Analisis Kadar Tramadol HCl Dengan "Spektrofotometri UV-Visible" dan Spektrometri IR
Analisis Kadar Tramadol HCl Dengan "Spektrofotometri UV-Visible" dan Spektrometri IR
I.
Tujuan
a.
Menentukan kadar Tramadol HCl dalam
sampel tak diketahui dengan menggunakan spektrofotometri Uv-Visible.
b.
Menganalisa karakteristik gugus fungsi
tramadol HCl dengan spektrum serapan
inframerah.
II.
Prinsip
a.
Spektroskopi inframerah
Spektrofotometri
Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1
b.
Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV merupakan salah
satu metode analisis yang dilakukan dengan panjang gelombang 100-400 nm atau
595–299 kJ/mol. Spektrofotometer UV lebih banyak digunakan dalam analisis
senyawa organik khususnya dalam penentuan struktur senyawa organik.
c.
Hukum Lambert Beer
Hubungan antara A (absorbansi) dan kedua intensitas adalah:
Jika I lebih kecil
dari Io, berarti sampel menyerap sejumlah sinar. Selanjutnya
perhitungan sederhana dilakukan oleh computer untuk mengubahnya menjadi apa
yang disebut dengan absorbansi – dengan I adalah intensitas.
Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang
yang sama – disimbolkan dengan A.
III.
Tinjauan
Pustaka
Analisis
kualitatif yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang
tidak diketahui. Walaupun analisis kualitatif sudah banyak ditinggalkan, namun
analisis kualitatif ini merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan
konsep-konsep dasar yang telah dipelajari dalam kimia dasar. Analisis
kualitatif senyawa obat tentang identifikasi suatu zat fokus kajiannya adalah
unsur apa yang terdapat dalam suatu sampel. Untuk memudahkan dalam suatu
identifikasi, sebaiknya senyawa obat yang diidentifikasi ditentukan dahulu struktur
kimia organiknya sehingga kita dapat mengetahui golongan unsur, analisis gugus,
unsur-unsur penyusun senyawa (C, N, S, P atau halogen) dari senyawa obat,
kemudian memudahkan kita untuk mengetahui sifat-sifat kimia seperti kelarutan
(Auterhoff dan Kovark, 1978).
Atom-atom
dalam suatu molekul tidaklah diam, melainkan bervibrasi atau bergetar. Hal ini
disebabkan karena ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan
sebagai dua bola yang dihubungkan oleh pegas (Hendayana, 1994).
Spektrofotometri
Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik,
artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak
lurus dengan arah rambatan (Christian, 1994).
Spektrokopi
IR digunakan untuk penentuan struktur, yakni informasi penting tentang gugus
fungsional suatu molekul. Penentuan struktur ini dilakukan dengan melihat plot
apektrum IR yang terdeteksi oleh alat spektrofotometer IR. Spektrum ini
menyatakan jumlah radiasi IR yang diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi
frekuensi atau bilangan gelombang. Semakin rumit struktur suatu molekul,
semakin banyak bentuk-bentuk vibrasi yang meungkin terjadi. Akibatnya kita akan
melihat banyak pita-pita absorpsi yang diperoleh pada spektrum IR. Perlu
diketahui bahwa atom-atom dengan massa rendah cenderung lebih mudah bergerak
dibanding atom dengan massa atom lebih tinggi, contohnya adalah vibrasi yang
melibatkan atom hidrogen sangat berarti (Hendayana, 1994).
Radiasi
Infra Merah yang dilewatkan melalui suatu cuplikan (dapat berupa padatan /
cairan murninya), menyebabkan molekul-molekul dapat menyerap energi radiasi,
sehingga terjadi perubahan tingkat vibrasi, yakni dari tingkat dasar atau ground
state ke tingkat vibrasi tereksitasi atau exited state (Khopkar,
1984).
