- Pendahuluan.
Gel merupakan sistem semipadat terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut
jeli (FI IV, hal 7).
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa
suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul
senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan
Syarat-syarat
sediaan gel :
1. Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada
permukaan kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan
3. Memiliki derajat kejernihan tinggi (efek estetika)
4. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti film
saat pemakaian
5. Mudah tercucikan dengan air
6. Daya lubrikasi tinggi
7. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan
(Formularium
Nasional, hal 315).
- Monografi
Natrium diklofenak
mengandung tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari ekuivalen dari 101.0%
natrium2-[(2,6-diklorofenil)amino]fenil]asetat, dihitung dengan pembanding
substansi kering.
Pemerian: Berwarna putih atau sedikit kekuningan, serbuk kristal,
sedikit higroskopik, mudah larut dalam air, larut dalam metanol,
larut dalam alkohol, sedikit
larut dalam aseton, tidak larut dalam eter.
Titik lebur: 280oC
Khasiat dan kegunaan: Analgesik; antiinflamasi.
- Prosedur
Penetapan kadar bahan
aktif dalam sediaan
Sebanyak 100 mg gel diencerkan
dengan menggunakan dapar fosfat ph 7,4 dalam labu takar hingga volume 50 mL.
Larutan tersebut diukur serapannya dengan spektrofotometer ultra violet pada
panjang gelombang 277 nm.
Pengukuran panjang
gelombang absorpsi maksimum di dalam larutan dapar fosfat ph 7,4
Larutan natrium diklofenak dibuat dengan
konsentrasi 10ug/mL di dalam larutan dapar fosfat pH 7,4. Serapan larutan
tersebut diukur pada panjang gelombang 200-400 nm dengan alat spektrofotometer
ultra violet (Dibbern, 1980).
Pembuatan
kurva kalibrasi di dalam larutan dapar fosfat ph 7,4
Dibuat larutan natrium diklofenak dengan
konsentrasi 1mg/mL di dalam larutan dapar fosfat pH 7,4. Dari larutan tersebut
diambil 2,5 mL larutan lalu diencerkan hingga 50 mL dan diperoleh larutan stok
dengan konsentrasi 50 ug/mL. Dari larutan stok diambil berturut-turut
0,5; 2,5; 5,0; 7,5; 10; 12,5 dan 15,0 mL larutan kemudian dimasukkan ke dalam
labu takar 25 mL dan digenapkan hingga volume 25 mL dengan larutan dapar fosfat
pH 7,4. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 1; 5; 15; 20; 25 dan 30 ug/mL.
Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang yang sesuai dengan hasil
pengukuran panjang gelombang maksimum.
Pembuatan
cairan penerima
Dibuat cairan penerima berupa larutan dapar
fosfat pH 7,4 dengan cara mencampurkan 500 mL larutan kalium dihidrogen fosfat
0,1 M dan 391 mL larutan natrium hidroksida 0,1 N. Larutan digenapkan dengan
air suling bebas karbondioksida hingga tepat 1 L.
Pembuatan
membran buatan
Kertas Whatman no.1 dibacam dengan cairan
Spangler. Komposisi cairan Spangler : minyak kelapa 15%, asam oleat 15%,
vaselin putih 15%, kolesterol 5%, asam stearat 5%, skualen 5%, parafin cair
10%, asam palmitat 10% dan minyak zaitun 20%. Seluruh bahan dileburkan diawali
dengan bahan bertitik lebur tertinggi. Kertas Whatman ditimbang, direndam dalam
cairan Spangler selama 15 menit. Kertas diangkat dan diletakkkan diantara 2
kertas saring agar cairan Spangler terhisap. Membran buatan yang telah siap,
ditimbang untuk mengetahui jumlah cairan yang diserap. Jumlah cairan yang
terserap dihitung dengan rumus :
Persentase
cairan Spangler terserap = [(W1 - W0) / W0] x 100%, dengan W0 adalah berat
membran sebelum dibacam dan W1 adalah berat membran sesudah dibacam.
Membran
memenuhi syarat uji keseragaman membran jika persentase cairan Spangler
terserap antara 102,19-131,22 % (Wirawan, 1993).
Pengujian
difusi dari sediaan semisolida
Sediaan sebanyak 2 g ditimbang dan
diratakan pada pelat sel difusi kemudian ditutup dengan membran Spangler.
Hindari masuknya udara. Jepit membran dengan cincin penjepit. Larutan dapar pH
7,4 disiapkan sebagai cairan penerima. Luas permukaan difusi membran adalah
2.545 cm2. Sambungan antara kompartemen donor dan reseptor dipasang. Pada sambungan
dioleskan vaselin agar tidak terjadi kebocoran.
Ke dalam kompartemen reseptor dimasukkan
200 mL larutan dapar fosfat pH 7,4 Kedua kompartemen ditutup dan diaduk dengan
kecepatan 40 ppm. Sel difusi dimasukkan ke dalam tangas air 37o C, kemudian diamati
selama 4 jam. Dilakukan pengambilan sampel dari kompartemen reseptor pada waktu
5, 15, 30, 45, 60, 75, 90, 120, 150, 180, 210, 240 menit sebanyak 10 mL.
