I. Tujuan
1.
Mengetahui cara pembuatan tablet dengan
metode penyalutan film
2.
Melakukan uji Quality Control (QC)
terhadap tablet
II. Prinsip
1.
Metode penyalutan film
Metode dimana Tablet inti yang disalut dengan
lapisan relatif tipis dari material yang cocok. Dalam metode ini terdapat daya
adhesi antara larutan penyalut dan tablet inti. Metode ini memiliki waktu
pengerjaannya relatif lebih cepat, lebih efisien karena membutuhkan tenaga dan
bahan lebih sedikit, luas area produksi bisa dikurangi, dan hanya sedikit
menambah berat tablet (2-4%)
2.
Evaluasi tablet berdasarkan standar
quality control (QC)
a. Waktu
hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian
batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada
etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet hisap atau
dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lbih
dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut.
b. Friabilitas
Friabilitas merupakan salah satu parameter yang
perlu ditetapkan dari sebuah tablet untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap
bantingan pada saat pengepakan maupun distribusi. Sebelum diuji, tablet harus dibersihkan
dari segala debu atau serbuk yang menempel, begitupun setelah pengujian. Bobot
sebelum dan sesudah diuji kemudian dibandingkan. Selisih bobotnya tidak boleh
lebih dari 1%.
c. Keseragaman
bobot
Pengujian dimana diambil
sebanyak 20 tablet kemudian ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya.
Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu persatu dan dihitung persentase
masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya.
III. Teori dasar
Tablet Bersalut
Tablet bersalut adalah tablet yang
disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu. Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau
tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam
saluran cerna (Depkes RI, 1979).
Perbedaannya dengan salut gula
adalah tablet salut gula merupakan tablet kempa yang disalut dengan beberapa
lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Supaya dapat menahan bantingan
selama proses penyalutan tablet inti harus memiliki resistensi dan kekerasan
yang cukup di dalam panci penyalut yang berputar terus menerus selama proses
berlangsung. Kekerasan yang cukup juga akan berperanan memperlambat penyalut
pada waktu dilakukan penyalutan dan sebaiknya permukaan tablet berbentuk.
Bentuk tablet inti yang ideal untuk disalut ialah: sferis, elip, bikonvek bulat
atau bikonvekoval. Tinggi antara permukaan tablet sedapat mungkin agak rendah.
Pada bentuk ini sesudah dibasahi dengan cairan penyalut, kemungkinan hanya
terjadi lengketan pada satu titik tertentu saja dari sisi tablet dan perlekatan
ini hanya akan berlangsung selama periode waktu relative singkat karena segera terlepas
lagi pada waktu terjadi gerakan panci penyalut. Kelebihan salut film dibanding
dengan salut gula ialah lebih tahan terhadap kerusakan akibat goresan, bahan
yang dibutuhkan lebih sedikit dan waktu pembuatannya lebih sedikit (Lachman, et. al., 1994).
Beberapa
keuntungan penggunaan teknologi film coating yaitu :
a.
Waktu proses yang lebih cepat
b.
Pengurangan luas area produksi
c.
Peningkatan berat yang minimum
d.
Otomatisasi, seiring dengan perkembangan
teknologi proses penyalutan lapis tipis dapat diotomatisasi (Basri, 2009).
Dalam penyalutan lapis film pada
tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan seperti polimer (pembentukan
selaput), plasticizer, surfaktan, pewarna, pemanis/perasa/pengharum, pengkilap,
dan pelarut. Bahan polimer yang digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa
(HPMC). Polimer ini merupakan suatu bahan pilihan untuk sistem suspensi udara
dan sistem panci penyalut dengan penyemprotan (Lachman, et. al., 1994).
Jika hanya menggunakan polimer saja
akan dihasilkan lapisan film yang rapuh, mudah pecah, dan mudah terkelupas,
untuk memperbaiki hal tersebut, diperlukan plasticizer untuk mempertinggi
keluwesan dan fleksibilitas dari lapisan tipis penyalut tersebut (Basri, 2009).