Dalam
spektrofotometer, mula-mula sinar infra merah dilewatkan melalui sampel dan
larutan, kemudian dilewatkan pada monokromator untuk menghilangkan sinar yang
tidak diinginkan (stray radiation). Berkas sinar ini kemudian
didespersikan melalui prisma atau grating. Dengan melewatkannya melalui
slit, sinar tersebut dapat difokuskan pada detektor yang akan mengubah berkas
sinar menjadi sinyal listrik yang selanjutnya direkam oleh rekorder (Tarigan,
1986).
Analisis
identifikasi gugus fungsi dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik
spektrum ikatan tertentu, mialnya spektrum IR ikatan C=O terletak pada 1700 cm-1,
bentuknya runcing (tajam) ata7u dikatakan spektrum kuat. Spektrum vibrasi –OH
terletak sekitar 3500 cm-1, pada umumnya berikatan hidrogen sehingga
melebar. Spektrumnya tidak tajam. Bila ada ikatan C=O dan gugus –OH maka
dimungkinkan senyawa adalah asam (Hendayana, 1994).
Vibrasi
molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu vibrasi regangan
(stretching) dan vibrasi bengkokan (bending). Dalam vibrasi regangan, atom
bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkannya sehingga akan terjadi
perubahan jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi
regangan ada dua macam, yaitu Regangan Simetri (unit struktur bergerak
bersamaan dan searah dalam satu bidang datar) dan Regangan Asimetri (unit
struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu bidang
datar) (Harvey, 2000).
Jika
sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka
dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi
osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi
menjadi empat jenis, yaitu Vibrasi Goyangan (Rocking - unit struktur bergerak
mengayun asimetri tetapi masih dalam bidang datar), Vibrasi Guntingan
(Scissoring - unit struktur bergerak mengayun
simetri dan masih dalam bidang datar), Vibrasi Kibasan (Wagging - unit
struktur bergerak mengibas keluar dari bidang datar), dan Vibrasi Pelintiran
(Twisting - unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang menghubungkan
dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar) (Harvey, 2000).
Gugus
|
Jenis Senyawa
|
Daerah Serapan (cm-1)
|
C-H
|
alkana
|
2850-2960, 1350-1470
|
C-H
|
alkena
|
3020-3080, 675-870
|
C-H
|
aromatik
|
3000-3100, 675-870
|
C-H
|
alkuna
|
3300
|
C=C
|
Alkena
|
1640-1680
|
C=C
|
aromatik (cincin)
|
1500-1600
|
C-O
|
alkohol, eter, asam
karboksilat, ester
|
1080-1300
|
C=O
|
aldehida, keton, asam
karboksilat, ester
|
1690-1760
|
O-H
|
alkohol, fenol
(monomer)
|
3610-3640
|
O-H
|
alkohol, fenol (ikatan H)
|
2000-3600 (lebar)
|
O-H
|
asam karboksilat
|
3000-3600 (lebar)
|
N-H
|
amina
|
3310-3500
|
C-N
|
Amina
|
1180-1360
|
-NO2
|
Nitro
|
1515-1560, 1345-1385
|
(Harvey, 2000).
Instrument yang sangat
sederhana untuk absorpsi UV-Vis Moleculer adalah filter fotometer yang
menggunakana filter absorpsi atau interferens untuk mengisolasi pita radiasi.
Filter ditempatkan diantara sumber dan sampel untuk mencegah sampel
terdekomposisi ketika terpapar radiasi energi tinggi. Fotometer filter memiliki
jalur optik tunggal antara sumber dan detektor sehingga disebut single beam
instrument.Instrumen dikalibrasi menjadi 0% T sementara menggunakan shutter unutk
memblok sumber radiasi dari detektor. Setelah shutter dilepaskan,
instrumen dikalibrasi menjadi 100 % T menggunakan blanko sesuai. Blanko
kemudian diganti dengan sampel dan transmitansnya diukur. Karena kekuatan
kejadian sumber dan sensitivitas detektor bervariasi dengan panjang gelombang,
fotometer harus dikalibrasi kembali kapan pun filter diubah. Kelebihan dari
fotometer ini adalah murah, mudah dirawat, dan keras, dan portable sehingg
adapat dilakukan analisis di lapangan. Kekurangannya adalah instrumen ini tidak
dapat digunakan untuk memperoleh spektrum absorpsi (Harvey, 2000).
