihidrat (asam) = 136,09
Asam
M = massa × 1000
BM V(ml)
0,01 = massa × 1000
136,09 10 ml
Massa asam = 0,0136 gram
% massa asam (dalam 10 ml) = 0,136%
Garam
M = massa × 1000
BM V(ml)
0,008 = massa × 1000
141,96 10 ml
Massa garam = 0,0114 gram
% massa garam (dalam 10 ml) = 0,114%
Tonisitas
Gentamisin sulfat 50,8 mg
Benzalkonuim klorida 0,01%
Disodium edetat 0,02%
Na metabisulfit 0,05%
Na2HPO4 anhidrat 0,114%
KH2PO4 dihidrat 0,136%
NaCl (Lihat perhitungan)
Api ad 10 ml
∆ Tf gentamisin sulfat
Liso gentamisin sulfat (lar.elektrolit lemah) = 2
Massa gentamsin sulfat = 50,8 mg
BM gentamisin sulfat = 673,59
Volume obat tetes = 10 ml
∆ Tf gentamisin sulfat = ...?
Jawab:
∆ Tf gentamisin sulfat = Liso × massa gentamisin sulfat ×1000
BM V(ml)
∆ Tf gentamisin sulfat = 2 × 50,8 gram
673,59 × 10 ml
= 0,0150
% massa Na2HPO4 dihidrat
% massa Na2HPO4 anhidrat = 0,114%
BM Na2HPO4 anhidrat = 141,96
BM Na2HPO4 dihidrat = 159,96
% massa Na2HPO4 dihidrat = ...?
Jawab:
% massa Na2HPO4 dihidrat = BM Na2HPO4 dihidrat × % massa Na2HPO4 anhidrat
BM Na2HPO4 anhidrat
= 159,96 × 0,114%
141,96
= 0,128%
No.
|
Zat
|
∆ Tf (0)
|
Konsentrasi Zat (%)
|
∆ Tf × Konsentrasi Zat (0)
|
1.
|
Gentamisin sulfat
|
-
|
-
|
0,015
|
2.
|
Benzalkonium klrorida
|
0,09
|
0,01
|
0,0009
|
3.
|
Disodium edetat
|
0,13
|
0,02
|
0,0026
|
4.
|
Na metabisulfit
|
0,38
|
0,05
|
0,019
|
5.
|
Na2HPO4dihidrat
|
0,24
|
0,128
|
0,0672
|
6.
|
KH2PO4dihidrat
|
0,25
|
0,136
|
0,034
|
Total
|
0,1387
| |||
∆ Tf isotonis (NaCl 0,9%)
Sumber FI edisi 4 hlm.1236
|
0,52
|
Karena, 0,1387 < 0,52 maka larutan tetes mata tersebut “hipotonis”.
∆ Tf yang harus ditambahkan = 0,52 – 0,1387 = 0,38130
Setara dengan NaCl = 0,38130 × 0,9%
0,52
= 0,6599%
= 0,6599 gram/ 100 ml
II.8 Penimbangan Bahan
Untuk 20 ml sediaan tetes mata:
1. Gentamisin sulfat = 20 ml/ 10 ml × 50,8 mg = 0,1016 gram
2. Benzalkonium klorida = 0,01% × 20 ml = 0,002 gram
3. Disodium edetat = 0,02% × 20 ml = 0,004 gram
4. Na metabisulfit = 0,05% × 20 ml = 0,01 gram
5. Na2HPO4 anhidrat = 0,114% × 20 ml = 0,0228 gram
6. KH2PO4 dihidrat = 0,136% × 20 ml = 0,0272 gram
7. NaCl = 0,6599% × 20 ml = 0,13198 gram
II.9 Prosedur Pembuatan
1. Alat dan bahan yang hendak digunakan disiapkan.
2. Aqua Pro Injeksi bebas O2 dibuat dengan cara : ( Catatan : Dilakukan pada White Area )
a. 50 ml aquades dipanaskan diatas hotplate sampai mendidih.
b. Waktu pemanasan dihitung selama 30 menit (waktu mulai dihitung setelah air mendidih).
c. Setelah itu dipanaskan lagi selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2.
3. Beaker glass dikalibrasi 20 ml, botol plastik berpipet dikalibrasi 10,5 ml.
4. Sterilisasi dilakukan dengan teknik aseptis dimana alat-alat yang akan digunakan disterilkan didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat nonpresisi) sebelum dipakai selama 30 menit →teknik aseptis
Catatan: Sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih dahulu alat-alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen.