Larutan tersebut digantikan dengan 10 mL larutan dapar pH 7,4. Serapan larutan
natrium diklofenak diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang
yang diperoleh dari penentuan panjang gelombang maksimum. Koreksi dilakukan
dengan penggunaan larutan dapar pH 7,4 sebagai blangko. Dibuat kurva hubungan
antara persentase natrium diklofenak yang berdifusi dari sediaan terhadap waktu
(Wirawan, 1993).
- Evaluasi
Sediaan Gel
Penentuan mutu fisik
sediaan.
Penentuan mutu fisik
sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis (bentuk, warna, bau, tekstur),
pengukuran pH, viskositas, uji daya sebar dan aseptabilitas. Pengamatan
dilakukan pada hari ke 3, 30, 40, 50 dan 60 setelah pembuatan.
Pemeriksaan
Organoleptis.
Masing-masing sediaan
gel diamati secara visual, meliputi pemeriksaan bentuk, warna dan bau.
Pengukuran pH.
Sediaan (4 gram)
terlebih dahulu diencerkan dengan air suling bebas CO2 sampai 40 ml, kemudian
dilakukan pengukuran pada rentang suhu 28,0–30,8 0C.
Pengukuran
Viskositas.
Dilakukan pada suhu
29.10C .
Uji Daya Sebar.
Dilakukan terhadap
200 mg sediaan, diletakkan di atas lempeng kaca yang bagian bawahnya ditempeli
kertas millimeter berdiameter 20 cm. Tutup dengan kaca penutup (tebal 2 mm dan
berat 469,5 g) serta diatasnya diberi beban.
Meliputi kesan pada
saat pemakaian (kelembutan, kemudahan diratakan dan sensasi dingin), kesan
sesudah pemakaian (kekeringan kulit) dan kemudahan dibersihkan, dilakukan
dengan cara mengoleskan dan meratakan sediaan gel pada permukaan kulit lengan
bawah 10 responden wanita berusia antara 20-30 tahun.
Pengukuran intensitas
echo gelombang ultrasonik sediaan gel
Pengukuran intensitas echo gelombang ultrasonik terhadap sediaan gel dilakukan dengan metode Ultrasonic flawdetection (pulse echo) dengan frekuensi 4 MHz dan kabel penghubung, serta blok kalibrasi baja karbon dengan ketebalan 25 mm. Setelah alat dinyalakan, dipilih menu untuk mengatur cepat rambat gelombang suara sesuai dengan lempeng logam yang digunakan (5890 m/s). Sediaan gel (2 gram) diletakkan di atas permukaan blok kalibrasi, kemudian diratakan. Transducer diletakkan di atas sediaan uji, kemudian digerakkan dengan tekanan yang konstan. Amplitudo yang menyatakan kekuatan echo gelombang ultrasonik diatur sampai ketinggian mencapai 80% FSH (skala maksimum) dengan cara mengatur tombol gain. Kemudian nilai gain (amplifikasi) pada alat dicatat.
Pengukuran intensitas echo gelombang ultrasonik terhadap sediaan gel dilakukan dengan metode Ultrasonic flawdetection (pulse echo) dengan frekuensi 4 MHz dan kabel penghubung, serta blok kalibrasi baja karbon dengan ketebalan 25 mm. Setelah alat dinyalakan, dipilih menu untuk mengatur cepat rambat gelombang suara sesuai dengan lempeng logam yang digunakan (5890 m/s). Sediaan gel (2 gram) diletakkan di atas permukaan blok kalibrasi, kemudian diratakan. Transducer diletakkan di atas sediaan uji, kemudian digerakkan dengan tekanan yang konstan. Amplitudo yang menyatakan kekuatan echo gelombang ultrasonik diatur sampai ketinggian mencapai 80% FSH (skala maksimum) dengan cara mengatur tombol gain. Kemudian nilai gain (amplifikasi) pada alat dicatat.
Uji Homogenitas
Sediaan Gel Natrium Diklofenak.
Pengukuran
homogenitas natrium diklofenak dilakukan dengan cara menimbang sediaan sebanyak
125,0 mg di tiga titik yang berbeda pada sediaan gel natrium diklofenak,
kemudian dilarutkan dalam metanol 5,0 mL, kemudian di tambahkan dengan aqua
bebas CO2 ad 25,0 mL dalam labu ukur, kocok 40 kali. Pipet 10,0 mL larutan
natrium diklofenak dalam aqua bebas CO2, tambahkan dengan aqua bebas CO2 ad 25
mL dalam labu ukur, kocok 40 kali. Lalu larutan tersebut dipipet 5,0 mL
tambahkan dengan aqua bebas CO2 ad 10 mL dan dikocok. Kemudian disaring
menggunakan membran filter ukuran 0,45 μm. Diamati serapannya pada panjang
gelombang maksimum natrium diklofenak. Sediaan dikatakan homogen jika memiliki
KV < 6%.
