PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN
METODA GRANULASI KERING
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1 Mengetahui cara
pembuatan tablet dengan metode granulasi kering.
2 Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap
tablet.
II.
PRINSIP PERCOBAAN
◦ Metode granulasi kering
Granulasi kering, yaitu metode yang memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
◦ Evaluasi granul
Evaluasi
granul mencakup uji susut pengeringan, uji laju alir, uji distribusi granul,
dan uji kerapatan
◦ Evaluasi tablet berdasarkan standar quality
control (QC) :
Evaluasi
tablet mencakup uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji
friabilitas, dan uji waktu hancur
III.
TEORI DASAR
Tablet
adalah sediaan padat kompak, dibuat
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya
rata atau cembung, mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat,
zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (FI III,1979).
Tablet adalah
sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.Berdasarkan
metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam
mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas
penuhdan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya
lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat
amorf atau gumpalan.
Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak
mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih
penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini (FI
IV,1995).
Metode granulasi kering disebut juga slugging,
merupakan salah satu metodepembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (partikel zat
aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul) dari serbuk semula.
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya (Kloe,2010).
Pada proses
ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan
ke dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut
slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian
diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik
dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas
dapat diulang (Kloe,2010).
Keuntungan granulasi
kering adalah :
- Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
- Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
- Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan granulasi kering adalah :
- Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
- Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
- Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang (Kloe,2010).
Granulasi
adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan
tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul
terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan,
dari metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan
pengikat musilago amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini
seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi peleburan atau
hot melt granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat
berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang melebur di atas suhu kamar.
Granulasi peleburan ini dapat digunakan untuk membentuk granul dengan bahan
pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan tujuan penyalutan dan/ atau
pembentukan matriks sediaan pelepasan dimodifikasi (modified release drug).
Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah : tidak membutuhkan bahan
pelarut, tidak memerlukan proses
pengeringan, dan prosesnya berlangsung cepat serta bersih (Kloe,2010).
Pemeriksaan kualitas granul
Bahan obat
sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu, bentuk serbuk yang
seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet (Voigt, 1984).
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna
teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan
mekanis yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air
(Voigt, 1984).
Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui
kualitas fisik serbuk antara lain:
1). Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet
adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam
corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa
untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan
sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik (Lachman et al,
1994).
2). Sudut diam serbuk
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara
timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul
atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi
oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih
besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Lachman et
al, 1994).
3). Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping
terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical
tapping device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume
sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah konstan (Vt) (Sulaiman,2007).
Uji Fisik Tablet
1). Keseragaman ukuran
tablet
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet
2). Kekerasan
Uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet
secara keseluruhan, yang diukur dengan memberikan tekanan pada tablet
(Sulaiman,2007).
3). Kerapuhan (friability)
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan
kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan
abrasi pada permukaan tablet. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas debukan dan
ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan
diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang
kembali, dan dihitung prosentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah
perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 % (Sulaiman,
2007).
4). Keseragaman bobot
Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman
bobot dan batas toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet tidak
bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut : timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan
penyimpangan bobot rataratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika
tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu
pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan pada kolom B. Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet,
dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih
dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B (Tabel 1) (Sulaiman, 2007)
5). Waktu hancur
Suatu sediaan tablet yang diberikan peroral, agar dapat
diabsorbsi maka tablet tersebut harus terlarut (terdisolusi) atau terdispersi
dalam bentuk molekular. Tahap pertama untuk tablet agar dapat terdisolusi
segera adalah tablet harus hancur (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan
dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut
dalam medium air dengan suhu 37oC. Dalam monografi yang lain
disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Pernyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15
menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit.
Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
IV. ALAT BAHAN
4. 1 Alat :
4.2 Bahan :
1. Disentigrator tester 1. Amprotab
2. Flow tester
2. Avicel
PH 102
3. Friabilator
3. Ibuprofen
4. Hardness tester 4. Mg stearat
5. Jangka sorong digital 5. Starch RX 1500
6. Moisture balance 6. Talkum
7. Tap Density tester
8. Timbangan digital
4.3 Gambar alat :
4.3.3 Friabilator 4.3.4 Hardness
Tester
4.3.5 Jangkasorong Digital 4.3.6 Moisture Balance
4.3.7 Timbangan Digital 4.3.8 Tap Density Tester
V. PROSEDUR
Pembuatan
granul
Ayak bahan sebelum ditimbang
menggunakan neraca analit. Kemudian timbang fase dalam. Lalu dilakukan
pembuatan granul. Tahap awalnya adalah Ibuprofen dan semua bahan yang telah diayak
kemudian diaduk homogen dalam wadah. Hasil pencampuran kemudian dibentuk
slug melalui proses slugging dengan dimasukkan kedalam rotary tablet press.
Slug digranulasi dengan granulator mesh 10. Granul kemudian dicetak hingga
terbentuk tablet yang kompak.
Evaluasi
granul
a.
Uji laju susut pengeringan
10
g granul ditimbang alat dinyalakan dengan menekan tombol on/off. Suhu dan
waktunya diatur. Lalu tombol “tare” ditekan hingga layar menunjukkan angka nol.
Kemudian granul dimasukkan ke atas piringan alumunium dan tekan tombol “start”.
Setelah pengujian selesai, dilakukan pencatatan granul yang tertera di layar.
b.
Uji laju alir
Granul
15 g ditimbang dan alat untuk menentukan kecepata alir granul dan sudut
istirahat disiapkan. Lalu bagian bawah alat (berupa corong) dipastikan telah
tertutup rapat dan diberi alas berupa kertas pada bagian bawah alat untuk
membuat plot diameter granul yang terbentuk. Kemudian granul dimasukkan.
Setelah itu, bagian penutup bawah dibuka dan waktu yang dibutuhkan oleh granul
untuk mengalir dicatat. Kemudian diameter lingkaran gunung serbuk yang
terbentuk dihitung dan tinggi puncak juga sudut istirahat dihitung.
c.
Uji kompresibilitas
Granul
ditimbang sebanyak 15 g. Lalu granul yang telah ditimbang dimasukkan dalam
gelas ukur 100 ml, tanda batas dilihat dan dicatat. Kemudian gelas ukur berisi
granul diketuk-ketukan dengan interval 2 detik 1 ketukan. Setelah itu tanda
batas di gelas ukur diperhatikan, bila granul tidak mengalami penurunan lagi
setelah 5 ketukan terakhir, pengujian telah selesai dan volume akhirnya
dicatat. Lalu kerapatan nyata, kerapatan mampat, dan kompresibilitas dihitung.
Pencetakkan
tablet
Granul yang telah
diuji dicampurkan dengan fasa luar yang telah ditimbang yaitu PVP 14,9 g,
talcum 5,96 g, dan Mg stearat 2,98 g. Setelah itu dimasukkan ke dalam alat
pencetak tablet. Alat pencetak tablet dinyalakan dan diatur hingga didapat
tablet dengan massa 0,609-0,670 g. Lalu dicetak hingga mencapai 265 kaplet.
Evaluasi
tablet
a.
Keseragaman bobot
Alat
timbang dinyalakan dan ditara. Kemudian 20 butir kaplet ditimbang satu per satu
dan bobot masing-masing kaplet dicatat. Setelah itu bobot rata-rata kaplet
dihitung.
b.
Keseragaman ukuran
Sebanyak
20 kaplet disiapkan. Lalu masing-masing kaplet diukur diameter dan ketebalannya
dengan jangka sorong. Hasil pengukuran dicatat dan rata-rata diameter juga
tebal dihitung.
c.
Kekerasan
20
kaplet disediakan. Kaplet dipasang pada hardness
tester dan alat dinyalakan hingga kaplet pecah. Lalu tekanan yang tertera
pada alat dicatat.
d.
Friabilitas
Bobot
satu kaplet ditimbang, jika satu kaplet kurang dari 650 mg maka sampel
ditimbang sebanyak 6-6,5 g dan didapatkan berat awal. Kemudian sampel kaplet
dimasukkan dalam friability tester. Alat
kemudian dinyalakan selama 4 menit dan kaplet ditimbang serta dihitung berat
akhirnya.
e.