Tablet inti (core) yang akan
disalut haruslah memenuhi persyaratan tertentu, karena selama proses penyalutan
akan terjadi gerakan dan bantingan tablet inti secara terus menerus selama
beberapa waktu. Kerapuhan tablet inti harus sekecil mungkin. Kerapuhan yang
tinggi akan menyebabkan terbentuknya partikel halus dan kasar yang akan dapat
menempel pada permukaan tablet selama proses penyalutan, tempelan tersebut
dengan sendirinya akan menyebabkan cacat pada permukaan tablet yang disalut.
Tablet inti harus hancur dengan cepat di dalam lambung atau usus sesudah
penyalut terlarut (untuk tablet yang entero soluble). Pada umumnya tablet inti
yang disalut akan hancur lebih lama jika dibandingkan dengan tablet yang tidak
disalut. Perubahan waktu hancur tersebut disebabkan karena pada waktu penyalutan,
pori pada permukaan tablet ditutupi oleh larutan penyalut sehingga akan
memperlambat penetrasi cairan pada waktu hancur (Basri, 2009).
Tablet
yang disalut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan, diantaranya:
a.
Permukaan tablet harus benar-benar licin
b.
Lapisan penyalut harus stabil dan tidak
cacat
c.
Pewarnaan yang homogen pada lapisan
tipis yang berwarna dan tidak boleh terjadi migrasi zat warna ke dalam inti
tablet
d.
Lapisan penyalut tidak boleh menunjukkan
sifat mudah pecah dan retak
e.
Penyalutan harus dapat melindungi tablet
inti terhadap pengaruh udara kelembaban dan cahaya.
f.
Penyalut harus mempunyai rasa yang
menyenangkan dan dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari tablet inti
g.
Pada umumnya lapisan penyalut harus
melarut dalam media cairan lambung dengan waktu sesingkat mungkin
h.
Penyalutan yang digunakan tidak boleh
merusak atau mengurangi aktivitas bahan obat (Martin, et. al., 1993).
Prinsip-Prinsip Penyalutan Tablet
Ada
dua komponen utama yang penting dalam penyalutan tablet yaitu :
a.
Sifat-sifat tablet
Tablet-tablet yang akan disalut harus mempunyai
sifat fisik tertentu yang sesuai. Dalam proses penyalutan, tablet-tablet
bergulir di dalam panci atau berhamburan dalam aliran udara dari suatu penyalut
suspensi udara ketika proses penyalutan berlangsung. Agar mampu menahan
benturan sesama tablet atau benturan tablet dengan dinding panci, maka tablet
harus tahan terhadap abrasi dan gumpil. Permukaan tablet yang rapuh, yang lunak
oleh pemanasan, atau yang rusak oleh campuran penyalut, cenderung menjadi kasar
pada tahap awal proses penyalutan dan tidak cocok untuk disalut dengan lapisan
tipis (Augsburger & Hoag, 2008).
b.
Proses penyalutan
Distribusi
dari penyalut dilakukan dengan menggerakkan tablet-tablet tersebut, baik secara
tegak lurus (panci penyalut) maupun secara vertikal (alat penyalut suspensi
udara) terhadap pemakaian campuran penyalut (Augsburger & Hoag, 2008). Tergantung
pada peralatan dan fasilitas yang tersedia, operasi penyalutan lapisan tipis
dilakukan dengan menggunakan panci penyalut untuk penyalutan. Cara penambahan
larutan penyalut dapat dilakukan dengan cara penuangan seperti halnya pada
penyalutan gula atau dengan cara penyemprotan dengan alat khusus. Baik
penuangan ataupun penyemprotan dapat dilakukan secara terus-menerus atau dengan
diselang-seling (intermittent) (Basri, 2009).
Bahan-Bahan yang Digunakan dalam
Penyalutan Tablet
Suatu
bahan penyalut lapisan tipis yang ideal harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
a.
Larut dalam pelarut yang digunakan untuk
persiapan penyalutan.
b.
