More Text

Unordered List

Unordered List

BTricks

BThemes

Powered by Blogger.

Tuesday, June 4, 2013

Laporan Praktikum Analisis Kadar Parasetamol Dengan Metode Nitrimetri | Analisis Farmasi



Analisis Kadar Parasetamol Dengan Metode Nitrimetri


I. TUJUAN
Melakukan identifikasi dan penetapan kadar senyawa parasetamol menggunakan metode titrasi nitrimetri

II. PRINSIP
Nitrimetri
Nitrimetri adalah metoda titrasi yang menggunakan NaNO2 sebagai pentiter dalam suasana asam. Pada suasana asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi dengan sampel yang dititrasi membentuk garam diazonium.

III. REAKSI
Reaksi Diazotasi
NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2
Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O (Zulfikar, 2010).

Titik Akhir Titrasi
KI +HCl → KCl + HI
2 HI + 2 HNO2 → I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod (biru) (Zulfikar, 2010).




IV. TEORI DASAR
Nitrimetriadalah metoda titrasi yang menggunakan NaNO2 sebagai pentiter dalam suasana asam. Pada suasana asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi dengan sampel yang dititrasi membentuk garam diazonium (Gandjar et al, 2007).
Pembentukan garam diazonium berjalan lambat, oleh karena itu untuk mempercepatnya dapat ditambahkan KBr sebagai katalis (Hamdani, 2013).
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus –NH2 (amin) aromatis primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer (Setyawati et al, 2010).
Paracetamol ( 3 : 37 )
            Nama resmi                  : Acetaminophenum
            Nama lain                     : Paaracetamol
            RM / BM                     : C8H9NO2 / 151,56

           Struktur Molekul Parasetamol :


 



                             
                                                       NHCOCH3
Pemerian  : Hablur atau hablur serbuk putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dlam 7 bagian etanol 95 % p, dalam 17 bagian aseton p, dalam 40 Bagian gliserol.
Khasiat                         : Analgetikumantipiretikum.
Kegunaan                     : Sebagai sampel.
Persyaratan kadar         : Mengandung tidk kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2  dihitung terhadap zat yang telah dikeringhkan.
Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik. (FI III, 1979).

Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi ini dikenal dengan reaksidiazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2
Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O (Zulfikar, 2010).
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida (Hamdani, 2013).
Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida (Hamdani, 2013).
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai indicator luar. Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi dengan yodida yang ada dalam pasta kanji atas kertas, reaksi ini akan mengubah yodida menjadi iodine diikuti dengan perubahan warna menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan setelah larutan didiamkan selama beberapa menit. Reaksi perubahan warna yang dijadikan indikator dalam titrasi ini adalah :
KI +HCl → KCl + HI
2 HI + 2 HNO2 → I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod (biru) (Zulfikar, 2010).
Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropiolin dan metilen blue sebagai indikator dalam larutan. Titik akhir titrasi juga dapat ditentukan dengan teknik potensiometri menggunakan platina sebagai indikator elektroda (Hamdani, 2013).
Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan secara:
1.      Visual
Dengan indicator dalam, dengan tropeolin oo (5 tetes) dan metilen blue (3 tetes). Indikator dalam adalah indicator yang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, penggunaan indicator dalam mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan :
cara kerja cepat dan praktis
dapat dilakukan pada suhu kamar

Kekurangan :
penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat saja, untuk beberapa zat  lainnyaperubahannya tidak jelas

Dengan indicator luar, dengan pasta kanji-KI. Indikator luar diletakkan diluar Erlenmeyer (Hamdani, 2013).
Kelebihan :
untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas

Kekurangan :
cara kerja tidak praktis
terlalu sering menotol menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang
titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15oC (Hamdani, 2013).