Penentuan Laju
Pelepasan Natrium diklofenak dari Sediaan Gel.
Alat dan perlengkapan
pengujian laju pelepasan dari sediaan gel yang digunakan adalah apparatus5-paddle over disk, dilengkapi dengan sel difusi. Sebagai media disolusi
digunakan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 dan sebagai membran digunakan
selofan. Gambar dan alat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Apparatus
5-paddle over disk
(The United States
Pharmacopeia Convention, Inc., 2002)
Keterangan Gambar :
A :Bejana yang berisi
larutan media
B : Paddle (pengaduk)
yang diatur kecepatannya
C : Jarak antara
ujung paddle dengan membran difusi
D : Sel difusi yang
berisi sediaan
E : Termometer
F : Tabung untuk
mengambil cuplikan
Sel difusi berbentuk silinder pipih
(gambar 2). Tempat penampung gel mempunyai garis tengah 2,9 cm dengan ketebalan
0,4 cm. Sel difusi yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana pada alat
uji pelepasan yang berisi larutan dapar fosfat salin dengan pH 7,4 ± 0,05
sebanyak 500 mL. Suhu percobaan diatur pada 37°C ± 0,5°C. Paddle diputar
dengan kecepatan 100 rpm dan segera dicatat sebagai waktu ke nol. Pada menit ke
0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360
diambil cuplikan sebanyak 5,0 mL. Setiap cuplikan yang diambil diganti larutan
dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah yang sama. Cuplikan tersebut
kemudian diamati serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 275 nm. Konsentrasi natrium diklofenak dalam cuplikan dihitung dengan
menggunakan persamaan regresi kurva baku natrium diklofenak dalam dapar fosfat
salin pH 7,4 ± 0,05 yaitu y = 0,03093x – 0,00202.
Untuk memperhitungkan
pengenceran 5,0 mL media pelepasan, kadar terukur dikoreksi dengan persamaan
Wurster :
Keterangan :
Cn : Kadar sebenarnya
setelah dikoreksi (ppm).
C’n : Kadar terbaca
(hasil perhitungan dari nilai serapan sampel yang terbaca pada
spektrofotometer) dalam ppm.
Cs : Kadar terbaca
dari sampel sebelumnya.
a : Volume sampel
yang diambil.
B : Volume media.
Penentuan Jumlah kumulatif
Natrium diklofenak.
Penentuan jumlah
kumulatif natrium diklofenak yang terlepas dari basis per satuan luas membran
tiap waktu (μg/mL), dihitung dari konsentrasi yang diperoleh setiap waktu
(μg/mL) ditambah dengan faktor koreksi Wurster lalu dikalikan dengan
jumlah media (500 mL) kemudian dibagi luas permukaan membran. Kemudian dibuat
kurva hubungan antara jumlah kumulatif diklofenak yang lepas (μg/cm2) terhadap
akar waktu.
Penentuan Kecepatan
Pelepasan (fluks) Natrium Diklofenak dari Basis Gel.
Dari kurva yang
dihasilkan antara jumlah kumulatif diklofenak yang lepas (μg/cm2) vs akar
waktu jika mengikuti persamaan linier maka fluks ditentukan dengan
menghitung slope dari persamaan garis linier.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Y., et al. 2012. KARAKTERISTIK SEDIAAN DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SISTEM
NIOSOM DENGAN BASIS GEL CARBOMER 940
Depkes
RI.1995. FarmakopeIndonesia
Ed. IV. Depkes RI. Jakarta
Depkes
RI.1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Depkes RI. Jakarta
Dibbern, H. W., 1980, UV and IR Spectra of Some Important
Drugs, 1st ed., Editio Carbor, Aulendorf, 771
Mohammed, F. A., 2000, Topical Permeation Characteristics of
Diclofenac Sodium from NaCMC Gels in Comparison with Conventional Gel
Formulations, J. PubMed, Indexed for Medline
Erawati, Tristiana. 2005. Pengaruh Jenis Basis Gel dan Penambahan NaCl (0.5% b/b) terhadap
Intensitas Echo Gelombang Ultrasonik Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan USG (Acoustic
Coupling Agent)
Utomo, F. S., 2001, Studi Mekanisme Absorpsi dan Kecepatan
Difusi Natrium diklofenak pada pH 3,0 , 3,8 dan 4,5, Tugas Akhir Sarjana
Farmasi, Departemen Farmasi, FMIPA, ITB, Bandung, 20
Wirawan, T., 1993, Pengaruh pH dan Tween 80 Terhadap Laju
Difusi Natrium diklofenak Melalui Membran yang Dibacam dengan Larutan Spangler,
Tugas Akhir Sarjana Farmasi, Departemen Farmasi, FMIPA, ITB, Bandung,
18-22