Waktu hancur
Sebanyak
500 ml aquadest dimasukkan dalam beaker glass dengan suhu 37oC. Lalu
masing-masing kaplet dimasukkan ke dalam cakram dan beaker glass dimasukka ke
dalam alat disintegrator. Kemudian alat dinyalakan dan tombol start ditekan.
Setelah itu waktu hancur obat dicatat.
VI. DATA
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Formula
R/ Ibuprofen 500 mg
Starch Rx
1500 75 mg
Amprotab 22
mg
Avicel pH
102 35 mg
Talcum 5 mg
Mg Stearat 3 mg
Evaluasi
granul
a.
Uji laju susut pengeringan
Massa
awal = 10,002 g
LOD
= 2,01%
b.
Uji laju alir
Waktu
= 4,3 detik
Tinggi
(h) = 1,1 cm
Diameter
= 10,25 cm
Jari-jari
(r) = 5,125 cm
Tan
α =
α
= 12,134o (Sudut istirahat)
c.
Uji
kompresibilitas
Massa
serbuk = 15 gr
Vawal
= 24
ml
Vakhir
= 23,5 ml
Kerapatan
nyata =
Kerapatan
mampat =
Kompresibilitas
=
=
= 2,037%
Evaluasi
tablet
a.
Keseragaman bobot
No
|
Berat
tablet (gram)
|
1.
|
0,5189
|
2.
|
0,5409
|
3.
|
0,5310
|
4.
|
0,5433
|
5.
|
0,5440
|
6.
|
0,5310
|
7.
|
0,5293
|
8.
|
0,5400
|
9.
|
0,5344
|
10.
|
0,5564
|
11.
|
0,5665
|
12.
|
0,5430
|
13.
|
0,5569
|
14.
|
0,5077
|
15.
|
0,5156
|
16.
|
0,5700
|
17.
|
0,5600
|
18.
|
0,5411
|
19.
|
0,5627
|
20.
|
0,5540
|
Rata-rata
= 0,5423 g
b.
Keseragaman ukuran
No
|
Tebal
(mm)
|
Diameter
(mm)
|
1.
|
3,86
|
13,03
|
2.
|
3,76
|
13,03
|
3.
|
3,87
|
13,03
|
4.
|
3,98
|
13,02
|
5.
|
3,97
|
13,05
|
6.
|
3,79
|
13,02
|
7.
|
4,03
|
13,06
|
8.
|
3,97
|
13,02
|
9.
|
4,01
|
13,02
|
10.
|
3,87
|
13,02
|
11.
|
4,00
|
13,02
|
12.
|
3,83
|
13,02
|
13.
|
4,02
|
13,02
|
14.
|
3,89
|
13,01
|
15.
|
3,78
|
13,03
|
16.
|
4,00
|
13,02
|
17.
|
3,89
|
13,04
|
18.
|
3,85
|
13,01
|
19.
|
3,94
|
13,06
|
20.
|
3,88
|
13,04
|
Rata-rata
|
3,888
|
13,0325
|
c.
Kekerasan
No
|
Tekanan
|
1.
|
57,5
|
2.
|
42
|
3.
|
45
|
4.
|
57,5
|
5.
|
48
|
6.
|
40
|
7.
|
35
|
8.
|
35
|
9.
|
35
|
10.
|
53
|
11.
|
28
|
12.
|
35
|
13.
|
35,5
|
14.
|
35
|
15.
|
41
|
16.
|
67,5
|
17.
|
57
|
18.
|
46
|
19.
|
57,5
|
20.
|
50
|
d.
Friabilitas
Sebelum
diuji = 6,4323
Setelah
diuji = 6,218
Rpm
= 25
Waktu
= 4 menit
%
Friabilitas =
=
= 3,32 %
e.