Larut dalam keadaan tertentu yang
dimaksud, misalnya kelarutan yang mudah dalam air, lambat larut dalam air atau
kelarutan yang tergantung pada pH (lapisan enterik).
c.
Kemampuan untuk menghasilkan produk yang
tampak anggun.
d.
Stabilitas dalam keadaan panas, cahaya, kelembapan,
udara dan substrat yang akan disalut. Sifat-sifat lapisan tipis harus tidak
berubah dengan berlalunya waktu.
e.
Tidak memiliki warna, rasa ataupun bau.
f.
Serasi dengan aditif larutan penyalut
pada umumnya.
g.
Tidak toksis, tidak mempunyai kegiatan
farmakologis dan mudah dipakai ke partikel atau tablet.
h.
Tahan retakan dan dilengkapi dengan
pelindung obat terhadap kelembapan, cahaya dan bau bila perlu (Saifullah,
2007).
Evalusi Pra-penyalutan Tablet
Pemeriksaan waktu hancur tablet
yang disalut enterik, menurut United State Pharmacopeia (USP), mengharuskan
tablet tahan terhadap pengadukan dalam larutan pemeriksaan cairan lambung
buatan pada temperatu 37 ± 2 o C (tanpa lempengan). Setelah satu jam terpapar
dalam cairan lambung batan tersebut, tablet tidak memperhatikan bukti adanya
daya hancur, keretakan atau kerapuhan. Kemudian ditambahkan suatu lempengan
pada setiap tabung dan pemeriksaan dilanjutkan dengan menggunakan cairan usus
buatan yang dipertahankan pada temperatur 37 ± 2oC sebagai cairan pencelup,
untuk satu metode pemeriksaan selama 2 jam atau dalam batas waktu yang tertera
dalam monografinya. Jika seluruh tablet sudah hancur, pemeriksaan tablet sudah
selesai. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur secara sempurna, pemeriksaan
diulangi dengan menggunakan 12 tablet tambahan. Pemeriksaan daya hancur tablet
dinyatakan selesai bila 16 dari 18 tablet dapat dihancurkan (Aulton, 1988).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat
penyalut
2. Ayakan
mesh 10, 16
3. Beaker
glass
4. Disintegrator
5. Friability
tester
6. Gelas
ukur
7. Neraca
Analitik
8. Pemanas
Listrik
9. Perkamen
B. Bahan
1. Alkohol
2. Aquadest
3. Coloris
4. Opadry
5. Tablet
V. Prosedur
Evaluasi pra-penyalutan
a. Keseragaman bobot
Alat
timbang dinyalakan dan ditara. Kemudian 20 butir kaplet ditimbang satu per satu
dan bobot masing-masing kaplet dicatat. Setelah itu bobot rata-rata kaplet
dihitung.
b. Friabilitas
Bobot
satu kaplet ditimbang, jika satu kaplet kurang dari 650 mg maka sampel
ditimbang sebanyak 6-6,5 g dan didapatkan berat awal. Kemudian sampel kaplet
dimasukkan dalam friability tester. Alat
kemudian dinyalakan selama 4 menit dan kaplet ditimbang serta dihitung berat
akhirnya.
c. Waktu hancur
Sebanyak
500 ml aquadest dimasukkan dalam beaker glass dengan suhu 37oC. Lalu
masing-masing kaplet dimasukkan ke dalam cakram dan beaker glass dimasukka ke
dalam alat disintegrator. Kemudian alat dinyalakan dan tombol start ditekan.
Setelah itu waktu hancur obat dicatat.
Pembuatan larutan penyalut
Formula:
R/ Opadry 10
g
Aquadest
10 ml
Alkohol ad
100 ml
Zat warna q.s
10
g opadry dilarutkan dalam 10 ml aquadest. Lalu ditambahkan alkohol hingga 100
ml. Kemudian ditambahkan zat warna secukupnya dan dicampur hingga homogen.