2.      Elektrometri (potensiometri)
Elektroda yang digunakan adalah sepasang elektroda platinum, atau elektroda natrium. Titik akhir ditandai dengan terdepolarisasinya elektroda tersebut sehingga jarum petunjuk pada galvanometer tidak kembali ketempat semula (Hamdani, 2013).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam nitrimetri :
apabila digunakan indicator luar, suhu harus dibawah 15oC karena bila suhu tinggi garam diazonium akan pecah Description: \rightarrow uap NO Description: \rightarrow hasil tidak akurat, bila menggunakan indicator dalam suhunya tidak harus 15oC tetapi harus tetap dijaga supaya tidak terlalu tinggi.
penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama. Bila penetesan terlalu cepat Description: \rightarrow HONO belum bereaksi dengan sampel Description: \rightarrow begitu diteteskan dengan indicator luar akan menimbulkan warna biru langsung, maka hasil tidak akurat.
pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa
pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun  tidak, tetapi apabila tidak ditambahkan KBr suhu harus dibawah 15oC
bila menggunakan indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu. Titik akhir dicapai bila saat digoreskan pada pasta kanji-KI langsung terbentuk warna biru. bila lama-kelamaan pasta-kanji-KI menjadi biru bukan titik akhir, hal ini bisa terjadi karena oksidasi udara atau garam diazonium yang bereaksi dengan KI (Hamdani, 2013).

V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
·        Buret
·        Erlenmeyer
·        Statif
·        Beaker Glass
·        Neraca Analitik
·        Pipet Tetes
·        Pipet Volum
·        Bulb Pipet
·        Porselen
·        Pemanas Listrik
·        Corong

B. Bahan
·        Aquadest
·        NaNO2
·        Pasta Kanji
·        Sampel PCT
·        HCl Pekat
·        HCl 4 N
·        FeCl3
·        Es Batu
·        Asam Sulfanilat
·        Indikator Tropeolin – Metilen Blue
·        KBr


VI. PROSEDUR

Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif parasetamol dilakukan dengan malarutkan sampel pct didalam aquadest. Sampel yang telah larut kemudian ditambahkan beberapa tetes FeCl3. Dilihat reaksi yang terjadi.

Analisis Kuantitatif
Pembuatan kertas kanji iodida :
Dilarutkan 0,75 gram kalium iodida dalam 5 ml air dan 2 gram zink klorida dalam 10 ml air, dicampurkan larutan tersebut dan ditambahkan 10 ml air, panaskan sampai mendidih dan tambahkan sambil diaduk terus suspensi 5 gram pati dalam 35 ml air, dididihkan selama 2 menit dan didinginkan. Dicelupkan kertas saring pada larutan.

Pembakuan NaNO2 dengan asam sulfanilat
                 Timbang seksama 173 mg asam sulfanilat yang telah dikeringkan lebih dahulu, masukkan ke dalam labu 300 ml,tambahkan 30 ml air dan 20 tetes ammonia 25 % sampel semua asamsulfanilat larut, tambahkan 15 ml asam hidroklorida 1 N dan 1 gram kalium bromide,kemudian tetesi 5 tetes larutan indicator toepeolin oo 0,1 % dan 3 tetes larutan biru metilen 0,1 %> Titrasi hati-hati dengan larutan natrium nitrit 0,1 M sambil diduk-aduk sampai terjadi perubahan warna dari ungu ke biru hijau.
                 Timbang seksam 500 mg sulfanilimda yang telah dikeringkan  lebih dahulu pada suhu 105 C selama 2 jam, masukkan dalam gelas piala, tambahkan 5 ml asam hidroklorida dan 50 ml air, aduklah samapai semua zat larut, dinginkan dengan es sampai suhu 15 C,tanbahkan 25 gram es dan titrasi pelan-pelan dengan natrium nitrit sambil diaduk-aduk samapi terjadi warna biru pada pasta kanji iodide yang disebabkan oleh penggoresan satu tetes larutan titrasi indicator pasat kanji iodide  

Titrasi Nitrimetri
Ditimbang sampel paracetamol 62 mg. Ditambahkan 10 ml H2SO4 10%. Dipanaskan (refluks) di atas kompor listrik selama 10 menit. Ditambahkan 5 ml HCl encer. Ditambahkan 2 gr KBr. Ditambahkan 10 ml aquadest Didinginkan dalam baskom berisi air es, dijaga agar suhu tidak lebih dari 150C. Dititrasi dengan NaNO2 hingga menunjukkan warna biru segera pada saat digoreskan tetesan larutannya pada kertas kanji iodida. Dicatat volume titrasinya.