Skema filter fotometer
dengan shutter (Harvey, 2000).
Instrumen menggunakan monokromator
sebagai pemilih panjang gelombang disebut spektrometer. Dalam sepektroskopi
absorbansi, ketika transmitan adalah perbandingan rasio dari dua kekuatan
radian maka disebut spektrofotometer. Spektrofotometer paling sederhana adalah single
beam instrument yang dilengkapi dengan monokromator fixed wavelength
. Single beam spectrophotometer dikalibrasikan dan digunakan dengan cara
yang sama seperti fotometer. Karena lebar pita nya efektif cukup besar,
instrument ini lebih cocok untuk kuantitatif analisis daripada kualitatif
analisis. Akurasi single beam spectrophotometer terbatas oleh stabilitas
sumber dan detektornya (Harvey, 2000).
Skema single beam
spectrophotometer (Harvey, 2000).
Limitasi
dari fixed-wavelength single-beam spectrophotometers diminimalisasi
dengan menggunakan double-beam in-time spectrophotometer. Chopper
mengontrol jalur radiasi dan mengubahnya atara sampel, blanko, dan shutter.
Prosesor signal menggunakan chopper yang diketahui kecepatan rotasinya untuk
memisahkan signal yang sampai ke detektor karena transmisi dari blanko dan
sampel. Lebar pita efektif double-beam spectrophotometer dikontrol oleh celah
yang dapat diatur pada monokromator masuk dan keluar. Lebar pita efektif adalah
antara 0.2 nm dan 3.0 nm. Monokoromator
scanning menyediakan pencatatan spektrum secara otomatis. Instrumen double beam
lebih cakap dibandingkan single beam instrument karena dapat digunakan untuk
quantitative maupun kualitatif namun lebih mahal. Desain instrumen didesain
menggunakan detektor single dan dapat memonitor hanya satu panjang gelombang
dalam satu waktu. Fotodiode linear tersusun atas detektor multiple atau
channels, membuat seluruh spektrum dicatat sebagai 0.1 s. Fotodiode diletakkan
pada focal plan (Harvey, 2000).
Skema
double beam in time spectrophotometer (Harvey,
2000).
IV.
Alat
dan Bahan
·
Alat
1. Batang
Pengaduk
2. Beaker
Glass
3. Corong
Pisah
4. Gelas
Ukur
5. Kertas
Perkamen
6. Kuvet
7. Labu
Ukur
8. Mortir
Kecil
9. Neraca
Analitis
10. Pipet
Tetes
11. Pipet
Volume
12. Spatel
13. Spektrometer
UV Visible
14. Spektrometer
IR
15. Stamper
Kecil
·
Bahan
1. Aquadest
2. Baku
Tramadol HCl
3. KBr
4. Sampel
5. Tramadol
HCl
V.