Penyalutan tablet
Sebelum
dilakukan penyalutan bobot satu tablet ditimbang dan keseluruhan tablet pun
ditimbang. Lalu tablet dimasukkan dalam panci penyalut. Kemudian larutan
penyalut disemprotkan ke dalam panci dengan spray gun. Setelah itu dilakukan
pengeringan menggunakan blower setelah dilakukan penyemprotan.
Evaluasi tablet salut
a.
Keseragaman bobot
Alat
timbang dinyalakan dan ditara. Kemudian 20 butir kaplet ditimbang satu per satu
dan bobot masing-masing kaplet dicatat. Setelah itu bobot rata-rata kaplet
dihitung.
b.
Waktu hancur
Sebanyak 500 ml aquadest dimasukkan dalam beaker
glass dengan suhu 37oC. Lalu masing-masing kaplet dimasukkan ke
dalam cakram dan beaker glass dimasukka ke dalam alat disintegrator. Kemudian
alat dinyalakan dan tombol start ditekan. Setelah itu waktu hancur obat
dicatat.
VI. Data Pengamatan dan Perhitungan
Evaluasi Pra-penyalutan
a.
Uji Keseragaman bobot
Tabel
1. Keseragamn bobot awal tablet
No
|
Berat tablet (gram)
|
1.
|
0,16
|
2.
|
0,16
|
3.
|
0,17
|
4.
|
0,16
|
5.
|
0,15
|
6.
|
0,11
|
7.
|
0,17
|
8.
|
0,14
|
9.
|
0,15
|
10.
|
0,16
|
11.
|
0,14
|
12.
|
0,17
|
13.
|
0,14
|
14.
|
0,17
|
15.
|
0,17
|
16.
|
0,16
|
17.
|
0,13
|
18.
|
0,16
|
19.
|
0,17
|
20.
|
0,16
|
Rata-rata
|
0,155
|
b.
Friabilitas
Sebelum
diuji = 6,1 gram
Setelah
diuji = 6,06 gram
Kecepatan = 25 rpm
Waktu
= 4 menit
%
Friabilitas =
=
= 0,65 %
c.
Waktu hancur
Waktu
hancur = 13 detik
Formula Larutan Penyalut
R/ Opadry 10 gram
Aquadest 10
ml
Alkohol ad 100 ml
Zat
Warna q.s.
Hasil Penyalutan Tablet
Tablet
salur berwarna hijau
Evaluasi Tablet Salut
a.
Uji Keseragaman bobot
Tabel
2. Keseragaman bobot akhir tablet
No
|
Berat tablet (gram)
|
1.
|
0,15
|
2.
|
0,15
|
3.
|
0,15
|
4.
|
0,17
|
5.
|
0,14
|
6.
|
0,15
|
7.
|
0,17
|
8.
|
0,15
|
9.
|
0,15
|
10.
|
0,13
|
11.
|
0,15
|
12.
|
0,14
|
13.
|
0,14
|
14.
|
0,16
|
15.
|
0,14
|
16.
|
0,14
|
17.
|
0,15
|
18.
|
0,15
|
19.
|
0,15
|
20.
|
0,15
|
Rata-rata
|
0,149
|
b.
Waktu hancur
Waktu
hancur = 1 menit 46 detik
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali
ini, dilakukan proses penyalutan tablet dengan salut film. Keuntungan dari
salut film ini yaitu memperbaiki tampilan tablet, memperlama waktu release
tablet/waktu disolusi, dan sebagai perlindungan terhadap lingkungan luar,
misalnya terhadap cahaya dan udara luar. Tablet yang akan disalut harus
memiliki friabilitas yang baik serta berbentuk cenderung tidak mempunyai bidang
datar karena tablet bentuk ini memiliki friabilitas yang cenderung baik. Sebelum
dilakukan penyalutan film pada tablet, tablet di uji pra-penyalutan terlebih
dahulu yaitu seperti uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, dan uji
friabilitas.
Pada uji
keseragaman bobot, alat yang digunakan adalah neraca atau timbangan digital.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat keseragaman dari tablet yang dibuat
dengan pengujian bobot secara acak. Tablet yang digunakan untuk pengujian
sebanyak 20 tablet dan ditimbang satu per satu. Hasil dari percobaan diperoleh
jumlah bobot tablet tersebut adalah 3100 mg dengan bobot rata-rata 155 mg.