Waktu
hancur
Waktu
hancur = 20,2 Detik
VII. PEMBAHASAN
Tahap yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan semua bahan
yang akan digunakan yang terdiri dari Ibuprofen, Starch Rx 1500,
Amprotab, Avicel pH 102, Talkum, dan Mg Stearat. Bahan-bahan tersebut dibagi menjadi
dua yaitu fasa dalam dan fasa luar. Zat-zat fase dalam adalah; Ibuprofen, Starch Rx 1500,
Amprotab, dan Avicel pH 102. Kemudian fasa luar adalah; Mg Stearat dan Talkum. Bahan fase dalam nantinya
langsung dicampurkan dengan fase luar agar mengurangi kelengketan yang
disebabkan Ibuprofen yang dapat membuat alat slugging rusak.
Tahap awal proses granulasi kering yaitu pengecilan
partikel-partikel dengan proses pengayakan. Hal ini dilakukan karena distribusi
ukuran partikel mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia serbuk yang kemudian
akan berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga berperan penting pada
homogenitas tablet akhir. Bila terdapat perbedaan ukuran partikel yang besar
antara zat aktif dan eksipien, maka akan terjadi kesulitan pencampuran. Setelah
proses pengayakan, bahan ditimbang sesuai ketentuan.
Selanjutnya, tahap pembuatan slug (tablet
besar-besar). Pertama yang dilakukan adalah mencampurkan seluruh bahan dari
formulasi. Tahap pencampuran ini dilakukan hingga homogen di dalam baskom
berukuran sedang karena jumlah serbuk cukup banyak yaitu 448 g untuk 700 tablet.
Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah proses
slugging. Pada
proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian
diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari
campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat
diulang. Setelah itu dilihat tingkat kelengketan dengan melihat nilai susut
pengeringannya melalui uji LOD. Apabilan nilai LOD > 2 % maka harus
dilakukan ulang proses slugging karena tablet masih terlalu lengket (kadar
airnya tinggi).
Pembuatan granul adalah tahap berikutnya yang
dilakukan. Slug dengan kadar air yang telah sesuai dimasukkan ke alat
granulator untuk membentuk granul. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat
melalui gaya. Tujuan granulasi ini adalah untuk menghasilkan partikel yang berukuran
lebih besar dari serbuk semula (granul).
Granul lalu dilakukan pengujian granul yaitu uji
kadar air (LOD). Sebanyak 10 gram granul dari granul kering ditimbang lalu
diuji LOD. Uji LOD dilakukan dengan cara
granul diletakkkan di atas piring aluminium lalu dimulaikan alat, kemudian
dipanaskan hingga suhu 700. Apabila suhu LOD mencapai atau lebih
dari 700C, maka granul akan rusak sehingga bila suhu telah mencapai
700C, lampu harus digeser kemudian dilihat kadar airnya. Kadar air
yang bagus mempunyai rentang kurang dari 2%. Bila kadar airnya lebih dari 2%, maka granul harus dikeringkan kembali. Hal ini dilakukan agar pada saat pencetakan, tablet
yang terbentuk tidak basah dan tidak menempel pada cetakan tablet. Kadar air
granul yang diperoleh pada percobaan adalah 2,01%.
Kemudian dilakukan uji kompresibilitas. Pertama
ditimbang sebuk kering sebanyak 15g lalu dimasukkan kedalam Gelas Ukur. Setelah
dimasukkan kedalam Gelas Ukur dicatatkan volume awalnya (didapat hasil 24ml) agar
dapat dihitung kompresibilitasnya. Kemudian alat dinyalakan selama 5 menit, kemudian
dicatatkan volume akhir (didapat hasil 23,5ml). Hasil kompresibilitas setelah
melalui perhitungan adalah 2,037%.
Uji selanjutnya adalah uji Laju alir. Uji ini
dimulai dari ditimbangnya granul 15g dan dimasukkan kedalam hopper, dan
disiapkan stopwatch untuk dihitungkan waktu jatuhnya serbuk (didapat hasil 4.3
detik). Kemudian diameter dan tinggi serbuk yang telah dijatuhkan dihitung
(didapat hasil diameter: 10,25 cm, Tinggi: 1,1 cm). Sudut istirahat yang
diperoleh adalah sebesar 12,134o.