VII. DATA PENGAMATAN
Penetapan Kadar
V. Titran
V. Analit
I. 9.65 ml
10 ml
II. 11.5 ml
10 ml

Rata-rata : 10.075%


VIII. PEMBAHASAN

Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mendeteksi suatu senyawa, unsur, ataupun zat lainnya dalam suatu larutan secara visual, baik dalam keadaan kering maupun basah. Parameter dalam analisis kualitatif adalah endapan, perubahan warna pada larutan, serta warna endapan yang terbentuk.
Analisis reaksi-reaksi khusus senyawa C, H, O, N merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa C, H, O, N yang terdapat dalam sampel  obat-obatan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif. Dalam metode ini hanya dilakukan penentuan ada atau tidak adanya zat yang ingin diketahui di dalam sampel yang diteliti, dimana dalam metode ini lebih mementingkan proses dibandingkan hasil akhir, oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Percobaan pertama kami kami melarutkan parasetamol dalam 10 ml air yang kemudian ditambah 1 tetes FeCl3 sampai warna larutan berubah menjadi biru violet yang menandakan hasil positif. Parasetamol dicampurkan dengan air agar parasetamol bisa tercampur atau bisa larut. Besi ( III ) klorida ini akan mengikat 3 molekul parasetamol dan Fe3+ ini yang menjadi atom pusat. Fe ini yang akan sebagai akseptor atau penerima elektronnya sedangkan ligannya yang akan memberikan electron sehingga akan terjadi ikatan kovalen. FeCl3 merupakan senyawa kompleks yang mana senyawa kompleks ini mempunyai ciri yang khas yaitu umumnya berwarna tapi warna itu tergantung ligannya.

Analisis Kuantitatif
Reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus aromatis-bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada pebentukan garam-garam diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit dengan amin aromatik bebas.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar parasetamol dengan menggunakan metode nitrimetri. Titran yang digunakan adalah NaNO2 0,1 N yang kemudian direaksikan dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit (HNO2). Titrasi dilakukan di bawah suh 15°C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Pada pecobaan ini, digunakan indikator luar yakni kertas kanji iodida. Pada kertas kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru karena iodida diubah menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium, namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan pada kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segera. Berikut reaksinya :

2HI + 2HNO2 → I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kanji → kanji iod (biru) 
Pada percobaan ini, digunakan sampel parasetamol Untuk sampel paracetamol, paracetamol 125  mg ditambahkan dengan H2SO4 10% sebagai bahan untuk menghidrolisa gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian dipanaskan dan ditambahkan HCl encer. Untuk mempercepat reaksi, ditambahkan KBr lalu ditambahkan air. Setelah itu, dinginkan ingát suhu di bawah 15°C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Selanjutnya dtirasi dengan NaNO2 0,1 N. titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah 60 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian saat dilakukan nya titrasi (kesalahan Paradoksal) , karena titrasi ini menggunakan indikator luar, sehingga agak sulit untuk mengetahui kapan titrasi sudah mendekati, maupun sudah mencapai titik akhir. Faktor lain yang menyebabkan kesalahan dalam analisis parasetamol tsb adalah suhu yang tidak tepat dan tidak terjaga saat dilakukannya titrasi.


IX. KESIMPULAN
Analisis Kualitatif : Sampel merupakan positif parasetamol
Analisis Kuantitatif : Kadar Sampel parasetamol yang didapat adalah 60%


  

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. PustakaPelajar. Yogyakarta.
Hamdani. 2013. Nitrimetri. Available online at http://catatankimia.com/catatan/nitrimetri.html
Setyawati. H. Murwani. I.K. 2010. Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Besi(III)-EDTA.  Prosiding Seminar Nasional Sains. Jurusan Kimia ITS. Surabaya.
Zulfikar. 2010. Nitrimetri. Available online at http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-nitrimetri/