Dispensasi: karena waktu tidak memungkinkan mensterilkan alat dan bahan, maka alat dan bahan dianggap telah steril.
5. Botol berpipet disterilisasi dengan dikocok/ direndam dengan etanol 96% selama 24 jam.
6. Masing-masing bahan dengan neraca analitik dengan tepat mengggunakan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan.
7. Bahan yang telah ditimbang disiapkan ke dalam nampan juga alat-alat yang diperlukan selama proses pembuatan yang telah disterilisasi, kemudian dipindahkan ke ruang pembuatan (White Area) melalui passbox.
8. Perlengkapan sesuai syarat untuk memasuki White Area digunakan.
9. Keranjang nampan diambil melalui passbox di White area dengan memastikan katup passbox pada Grey Area tertutup.
10. Dapar dilarutkan dengan api secukupnya dalam beaker glass, dan kaca arloji bekas menimbang dibilas.
11. NaCl dimasukkan M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
12. Na2 EDTA dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
13. Sodium metabisulfit dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
14. Benzalkonium klorida dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
15. Bahan aktif gentamisin sulfat dilarutkan dengan API secukupnya sampai larut dalam beaker glass lain. (M2).
16. M2 dicampurkan ke dalam M1 diaduk sampai larut kemudian pH sediaan dicek dengan pH indikator.
17. Larutan tersebut disaring dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan API sebelumnya dan kemudian menampungnya dalam beaker glass yang telah dikalibrasi.
18. API ditambahkan sampai volume tepat 20 ml.
19. Sediaan tetes mata yang sudah jadi (dalam beaker glass tadi) ditutup dengan kertas perkamen yang diikat dengan tali dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115 – 1160C selama 30 menit.
20. Larutan tetes mata yang telah steril sebanyak 10,5 ml dimasukan ke dalam botol berpipet yang khusus digunakan untuk sediaan tetes mata yang telah dikalibrasi.
21. Sediaan jadi diberi etiket, dan dilengkapi dengan brosur.
* Ket.: cara pembuatan serta dispensasi yang dilakukan saat praktikum lebih jelasnya lihat di lembar instruksi kerja pada laporan ini.
BAB III
INSTRUKSI KERJA
INSTRUKSI KERJA
STERILISASI
|
Hal 1 dari 3 Hal
| ||||||
Disusun oleh :
|
Diperiksa oleh :
|
Disetujui oleh :
|
No : 01/05/07/09
| ||||
Tgl :
|
Tgl :
|
Tgl :
| |||||
Tujuan
|
Menggunakan alat-alat steril pada saat pembuatan.
| ||||||
Alat
|
Spatula
Pinset
Pipet tetes
Karet pipet tetes
Batang pengaduk
Kaca Arloji
Cawan porselen
Gelas Ukur
Beacker glass
Erlenmeyer
Botol plastik berpipet
Tutup botol plastik
| ||||||
No
|
Cara Kerja
|
Operator
|
SPV
| ||||
1.
|
Masing-masing alat dibungkus dengan kertas perkamen
| ||||||
2.
|
Diberi label wadah yang akan digunakan
| ||||||
3.
|
Sterilisasi sesuai petunjuk pada Sterilisasi Alat dan Bahan
| ||||||
INSTRUKSI KERJA
PENIMBANGAN BAHAN
|
Hal 2 dari 3 Hal
| ||||||
Disusun oleh :
|
Diperiksa oleh :
|
Disetujui oleh :
|
No : 02/04/07/09
| ||||
Tgl :
|
Tgl :
|
Tgl :
| |||||
Tujuan
|
Memperoleh bahan baku sesuai jenis dan jumlah yang diperlukan pada formulasi.