Berdasarkan pada perhitungan berat tablet nyata yang memiliki rentang ukuran
140 mg – 170 mg, maka bobot tablet tersebut dikatakan tidak sesuai dengan
ketentuan dari keseragaman bobot. Bobot yang tidak sesuai ini, kemungkinan
karena validasi alat yang tidak baik sehingga ketika pencetakan, bobot
tabletnya tidak memenuhi syarat. Seharusnya pada saat pencetakan tablet
dilakukan uji dahulu dengan mencetak satu tablet kemudian ditimbang bobotnya.
Jika bobotnya telah memenuhi persyaratan maka pencetakan tablet diteruskan, tetapi
apabila tidak sesuai maka alat harus divalidasi kembali.
Pengujian waktu hancur tablet ini bertujuan untuk
mengetahui berapa lama tablet tersebut hancur menjadi molekul-molekul yang siap
untuk didistribusikan di dalam tubuh. Pada pengujian waktu hancur ini, 6 tablet
dimasukan ke dalam alat disintegrator
tester, yang berupa keranjang dengan 6 kolom dimana pada kolom-kolom
tersebut dimasukkan tablet yang akan diuji. Kemudian ada cakram penutup yang
berfungsi untuk mencegah tablet tersebut keluar dari kolom. Keranjang yang
telah berisi tablet, ditutup dengan cakram dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi air
dengan suhu 37oC. Waktu yang diperlukan agar semua tablet hancur
sempurna adalah 13 detik. Hal ini
sesuai dengan yang disyaratkan Farmakope Indonesia Edisi 3, yaitu waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit.
Pengujian
Friabilitas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui kerapuhan tablet jika
tablet mengalami gesekan antar sesama. Pengujian friabilitas ini menggunakan
alat friabilator. Banyaknya
tablet yang digunakan dalam pengujian friabilitas memiliki berat antara rentang
6 g hingga 6,5 gram, bila berat tabletnya kurang dari 650 mg. Pada percobaan
ini, berat tablet yang digunakan berada dalam rentang 140-170 mg, sehingga
banyaknya tablet yang digunakan untuk uji friabilitas yaitu 6-6,5 gram.
Kecepatan yang digunakan dalam pengujian friabilitas ini adalah sebesar 25
rad/s selama 4 menit. Pada percobaan ini berat tablet yang digunakan adalah
sebesar 6,1 gram dan bobot akhir tablet setelah pengujian adalah 6,06 gram.
Persentase
friabilitas yang didapat adalah 0,65 %. Berdasarkan pada literatur, friabilitas
yang dapat diterima adalah < 1%.
Sumber lain menyebutkan bahwa kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1%
masih dapat dibenarkan. Berdasarkan literatur dapat dikatakan bahwa persentase
friabilitas dari tablet yang akan disalut memenuhi persyaratan yang sebenarnya.
Tablet inti yang
sudah diuji kelayakannya agar dapat disalut film lewat uji keseragaman bobot,
uji kompresibilitas, dan uji friabilitas, siap untuk disalut dengan larutan
penyalut dalam panci penyalut khusus. Tablet inti yang akan digunakan untuk
disalut hendaknya memiliki stabilitas fisika yang cukup baik untuk bertahan
terhadap beban mekanis dalam panci penyalut (beban guliran dan beban gesekan)
atau dalam bet berputar(beban tumbukan). Tablet yang digunakan tidak boleh
mempunyai bidang yang datar, lebih baik berbentuk bundar telur atau bundar
bikonveks atau oval bikonveks dengan tinggi sisi yang rendah. Pada percobaan
kali ini digunakan tablet bikonkaf. Tablet inti juga harus bebas dari debu.
Suatu perluasan inti (misalnya karena debu) tidak boleh muncul karena dapat
menyebabkan hancurnya inti secara prematur. Inti-inti yang pecah harus
dihilangkan sebelum penyalutan, karena kondisi permukaan yang berpori dapat
menyebabkan infiltrasi cairan penyalut ke dalam inti yang tidak dikehendaki.