Prosedur
·
Analisis Tramadol HCl dengan
Spektrometer UV
Pertama-tama
larutan standar dibuat dengan konsentrasi awal sebesar 100 ppm. Larutan standar
dibuat dengan menimbang 5 mg baku tramadol HCl. Lalu larutan tersebut
dilarutkan dengan 50 ml aquadest dalam labu ukur. Kemudian dilakukan pengenceran
sebanyak 5 kali dari konsentrasi awal larutan standar. Konsentrasi masing –
masing pengenceran adalah 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, dan 80 ppm. Masing-
masing pengenceran dilakukan pada labu ukur. Setelah pembuatan larutan standar
selesai, dilakukan pembuatan larutan sampel tramadol HCl. Larutan sampel
tramadol HCl dibuat dengan konsentrasi 100 pm. Cara pembuatannya adalah sebesar
2 mg sampel tramadol HCl ditimbang lalu dilarutkan dengan 20 ml aquadest pada
labu ukur. Larutan standar dan larutan sampel telah jadi, langkah selanjutnya
adalah pengukuran kadar sampel tramadol dengan spektrometer UV. Pertama-tama
pengukuran blanko dilakukan. Kemudian masing-masing pengenceran larutan standar
tramadol HCL dimasukkan ke dalam kuvet lalu diukur absorbansinya. Setelah itu
dilakukan pengukuran larutan sampel tramadol HCl dengan langkah yang sama.
Setelah didapatkan absorbansi pada masing-masing konsentrasi larutan standar
tramadol HCl dan larutan sampel tramadol HCl, dibuat kurva kalobrasi untuk
menentukan kadar dari larutan sampel tramadol HCl.
·
Analisis Tramadol HCl dengan
Spektrometer IR
Sebanyak
50 mg tramadol HCl ditimbang. Lalu dikeringkan di oven selama 15 menit.
Kemudian hasil pengeringan tersebut ditimbang sebesar 10 mg. Lalu dicampurkan
dengan 250 mg KBr kering dan digerus pada mortir kecil hingga homogen. Setelah
itu campuran tersebut dimasukkan kedalam pompa hidrolik yang telah ditekan
sebesar 10 ton selama 5 menit. Kemudian akan terbentuk lempeng. Lempeng
tersebut dimasukkan ke dalam alat spektrometer IR sehingga spektrum IR tramadol
HCl diperoleh.
VI.
Data
Pengamatan
A. Analisis Tramadol HCl dengan
Spektrometer UV-Visible
1.
Baku
Konsentrasi
awal 100 ppm (5 mg baku tramadol HCl dalam 50 ml aquadest)
No.
|
Pengenceran
|
Konsentrasi
(ppm)
|
1.
|
4 ml
|
4 x 100/10 = 40 ppm
|
2.
|
5 ml
|
5 x 100/10 = 50 ppm
|
3.
|
6 ml
|
6 x 100/10 = 60 ppm
|
4.
|
7 ml
|
7 x 100/10 = 70 ppm
|
5.
|
8 ml
|
8 x 100/10 = 80 ppm
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Absorbansi
|
40
|
0,2435
|
0,2438
|
|
0,2439
|
|
ẍ
|
0,2437
|
50
|
0,3441
|
0,3441
|
|
0,3441
|
|
ẍ
|
0,3441
|
60
|
0,3979
|
0,3979
|
|
0,3980
|
|
ẍ
|
0,3979
|
70
|
0,4705
|
0,4704
|
|
0,4709
|
|
ẍ
|
0,4706
|
80
|
0,5322
|
0,5320
|
|
0,5317
|
|
ẍ
|
0,5320
|
2.
Sampel
Konsentrasi
sampel 100 ppm (2 mg dalam 20 ml)
Konsentrasi
(ppm)
|
Absorbansi
|
100
|
0,1695
|
0,1693
|
|
0,1695
|
|
ẍ
|
0,1694
|
KURVA BAKU
ppm
|
A
|
40
|
0.2437
|
50
|
0.3441
|
60
|
0.3979
|
70
|
0.4706
|
80
|
0.532
|
Absorbansi
sampel = y (substitusi ke persamaan linier)
0,1694 = 0,007031x – 0,0242
x = = 27,53 ppm
Konsentrasi
sampel = 27,53 ppm
Kadar
sampel =
B. Analisis dengan spektrometri IR
Gugus fungsi
|
Panjang gelombang
|
C-N
|
1345-1385
|
C-H alifatik (alkil)
|
2900-3000 ( < 3000)
|
C-H aromatik
|
3000 - ± 3100
|
N-H
|
± 3500
|
O-H
|
± 2600 - 2800
|
C-C
|
± 1500
|
O-C
|
± 1300
|
Senyawa C16H25NO2.HCl
VII.