Tahap selanjutnya adalah pencetakkan tablet. Tablet dicetak
dengan mesin pencetak tablet yang telah diseting sesuai ukuran yang diinginkan.
Tablet yang telah dicetak lalu dilakukan uji Keseragaman bobotnya, dimulai
dengan dikalibrasikan alat timbangan lalu sebanyak 20 tablet ditimbangkan satu
per satu, kemudian dicatat bobot masing-masingnya, dan ini dilakukan agar dapat
dihitung rata-rata tabletnya. kemudian dihitung rata-rata dari tabletnya
(didapat hasil 0.5432g).
Uji selanjutnya adalah uji keseragaman ukuran.
Dimulai dengan disiapkan 20 tablet dan masing-masing tablet diukur dengan alat
Jangka Sorong Digital, kemudian dicatat semua hasil dari ukuran yang
didapatkan, dan hal ini dilakukan agar bisa dihitung rata-rata dari ukurannya
(didapat hasil Diameter: 13,0285 mm, Tebal: 3,9095 mm).
Kemudian dilakukan uji kekerasan. Dimulai dengan 20
tablet yang telah disiapkan dipasang pada alat Hardness Tester kemudian dimulai
pengujian, lalu dicatat hasil tekanan yang didapatkan yang menunjukkan
kekerasan dari tablet yang telah dibuat. Rata-rata tekanan yang diperoleh
adalah 45,025.
Uji selanjutnya adalah uji Friabilitas. Dimulai
dengan ditimbang tablet-tablet yang telah diproduksi. Tablet ditimbang hingga 6
- 6.5g dan berat satuan dari tablet yang ditimbang adalah ± 643.23 mg / 6.4323
g, kemudian sample tablet dimasukkan ke alat Friability Tester, lalu alatnya
dinyalakan selama 4 menit, dan ditimbangkan lagi berat akhirnya (didapat hasil
± 621.8 mg / 6.218 g), kemudian dihitung persentase friabilitasnya dan didapat
hasil 3.32 %.
Uji terakhir adalah uji waktu hancur. Diisi sebanyak
500ml aquadest kedalam beaker glass, lalu dimasukkan kedalam alat Desintegrator
lalu diset suhu 37°C kemudian masing-masing tablet dimasukkan kedalam cakram,
lalu dipasang ke alat dan dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian alat mulai
dinyalakan. Hasil yang didapat dari uji ini adalah 20.02 detik untuk waktu
hancur seluruh obatnya.
EVALUASI GRANUL
Pada percobaan
pembuatan tablet dengan metode granulasi kering, dilakukan evaluasi terhadap
granul dan tablet. Evaluasi granul dilakukan setelah terbentuk granul dari hasil
pemecahan slugging, yang meliputi pengujian laju alir & sudut istirahat, kompresibiltas,
dan susut pengeringan (LOD).
Pengujian
laju aliran granul bertujuan untuk memastikan homogenitas komposisi tablet
selama proses pencetakan. Berdasarkan hasil percobaan, waktu alir untuk 15 gram
granul adalah 4,3 detik. Artinya granul tersebut memiliki laju alir 3,5 gram/detik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa laju alir granul
buruk, sesuai dengan parameter watu alir
yaitu :
> 10 gram/ detik Sangat
baik
4 – 10 gram/ detik Baik
1,6 – 4 gram/ detik Buruk
< 1,6 gram/ detik Sangat
buruk
Waktu alir berpengaruh terhadap
keseragaman bobot. Waktu alir yang buruk dapat menyebabkan terjadinya segregasi
partikel granul (pemisahan partikel di mana partikel dengan ukuran paling kecil
berada pada posisi paling bawah) sehingga partikel dengan ukuran paling
kecil yang biasanya merupakan zat aktif, akan turun terlebih
dahulu selama pencetakan. Hal ini menyebabkan tablet yang dicetak lebih
awal akan memiliki dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tablet yang
dicetak di akhir. Oleh karena itu, kecepatan alir yang buruk dapat menyebabkan
ketidakseragaman bobot dan kandungan zat aktif atau dosis dalam sediaan tablet
yang dibuat.