| ||||||
Bahan
|
Bahan aktif : Gentamisin sulfat
| ||||||
Pengawet : Benzalkonium klorida
| |||||||
Pengkelat : Disodium edetat
| |||||||
Antioksidan : Sodium metabisulfit
| |||||||
Pendapar : Na2HPO4 anhidrat (garam)
KH2PO4 dihidrat (asam)
| |||||||
Pengisotoni : NaCl
| |||||||
Alat
|
Timbangan analitik
| ||||||
Cawan porselen
| |||||||
Pinset
| |||||||
Gelas Ukur
| |||||||
Kaca arloji
| |||||||
Spatula
| |||||||
Bahan
|
1. Gentamisin sulfat = 0,1016 gram
2. Benzalkonium klorida = 0,002 gram
3. Disodium edetat = 0,004 gram
4. Na metabisulfit = 0,01 gram
5. Na2HPO4 anhidrat = 0,0228 gram
6. KH2PO4 dihidrat = 0,0272 gram
7. NaCl = 0,1319 gram
| ||||||
No
|
Cara Kerja
|
Operator
|
SPV
| ||||
1.
|
Masing-masing bahan ditimbang.
| ||||||
2.
|
Label wadah yang akan digunakan diberi label.
| ||||||
INSTRUKSI KERJA
PEMBUATAN SEDIAAN
|
Hal 3 dari 3 hal
| |||||
Disusun oleh :
Tgl:
|
Diperiksa oleh :
Tgl:
|
Disetujui oleh:
Tgl:
|
No :03/04/07/08
| |||
Tujuan
|
Memperoleh sediaan steril yang jernih dan homogen sesuai dengan yang diinginkan.
| |||||
Bahan
|
Bahan aktif : Gentamisin sulfat
| |||||
Pengawet : Benzalkonium klorida
| ||||||
Pengkelat : Disodium edetat
| ||||||
Antioksidan : Sodium metabisulfit
| ||||||
Pendapar : Na2HPO4 anhidrat (garam)
KH2PO4 dihidrat (asam)
| ||||||
Pengisotoni : NaCl
| ||||||
Peng-adjust pH : NaOH 0,01N
| ||||||
Alat
|
Botol plastik berpipet
| |||||
Beaker glass
| ||||||
Erlenmeyer
| ||||||
Corong
| ||||||
Kertas saring
| ||||||
Kaca arloji
| ||||||
Cawan porselen
| ||||||
Batang pengaduk
| ||||||
Spatula
| ||||||
Gelas Ukur
| ||||||
Pinset
| ||||||
Pipet tetes
| ||||||
Indikator pH
| ||||||
No
|
Cara Kerja
|
Operator
|
SPV
| |||
1.
|
Aqua Pro Injeksi bebas O2 dibuat dengan cara:
a. 50 ml aquades dipanaskan diatas hotplate sampai mendidih.
b. Waktu pemanasan dihitung selama 30 menit (waktu mulai dihitung setelah air mendidih).
c. Setelah itu dipanaskan lagi selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2.
| |||||
2.
|
Beaker glass dikalibrasi 20 ml, botol plastik berpipet dikalibrasi 10,5 ml.
| |||||
3.
|
Sterilisasi alat-alat yang akan digunakan dengan teknik aseptis.
Dispensasi: karena waktu tidak memungkinkan mensterilkan alat dan bahan, maka alat dan bahan dianggap telah steril. Hanya dilakukan sterilisasi akhir.
| |||||
4.
|
Botol plastik berpipet disterilisasi dengan cara direndam dengan etanol 96% selama 24 jam.
Dispensasi: karena waktu untuk sterilisasi selama 24 jam tidak memungkinkan, maka botol direndam etanol 96% hanya sampai proses sterilisasi akhir selesai
| |||||
5.
|
Dapar dilarutkan dengan api secukupnya dalam beaker glass, dan kaca arloji bekas menimbang dibilas. (M1)
| |||||
6.
|
NaCl 0,9% dimasukkan M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
| |||||
7.
|
Na2 EDTA dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
| |||||
8.
|
Sodium metabisulfit dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
| |||||
9.
|
Benzalkonium klorida dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
| |||||
10.
|
Bahan aktif gentamisin sulfat dilarutkan dengan API secukupnya sampai larut dalam beaker glass lain. (M2).
| |||||
11.
|
M2 dicampurkan ke dalam M1 diaduk sampai larut dan homogen kemudian pH sediaan dicek dengan pH indikator.
| |||||
12.
|
Larutan tersebut disaring dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan API sebelumnya dan kemudian menampungnya dalam beaker glass yang telah dikalibrasi.
| |||||
13.
|
API ditambahkan sampai volume tepat 20 ml.
| |||||
14.
|
Sediaan tetes mata yang sudah jadi (dalam beaker glass tadi) ditutup dengan kertas perkamen yang diikat dengan tali dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115 – 1160C selama 30 menit.