Pembahasan
Percobaan analisis
farmasi kali ini bertujuan untuk menganalisa senyawa Tramadol hidroklorida
dengan menggunakan alat spektrofotometri uv-visible dan spektrometri
inframerah. Sampel merupakan campuran analit beserta bahan pengisi lain, sehingga
tidak murni.
Seperti yang kita
ketahui, spekteofotometer uv-visibel digunakan untuk menentukan kadar senyawa dalam kumpulan matriks yang
tidak diketahui, pengukurannya bersifat kuantitatif. Sedangkan spektrometer IR
digunakan untuk mengidentifikasi identitas senyawa yang merupakan suatu bentuk
analisis kualitatif berdasarkan karakterisasi gugus fungsi.
A. Spektrometri
UV-Visible
Metode yang
dipilih adalah metode kurva kalibrasi atau bisa juga disebut eksternal standar,
metode ini menggunakan larutan pembanding baku yang dibuat menjadi beberapa
tingkat konsentrasi, kemudian diukur absorbansinya untuk mendapatkan suatu
persamaan linear yang memenuhi hukum lambert beer.
Pemilihan
tingkat konsentrasi haruslah mendapatkan absorbansi diantara rentang 0.2-0.8
untuk mendapatkan suatu gars linear hubungan antara kosentrasi dan absorbansi
dengan nilai koefisien korelasi yang sedaekat mungkin dengan 1 atau ± ~ 0.999. sehingga apabila konsentrasi ( ppm)
dari BPFI menghasilkan absorbansi yang terlalu besar atau terlalu kecil dari
rentang, maka harus disesuaikan.
Kurva baku merupakan suatu metode yang cocok untuk
analisis senyawa tunggal dengan konsentrasi cukup besar yang dapat
memberikan respon. Pada proses preparasi
bakul, sejumlah 5 mg baku BPFI Tramadol HCl dilarutkan dengan pelarut yang sesuai (asam klorida) dengan
volume terukur 50 ml sehingga didapatkan konsentrasi sebesar 100 ppm yang dijadikan sebagai larutan stock. Larutan
ini kemudian diencerkan menjadi 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm dan 80 ppm,
kemudian dimasukkan kedalam kuvet untuk diperiksa absorbansi masing-masing
konsentrasi.
Yang perlu
diperhatikan adalah kuvet tidak boleh terkena interaksi langsung dari jari pada
zona bagian beningnya karena hal ini akan berakibat tertinggalnya lemak yang
dapat mengganggu serapan. Pengukuran
kemudian dilakukan dengan memasukkan blanko (hanya pelarut) terlebih dahulu
untuk memastikan bahwa tidak ada gangguan serapan dari pelarut (kontaminasi). Spektrofotometer
yang digunakan bertipe double beam sehingga pemeriksaan blanko hanya dilakukan
satu kali saja karena balnko dan sampel dapat di ukur secara bersamaan.
Hasil absorbansi
yang didapat kemudian diplot berhubungan dengan konsentrasi pada aksis x
sedangkan absorbansi sendiri di plot pada sumbu y sehingga dapat dihitung persamaan
linearitasnya untuk mendapatkan kadar sampel.
Sampel kemudian
diperlakukan sama dengan zat standar sehingga didapatkan konsentrasi 100 ppm,
yang kemudian langsung diukur dengan prosedur yang sama dengan standar (tidak
ada pengenceran). Hasil absorbansi yaitu 0.1694 kemudian dimasukkan kedalam
persamaan y = 0,007031x – 0,0242
sehingga didapatkan konsentrasi atau kadar Tramadol HCl dalam sampel tak
diketahui adalah ±
27.53 %.