Adapun tujuan
dari penyalutan tablet dengan salut film adalah untuk melindungi zat berkhasiat
terhadap pengaruh lingkungan, menutupi rasa bau yang tidak enak, perlindungan
terhadap benturan mekanik, meningkatkan penampilan, membantu dan mempermudah
identifikasi sediaan, menghindari inkompatibilitas, mempermudah proses
pengemasan, modifikasi profil dan kecepatan disolusi.
Sebanyak 100
tablet yang sudah siap untuk disalut dimasukkan ke dalam panci penyalut yang
berbentuk spheris. Panci tersebut sebelumnya dilapisi dengan perekat (lakban)
agar tablet tablet tersebut tidak lengket dalam dinding panci. Panci penyalut
ini dapat berputar searah jarum jam pada sebuah sumbu miring dimana sudut
kemiringannya dapat diatur. Kecepatan putaran panci juga dapat diatur. Panci
ini juga dilengkapi dengan blower (dengan suhu kira-kira 600C) dan
alat penghisap debu. Selanjutnya tablet dalam panci disemprot dengan larutan
penyalut sedikit demi sedikit secara manual menggunakan alat semprot khusus
sambil panci berputar. Adapun larutan penyalut yang digunakan adalah Opadry yang diencerkan dengan pelarut alkohol. Pada proses penyemprotan larutan
penyalut perlu diperhatikan jarak antara tablet dengan alat penyemprot dan
sudut kemiringan alat penyemprot. Bila terlalu dekat maka tablet akan menjadi
lengket dan cenderung untuk bersatu. Sebaliknya bila terlalu jauh, penyemprotan
menjadi tidak efisien karena tidak mengenai tablet. Pada saat penyemprotan dilakukan
juga penarikan debu dari tablet sesekali menggunakan alat vacum dan juga
digunakan blower untuk memberikan udara panas agar pelarut dalam larutan
penyalut cepat menguap sehingga tablet tidak lengket. Pancaran semburan
diarahkan kepada tablet-tablet inti yang ada dalam panci penyalut, sedangkan
suplai udara hangat diarahkan tidak jauh dari daerah semburan. Uap bahan
pelarut dihisap pada bagian sisi atas panci, dimana jumlah udara yang melintasi
alat penghisap harus lebih besar daripada suplai udara hangat, sehingga uap
bahan pelarut tidak mengalir keluar dari panci. Proses melembabkan inti yang
diakhiri dengan pengeringan udara harus berlangsung cepat, jika ingin menjamin
homogenitas lapisan.
Tebal penyalut
yang melapisi tablet inti tidak boleh terlalu tebal ataupun terlalu tipis.
Tebal lapisan materi penyalut disesuaikan dengan kebutuhan sasaran obat,
misalnya tablet tahan asam lambung namun larut dalam usus halus, maka harus
memiliki tebal penyalut 60 mikrometer.
Dari hasil
penyalutan yang dilakukan, didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Tablet yang
disalut mengalami picking/sticking yaitu terkelupasnya permukaan tablet. Hal
ini disebabkan kecepatan penyemprotan yang terlalu tinggi serta tidak merata,
jarak penyemprotan yang kurang baik, kondisi pengeringan yang tidak mencukupi,
dan distribusi cairan penyalut yang buruk. Hal ini bisa diatasi dengan
mengurangi kecepatan penyemprotan, mengatur jarak penyemprotan, dan menigkatkan
kondisi pengeringan.