| |||||
15.
|
Larutan tetes mata yang telah steril sebanyak 10,5 ml dimasukan ke dalam botol plastik berpipet yang khusus digunakan untuk sediaan tetes mata yang telah dikalibrasi.
| |||||
BAB IV
LEMBAR EVALUASI
1. Uji pH
pH sediaan tetes mata harus isohidri dengan pH cairan mata, yaitu 7,4. pH ideal suatu obat tetes mata adalah 7,4 – 7,65. Namun sangat jarang dijumpai bahan aktif yang stabil pada pH tersebut, maka pemilihan biasanya mendahulukan masalah stabilitas dalam batasan pH terbaik yang dapat diterima oleh mata. Adanya perubahan pH sediaan mengindikasikan telah terjadi penguraian obat atau terjadi interaksi obat dengan wadah tang terbuat dari bahan gelas. Sediaan kami memiliki pH 6, diuji dengan dengan menggunakan pH indikator, padahal menurut monografi sediaan tetes mata gentamisin memiliki pH 6,5 – 7,5.
2. Uji Organoleptis
- Warna
Tidak terjadi perubahan warna pada sediaan yang kami, baik setelah dibuat maupun setelah evaluasi ± selama 1 minggu. Sediaan kami tetap tidak berwarna sama seperti pada saat sediaan baru dibuat, meskipun sediaan disterilisasi dengan autoklaf, namun tidak berubah warna menjadi coklat karena dalam formula kami menambahkansodium metabisulfit. Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan steril yang disimpan pada suhu tinggi (> 40oC). Suhu tinggi dapat menyebabkan penguraian.
- Uji Kejernihan
Sediaan harus bebas dari partikel-partikel yang tidak larut, seperti benda asing, terjadinya pengendapan atau pertumbuhan mikroorganisme. Karena keterbatasan alat, uji kejernihan dengan menggunakan alat Tyndal tidak dilakukan. Uji kejernihan hanya dilakukan secara visual dengan segala keterbatasan indera penglihatan kami dari partikel-partikel yang berukuran mikro. Dalam sediaan kami terlihat tidak adanya partikel bahan aktif maupun bahan tambahan yang tidak larut.
BAB V
P E M B A H A S A N
Pada praktikum teknologi sediaan steril kali ini, kami membuat sediaan tetes mata gentamisin. Sediaan tetes mata yang kami buat dibuat dalam bentuk sediaan dosis ganda. Gentamisin merupakan obat antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan secara topikal dan berkhasiat untuk mengatasi infeksi kuman Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus yang resisten dengan penisilin.
Berdasarkan monografi, gentamisin berada dalam bentuk gentamisin sulfat. Gentamisin sulfat memiliki potensisetara dengan tidak kurang dari 590 μg per mg gentamisin, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Gentamisin sulfat berbentuk serbuk hablur yang mudah larut dalam air. Oleh karena itu, pembawa yang kami gunakan adalah water pro injectio.
Gentamisin akan terurai oleh pemanasan, oleh karena itu cara sterilisasi gentamisin yang baik menurut monografi adalah dengan penyaringan atau filtrasi menggunakan penyaring bakteri steril. Setiap pengerjaan sediaan steril, harus dilakukan dengan teknik aseptis. Semua alat disterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan sesuai cara sterilisasi masing-masing, begitu juga dengan bahan yang tahan terhadap pemanasan, juga harus disterilisasi sebelum dibuat sediaan. Sebenarnya gentamisin tidak boleh disterilisasi dengan autoklaf, karena akan teroksidasi dan warnanya akan berubah menjadi coklat. Tetapi hal ini masih bisa diatasi dengan penambahan sodium metabisulfit sebagai antioksidan yang mampu mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Sehingga sediaan jadi dapat disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1150 C selama 30 menit menggunakan metode sterilisasi akhir.
Larutan obat tetes mata kami menggunakan water pro injectio sebagai pelarut, padahal seperti telah diketahui bahwa air merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu kami menambahkan pengawet dalam sediaan, yaitu benzalkonium klorida. Benzalkonium klorida dapat disterilisasi dengan autoklaf, tapi kami tidak melakukan sterilisasi bahan pada praktikum kemarin, karena kami melakukan sterilisasi akhir setelah sediaan dibuat. Semua alat yang digunakan juga dianggap telah steril. Untuk meningkatkan kemampuan antimikroba dari benzalkonium klorida, maka perlu ditambahkan zat pengkelat disodium edetat.