Sudut istirahat
diperoleh dengan mengukur tinggi dan diameter tumpukan granul yang terbentuk, lalu dihitung dengan rumus :
Sudut istirahat yang diperoleh pada percobaan yaitu 12,134o. Data tersebut menunjukkan bahwa sifat alir granul yaitu
mudah mengalir sesuai standar sifat alir yaitu :
< 25o = mudah mengalir
25-45o = mengalir
> 45o = sukar mengalir
Berarti granul yang melewati lubang
corong dapat mengalir bebas.
Selanjutnya dilakukan uji kompresibilitas. Uji ini digunakan untuk melihat daya alir granul serta menunjukkan
bahwa granul memiliki sifat yang mudah dikempa atau sulit dikempa. Dalam metode slugging, kompresibilitas sangat penting
karena akan berpengaruh terhadap pengempaan. Untuk
menghitung kompresibilitas, diperlukan kerapatan mampat dan kerapatan nyata.
Kerapatan diperoleh dari rumus :
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh
kerapatan nyata = 0,625
gram/ml dan
kerapatan mampat = 0,638
gram/ml. Sedangkan
kompresibilitas dihitung menggunakan rumus :
Sehingga diperoleh
persen kompresibiltas yaitu 2,04%. Syarat kompresibilitas yang baik yaitu < 20%. Jadi, data percobaan menunjukkan bahwa daya alir granul baik dan memenuhi syarat.
Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan dari
tablet. Apabila kompresibilitas baik berarti granul akan mudah untuk dicetak. Karena kompresibitas bagus, maka granul siap untuk
dikempa.
Susut pengeringan atau loss on
drying dilakukan untuk mengetahui kelembaban granul dan
kadar air yang terkandung di dalamnya. Pengujian loss on drying dilakukan dengan menggunakan alat
moisture balance. Berdasarkan hasil percobaan, LOD yang diperoleh yaitu 2,01%. Data tersebut
menunjukkan bahwa kadar air granul berada dalam batas standar untuk LOD yaitu
2%. Kadar air granul pada percobaan agak berlebih. Hal itu mungkin
disebabkan oleh zat aktif yaitu ibuprofen bersifat mudah meleleh. Kadar air granul berhubungan dengan kompresibilitas tablet, karena kadar air
yang terbentuk beperan sebagai pengikat yang akan mengisi ruang kosong antar partikel. Selain itu, kadar
air akan mempengaruhi daya serap granul yang kemudian berpengaruh pada waktu
hancur tablet. Selain itu, jika tablet memiliki kadar air yang berlebih, maka tablet
juga akan mudah ditumbuhi oleh mikroba.
EVALUASI TABLET
Setelah tablet
dicetak, diambil beberapa tablet untuk diuji. Pengujian yang dilakukan disebut in process control (IPC) yang terdiri
dari pengukuran bobot, diameter, tebal, fribilitas, kekerasan tablet serta
waktu hancur tablet.
Uji penampilan dilakukan dengan
mengamati tablet secara visual. Tablet yang diperoleh dari hasil percobaan berbentuk
bulat, berwarna putih dengan permukaan licin dan agak mengkilat. Selain itu diukur
keseragaman ukuran yang meliputi diameter dan tebal. Menurut FI III, diameter
tablet tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak boleh kurang dari 11/3
tebal tablet. Dari data percobaan diperoleh rata-rata tebal tablet yaitu 3.91 mm dan diameter 13,03 mm. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa diameter tablet tidak memenuhi criteria dalam
Farmakope karena lebih dari 3x tebalnya. Diameter tablet pada percobaan
mempunyai nilai 3,3 kali dari tebal tablet. Hal itu terjadi karena kesalahan
optimasi tablet. Seharusnya bobot tablet yang dicetak yaiatu 0,64 gram. Namun
yang dilakukan dalam percobaan yaitu 0,5 gram sehingga tablet lebih tipis dari
standar yang seharusnya.