B. Spektrometer
IR
Pengukuran
dengan spektrometer IR digunakan untuk megetahui dan memastikan identitas suatu senyawa berdasarkan spektrum
gugus fungsi yang terdeteksi. Tiap senyawa atau zat mempunyai suatu ciri khas
spektrum yang terletak pada daerah fingerprint yang tidak akan sama apabila
dibanding-bandingkan satu sama lain.
Persiapan untuk
prosedur analisa dengan spektrometer inframerah adalah menyiapkan pellet
analisis yang terdiri dari sampel yang digerus bersamaan dengan kalium bromida
( KBr) yang telah dikeringkan di oven terlebih dahulu untuk menghilangkan air
karena sifatnya yang higroskopis. Hasil gerusan bersama kemudian dimasukkan
kedalam cakram untuk diberi tekanan tinggi dalam kondisi vakum sehingga serbuk
hasil gerusan tertekan dan menjadi sebuah lempeng pellet yang transparan (
transparansi sangat penting, karena apabila tidak homogen atau terdapat bagian
pellet yang buram karena serbuk dan pembuatan pellet yang tidak homogen, maka
serapan akan menjadi kurang bagus ).
Pellet yang
telah jadi kemudian dimasukkan kedalam instrumen dan dianalisis, hasilnya
adalah spektrum gugus fungsi yang merupakan output interaksi ikatan tiap unsur
didalam senyawa, interaksi yang dimaksud adalah streching dan bending.
Berdasarkan pengamatan,
pada spektrum terdapat interaksi dari C-H alifatik serta aromatik, yang
ditunjukkan oleh spektrum tajam disekitar 3000 satuan gelombang, ini
mengisyratkan senyawa mempunyai ikatan alifatik dan aromatik dari unsur alkil.
Dapat diamati
juga pada daerah fingerprint yang merupakan kumpulan interaksi intramolekul
yang lebih spesifik, dapat diamati ada unsur interaksi C-O, C-C dan C-N. Interaksi
O-H juga terlihat dari spekrum melebar disekitar satuan gelombang 2600 1/cm.
Dengan struktur
tramadol HCl yang seperti :
Maka interaksi
gugus fungsi yang terdapat didalam spektrum kemungkinan besar menggambarkan
tramadol HCl.
Kemungkinan-kemunginan
yang dapat menggangu serapan IR dan berakibat pada terdapatnya spektrum
penggangu antara lain adalah :
1.
Kurang keringya KBr
2. Pellet
yang kurang transparan
3. Pellet
yang tidak homogen
4.
Adanya kontaminasi dari lemak jari pada
pellet
Sehingga apabila ingin mendapatkan
hasil yang baik, hal-hal tersebut harus diperhatikan dengan baik.
VIII.
Kesimpulan
a.
Kadar Tramadol HCl dalam sampel adalah 27.53 %
b. Berdasarkan spekrum inframerah, sampel mempunyai
semua interaksi gugus fungsi yang dimiliki tramadol HCl.
DAFTAR
PUSTAKA
Autherhoff, H. dan Kovark. 1987. Identifikasi Obat Terbitan keempat. ITB. Bandung
Basset, J. dkk. 1994. Buku
Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Terjemahan
A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Christian,
G.D. 1994. Analytical Chemistry 5th
Edition. John Wiley and Sons, lnc. New York. Page 485-497.
Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta
Harjadi,
W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Harvey,
David. 2000. Chemistry: Modern Analitycal
Chemistry First Edition. Page 388-409. United States of America:
The Mc-Graw Hill Company.
Hendayana,
Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Jakarta : Erlangga, hal. 154 –194
Khopkar,
S. M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik (terjemahan). Bombay : Analytical Laboratory Department of
Chemistry Indian Institut of Technology Bombay, hal. 204 – 243.
Khopkar.
2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI
Press. Jakarta.
Rival,
Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.
Tarigan,
Poris. 1986. Spektrometri Massa. Bandung : Alumni, hal. 51 – 54.