Gentamisin memiliki pH 3,5 – 5,5 dalam larutan 4%. Sementara untuk sediaan tetes mata, gentamisin memiliki pH sekitar 6,5 – 7,5. Sediaan tetes mata yang baik harus isohidri dengan cairan mata, atau minimal masih dapat ditoleransi oleh air mata karena adanya pengeceran konsentrasi ion H+. pH yang terlalu asam dapat menyebabkan terjadinya iritasi. Karena pH gentamisin dalam larutan cenderung asam, maka perlu penambahan buffer pada formula. Kami menggunakan dapar posfat untuk membuat pH sediaan tetes mata kami sesuai dengan pH cairan mata yaitu 7,4. Selain itu pemilihan dapar posfat juga dikarenakan dapar sitrat incompatibel dengan benzalkonium klorida. Dapar posfat yang kami gunakan terdiri dari kalium diposfat dihidrat (KH2PO4 dihidrat) sebagai asam dan dinatrium posfat anhidrat (Na2HPO4anhidrat) sebagai garam. Sediaan kami memiliki pH 6, padahal pH yang diharapkan adalah 7,4. Hal ini kemungkinan disebabkan ketidaktepatan pada saat penimbangan asam (KH2PO4 dihidrat, asam yang ditambahkan kemungkinan terlalu banyak). Padahal kami juga telah meng-adjust pH sediaan kami dengan penambahan NaOH 0,1 N sebanyak 10 tetes, tetapi pH sediaan kami tetap 6. Meskipun memiliki pH 6 diharapkan konsentrasi ion H+nya mampu diencerkan oleh air mata sehingga tidak menyebabkan iritasi.
Selain harus isohidri, sediaan tetes mata juga harus isotonis dengan cairan mata. Sehingga diharapkan tidak akan terjadi plasmolisis sel-sel darah di sekitar mata, apalagi sampai terjadi hemolisis. Untuk membuat sediaan menjadi isotonis dengan cairan mata, maka ditambahkan larutan pengisotoni yaitu NaCl. Perhitungan mengenai tonisitas sediaan kami dapat dilihat pada BAB II. Untuk memperoleh larutan tetes mata yang isotonis maka sediaan kami memerlukan penambahan NaCl dari luar sebesar 0,1319 gram.
Tetes mata gentamisin 0,3% dapat diberikan 4 sampai 6 kali sehari 1 sampai 2 tetes pada mukosa mata atau di sekitar kelopak mata. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa sediaan tetap stabil baik homogenitas larutannya, begitu pula ingkat kejernihannya dimana tidak ada partikel yang melayang pada sediaan.
BAB VI
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
· Bahan – bahan tambahan yang dapat digunakan untuk formulasi sediaan tetes mata adalah sebagai berikut, pengawet, antioksidan bila zat aktifnya mudah teroksidasi, dapar agar diperoleh pH sediaan yang sesuai dengan pH cairan mata yaitu 7,4 dan pengisotoni seperti NaCl. Selain itu bahan tambahan lain yang mungkin ditambahkan pada sediaan tetes mata adalah pensuspensi, ini bertujuan untuk memperpanjang waktu pemakaian obat tetes mata tersebut pada mukosa mata.
· Formula obat tetes mata kami:
R/ Gentamisin sulfat 50,8 mg
Benzalkonuim klorida 0,01%
Disodium edetat 0,02%
Na metabisulfit 0,05%
Na2HPO4 anhidrat 0,114%
KH2PO4 dihidrat 0,136%
NaCl 0,6599%
Api ad 10 ml
VII.2 Saran
Kami harus lebih teliti lagi dalam menimbang, mencampurkan dan melarutkan bahan-bahan sehingga komposisi bahan yang digunakan memiliki tingkat keakuratan, terutama akan berkaitan sekali dengan evaluasi pH sediaan nantinya. Kami juga harus memperhatikan penyiapan alat-alat yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta.
Depkes RI. 1978. Formularium Nasional, Ed II. Jakarta.
Lachman, Lieberman . 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI-Press.
Taketomo, Carol K.Pediatric Dosage Handbook.Ed VIII.2001.USA; American Pharmaceutical Association.
Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical Excipients.Ed II.1994.London: The Pharmaceutical Press.