Uji keseragaman bobot dilakukan
untuk melihat homogenitas granul karena apabila bobot tidak seragam kemungkinan
disebabkan oleh homogenitas yang kurang baik. Keseragamn bobot dilihat dari
persen deviasi maksimum. Untuk tablet dalam percobaan, syaratnya tidak boleh ada 2
tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5%
dan tidak boleh satu pun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
10%.
Bobot tablet rata-rata yang diperoleh yaitu 542,3 mg, sehingga bobot tablet harus berada dalam rentang 515,185– 569,415 mg. Dalam
percobaan, 19 tablet berada dalam rentang tersebut dan ada 1 tablet yang tidak
termasuk rentang ±5%. Namun hasil tersebut masih memenuhi syarat karena hanya
ada 1 tablet yang melebihi 5% dari rata-rata dan tidak melebihi 10%-nya. Dengan
demikian
dapat dikatakan bahwa keseragaman bobot tablet pada percobaan memenuhi
persyaratan. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh laju alir. Apabila laju alir
bagus, berarti keseragaman bobot juga bagus. Pada percobaan dapat dikatakan
bobot tablet seragam. Hal ini sesuai, karena pada percobaan laju alir pun
menunjukkan laju alir yang baik.
Evaluasi selanjutnya yaitu uji kekerasan. Uji
kekerasan dilakukan
untuk mengetahui seberapa keras tablet yang dihasilkan dari proses formulasi.
Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik selama proses produksi,
penyimpanan, dan transportasi. Namun kekerasannnya harus berada pada batas yang
telah ditentukan. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan
tablet, bentuk dan waktu hancur tablet. Berdasarkan percobaan, diperoleh
rata-rata kekerasan tablet yaitu 45,025 N. Kekerasan yang baik berada pada rentang 60-70 N.
Dengan demikian kekerasan tablet dalam percobaan tidak memenuhi syarat.
Kekerasan tablet terlalu rendah, dengan kata lain tablet rapuh. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya pengikat seperti avicel. Tablet diharapkan
memiliki tingkat kekerasan yang cukup untuk membuat tablet tetap stabil, namun
dapat hancur ketika masuk ke saluran cerna di dalam tubuh. Kekerasan tablet
juga sangat dipengaruhi oleh kinerja mesin tablet. Mesin tablet yang baik akan
memberian nilai kekerasan yang seragam.
Setelah IPC, dilakukan pula
pengujian waktu hancur dan pengujian friabilitas. Uji friabilitas digunakan
untuk melihat tingkat kerapuhan tablet terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini
berkaitan dengan penggunaan jenis pengikat dan distribusi pengikat dalam
tablet. Dalam friabiitas, yang dipengaruhi adalah daya ikat eksternal tablet.
Pengikat yang efektivitasnya tinggi akan memberikan % friabilitas yang rendah
karena pengikat tersebut akan mengikat kuat massa tabet sehingga massa yang
lepas dari tablet akan lebih sedikit. % friabilitas yang baik yaitu < 1% Persen friabilitas
dapat dihitung menggunakan rumus :
Berdasarkan hasil
percobaan, diperoleh bobot awal sebelum uji yaitu 6,4323 gram dan setelah uji
yaitu 6,2189
gram. Pengurangan bobot tersebut terjadi karena adanya gesekan antar tablet
yang menyebabkan fasa luar tablet terkikis. Setelah dilakukan perhitungan,
diperoleh % friabilitas tablet yaitu 3,32%. Data
tersebut menunjukkan bahwa bobot tablet yang hilang setelah bergesekan dengan tablet
lain jumlahnya melebihi standar yang telah ditentukan. Dengan demikian,
pembuatan tablet pada percobaan tidak memenuhi persyaratan friabilitas. Hal
itu mungkin diakibatkan
oleh tablet yang rapuh atau tidak kuat
karena daya ikat yang kurang. Daya ikat yang kurang kemungkinan disebabkan oleh
penggunaan pengikat kering. Penambahan pengikat secara basah lebih baik karena
daya ikatnya lebih tinggi.