Setelah
dilakukan penyalutan, tablet kemudian di evaluasi. Evaluasi tablet salut
meliputi kenaikan bobot tablet dan waktu hancur tablet. Uji kenaikan bobot
dilakukan dengan mengambil secara acak sebanyak 20 tablet yang telah disalut,
kemudian masing-masing tablet ditimbang dan kemudian dihitung bobot rata-rata
nya. Bobot rata-rata ini kemudian dibandingkan dengan bobot rata-rata tablet
inti dan kemudian dipersentasikan. Menurut literatur kenaikan bobot yang
dipersyaratkan untuk tablet salut selaput adalah sebesar 2-5 %. Dari hasil
penimbangan diperoleh rata-rata bobot tablet salut yang di evaluasi adalah
sebesar 149 mg. Rata-rata bobot tablet salut ini berkurang bila dibandingkan
dengan rata-rata bobot tablet awal, yaitu 155 mg. Pengurangan bobot ini dapat
terjadi karena proses penyalutan yang kurang baik sehingga lapisan penyalut
tidak menutupi tablet inti secara sempurna. Selain itu, adanya tumbukan antara
tablet dan panci penyalut serta tablet lainnya pada saat proses penyalutan juga
dapat menyebabkan adanya pengurangan pada bobot tablet.
Evaluasi
selanjutnya adalah pengujian waktu hancur. Waktu hancur tablet salut lapis
tipis perlu diketahui untuk meyakinkan bahwa tablet tersebut dapat hancur
segera sehingga dapat menggambarkan hancurnya tablet dalam saluran cerna. Pada
saat tablet hancur, tablet berada pada keadaan terlarut yang selanjutnya dapat
terabsorpsi dalam saluran sistemik. Pada sediaan tablet, sebelum obat terlarut,
tablet harus terdisintregasi atau hancur menjadi partikel-partikel. Semakin
cepat hancur suatu tablet, diharapkan semakin cepat obat sampai pada
sasarannya. Waktu hancur dari tablet salut yang memenuhi persyaratan FI III
yaitu tidak melebihi 60 menit untuk tablet salut selaput.
Pengujian waktu
hancur, dilakukan dengan menggunakan alat disintegrator kemudian dihitung waktu
nya hingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa pada keranjang.
Dari hasil pengujian, tablet yang telah disalut memiliki waktu hancur yang
cukup cepat yaitu selama 1 menit 46 detik. Hal ini menunjukkan bahwa penyalut
dapat terlarut dalam medium uji yaitu aquadest sehingga waktu hancur nya tidak
berbeda jauh dengan waktu hancur tablet inti.
VIII.
Kesimpulan
1.
Pembuatan tablet salut film dilakukan
dengan menggunakan metode dimana tablet inti yang disalut dengan lapisan
relatif tipis dari material yang cocok. Dalam metode ini terdapat daya adhesi
antara larutan penyalut dan tablet inti.
2.
Uji Quality Control (QC) terhadap tablet
salut dilakukan dengan evaluasi berikut ini :
a.
Keseragaman bobot
Sebelum
penyalutan = Rata-rata bobot = 0,155 g
Setelah
penyalutan = Rata-rata bobot = 0,149 g
b.
Friabilitas = 0,65%
c.
Waktu hancur
Sebelum
penyalutan = 13 detik
Setelah
penyalutan = 1 menit 46 detik
DAFTAR PUSTAKA
Augsburger, L.L.
& Hoag, S. W. 2008. Pharmaceutical
Dosage Forms: Tablets. 3rd Edition. Informa Health Care USA. New York.
Aulton, M, E.
1988. Pharmaceutics: The Science of
Dosage Form Design. Churchill Livingstone Inc. New York.
Basri. 2009.
Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers) dengan Bahan Penyalut
Hidroksipropil Metilselulosa dan Polietilen Glikol 400. Tersedia di: http://www.etd.eprints.ums.ac.id/5865/
[diakses pada 13 Mei 2013].
Depkes RI. 1979.
Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Lachman, L. ,
Lieberman, H. A., & Joseph, L. K. 1994. Teori
dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Penerjemah: Siti Suyatmi.
Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Martin, A.,
James, S., & Arthur, C. 1993. Farmasi
Fisik. UI Press. Jakarta.
Saifullah. 2007.
Tablet Salut. Tersedia di: http://www.akfar.ac.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=4:tablet&download=7:tablet-khusus&Itemid=70
[diakses pada 13 Mei 2013].