Uji waktu hancur dilakukan
untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa hancur di dalam tubuh/ saluran cerna yang
ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau menjadi lunak karena
tidak lagi memiliki inti yang jelas, kecuali bagian penyalut yang tidak larut.
Waktu hancur berkaitan dengan penggunaan disintegran dan daya
ikat dalam
formulasi tablet. Uji ini bertujuan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur sesuai
monografi zat aktif. Berdasarkan hasil percobaan, waktu hancur tablet yaitu 20.2
detik. Berdasarkan
Farmakope Indonesia : kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur ≤ 15
menit (tanpa salut) dan ≤ 60 menit (dengan salut). Dengan demikian dapat
diketahui bahwa tablet memiliki waktu hancur yang cepat dan memenuhi
persyaratan. Dilihat dari waktu hancurnya yang relatif cepat, obat
ini akan bekerja efektif di lambung. Waktu hancur yang cepat ini disebabkan oleh pengunaan pengikat yang
dicampurkan secara kering. Hal ini juga kemungkinan dapat disebabkan karena
kualiatas bahan yang kurang baik terutama Avicel PH 102 dan kekerasan dari
tablet kurang. Waktu
hancur yang baik menggambarkan tablet yang baik pula karena jika
dikonsumsi, tablet
tersebut akan mudah larut menjadi molekul obat dalam tubuh.
Kemasan yang
digunakan dalam mengemas tablet ibuprofen yang telah dibuat adalah kemasan
dalam yang biasanya terbuat dari bahan PET, sedangkan kemasan luar nya terbuat
dari bahan karton/kertas. Logo obat yang digunakan adalah warna hijau,
menandakan bahwa obat yang dibuat adalah termasuk golongan obat bebas. Nama
obat adalah Mamaprofen, berasal dari bahan aktifnya, yaitu Ibuprofen. Tanggal
kadaluarsa adalah 2 tahun sejak obat tersebut dibuat, yaitu tahun 2015.
Keterangan mengenai indikasi, kontraindikasi, dll dapat dilihat pada brosur.
Nomor batch : M 041304001 , dan nomor Registrasi : GBL 13 411 001 10 A1.
Penjelasan mengenai penomoran batch dan reg. ada dibawah ini :
·
G : Nama Dagang
·
B : Golongan obat bebas
·
L : Obat jadi produksi dalam negeri/local
·
13 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada
priode 2013-2015
·
411 : menunjukkan Nomor urut pabrik
·
001 : menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk
masing-masing pabrik
·
10 : Sediaan Tablet
·
A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
·
1 : Menunjukkan kemasan yang pertama
·
Produksi Ruahan
Digit 1 : Untuk
produk (tahun)
Digit 2 & 3 :
Kode produk dari produk ruahan
Digit 4,5 & 6 :
Urutan produk
·
Produk jadi
2-6 digit pada produk
ruahan ditambah di depan.
VIII. KESIMPULAN
Granulasi kering, yaitu metode
yang memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan
kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Uji
Quality Control (QC) terhadap tablet dilakukan dengan evaluasi berikut ini :
a. Kemampuan alir dan sudut istirahat
α = 12,134o (Sudut istirahat)
waktu alir = 4,3 detik
b. Kompresibilitas
= 2,037%
c. Kadar air (loss on drying)
= 2,01
%
d. Keseragaman bobot dan ukuran
Rata-rata bobot = 0,5423
g
Rata-rata tebal = 3,888
mm
Rata-rata diameter
= 13,0325 mm
e. Waktu hancur = 20,2 detik
f. Kekerasan Rata-rata tekanan = 44,5
g. Friabilitas = 3,32 %
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Jakarta.
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Kloe. 2010. Metode granulasi kering. Available online at : http://duniafarmasi.com/farmasetika/metode-granulasi-kering [diakses 27 April 2013]
Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K.
Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press.
Jakarta
Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium
Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
Voigt, R. 1984. Buku Ajar
Teknologi Farmasi, Edisi V. diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N., Edisi
5. UGM Press. Yogyakarta.