PENGENALAN ALAT
I.
Tujuan
Percobaan
1.
Mengetahui pengujian tablet dan serbuk
2.
Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk
pengujian tablet dan serbuk beserta cara penggunaannya
II.
Prinsip
Percobaan
1.
Pengujian serbuk mencakup susut
pengeringan; laju alir; kerapatan dan distribusi partikel
2.
Pengujian tablet mencakup keseragaman
bobot; keseragaman ukuran; kekerasan; waktu hancur; friabilitas dan abrasi
III.
Teori
Dasar
Serbuk
Bahan
obat sebelum dibentuk tablet, pada umumnya berbentuk serbuk yang seragam,
menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet. Persyaratan serbuk yang baik adalah
bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing),
menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan
hancur baik di dalam air (Voigt, 1984). Beberapa uji yang biasa digunakan untuk
mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain:
1.
Waktu
alir serbuk dan sudut istirahat
Parameter
yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya.
Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan
diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat
massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet
yang melalui corong perdetik. Adapun
caranya adalah ditimbang 100g serbuk yang sudah terbentuk, kemudian
dimasukkan kedalam corong dengan ukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup.
Alat dijalankan, kemudian dicatat waktu yang diperlukan seluruh serbuk
untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan stopwatch.Waktu alir serbuk
yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih atau sama dengan 10
detik untuk 100 gram serbuk. Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalah
lebih besar dari 100 gram/detik (Lachman, 1994).
Kecepatan alir
diperoleh dari waktu dalam detik yang diperlukan sejumlah tertentu serbuk untuk
mengalir melewati corong. Sudut istirahat diperoleh dengan mengukur tinggi dan
diameter tumpukan serbuk yang terbentuk.
Keterangan :
a = sudut istirahat
h = tinggi tumpukan
d = diameter tumpukan serbuk
Bila
sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat
mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya
mengalirnya kurang baik (Lachman, 1994).
2.
Kerapatan curah dan
kerapatan mampat
Kerapatan curah didapat dari sejumlah tertentu serbuk
yang ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu dicatat volumenya.
Untuk mendapatkan kerapatan mampat, gelas ukur yang
berisi serbuk tersebut diketukkan setinggi 2,5 cm dalam interval 2 detik.
Setiap 10 ketukan volume dicatat sampai volumenya tidak berubah
(Lachman, 1994).
Pengukuran
lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang dihitung
dari kerapatan serbuk, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu serbuk
kedalam gelas ukur. Volume awal dicatat,
kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume. Selanjutnya
dihitung persen kompressibilitasnya. (Lachman, 1994).
Vo = Volume awal serbuk
Vi = Volume serbuk setelah
diketukkan
Tabel Kompressibilitas dan daya alir (Lachman,
1994).
3.
Uji Susut Pengeringan
(LOD)
Sebanyak sepuluh gram massa cetak tablet (yang belum
ditambahkan fasa luar) diletakkan pada
alat pengukur susut pengeringan (Loss on Drying) / Moisture determination
balance (Ohaus), dan dibiarkan hingga bobotnya tetap, susut pengeringan
dihitung dengan menggunakan rumus (Lachman, 1994) :
4.
Distribusi Ukuran
Partikel
Ukuran
partikel mempengaruhi salah satu. Metode yang umum dan dapat digunakan dengan
cepat untuk menentukan ukuran partikel serbuk secara kolektif adalah
menggunakan peralatan uji ayakan (
sieve analysis mesh ) (Voigt, 1984).
Pengayakan
merupakan suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari
penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya
adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan
menurut besarnya lubang ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan
diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel,
yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan
melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali
pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada
penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan,
persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap
ayakan (Voigt, 1984).
Tablet
Tablet adalah sediaan
padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979). Evaluasi sediaan tablet
jadi meliputi :
1.
Uji Keseragaman
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu
dari beberapa metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan, keseragaman ukuran tablet. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan
mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif
(Depkes RI, 1995).
Keseragaman ukuran tablet, syaratnya adalah diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Persyaratan keseragaman
bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa
mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari
larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada
etiket dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung
bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih
dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata –
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet;
tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata –
rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Bobot rata – rata
|
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
|
|
A
|
B
|
|
≤ 25 mg
|
15%
|
30%
|
26 mg - 150 mg
|
10%
|
20%
|
151 mg - 300 mg
|
7,5%
|
15%
|
> 300 mg
|
5%
|
10%
|
(Depkes RI, 1979).
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara
keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan. Sedangkan, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam
keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera
pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%
(Depkes RI, 1995).
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan
dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada
etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0%
dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan
tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).
2.
Waktu Hancur
Suatu
sediaan tablet yang diberikan peroral, agar dapat diabsorbsi maka tablet
tersebut harus terlarut (terdisolusi) atau terdispersi dalam bentuk molekular. Tahap
pertama untuk tablet agar dapat terdisolusi segera adalah tablet harus hancur
(Sulaiman, 2007).
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah
tablet untuk hancur menjadi serbuk/partikel penyusunnya yang mampu melewati
ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration
tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka
dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10
mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu
sediaan tablet yaitu sifat fisik serbuk, kekerasan, porositas tablet, dan daya
serap serbuk. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan
porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet
akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga
memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet
bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan
dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut
dalam medium air dengan suhu 37° C. Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet
yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut
adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik
kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur
dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium
basa (Sulaiman, 2007).
3. Uji Kerapuhan
(Friabilitas) Tablet
Data friabilitas
digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Prinsipnya adalah menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama
waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan
25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100
putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator
(contoh nya Rosche friabilator)
(Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih
dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan
seksama. Tablet tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator,
dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25
putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet
dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung
persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik
bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa
tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar
zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif
yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh
akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman,
2007).
Hal yang harus
diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang
hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.
Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana,
2009).
4.
Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji
kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang
diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan
adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan
mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan
tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb
hardness tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah
tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras
memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah,
namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan
mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya
kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang
tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya
pada saat pengemasan, dan transportasi.
Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat
diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan
disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan
dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur
kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet
lepas terkendali non swellable adalah
10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).
IV.
Alat
dan Bahan
A.
Alat
1.
Disentigrator tester
2.
Flow tester
3.
Hardness tester
4.
Jangka sorong
5.
Moisture balance
6.
Tap Density tester
7.
Timbangan digital
8.
Sieve Shaker
B.
Bahan
1.
Tablet plasebo
2.
Serbuk obat
C. Gambar
alat
Disentigrator
tester Flow tester
Timbangan digital Moisture balance
Sieve shaker Tap density tester
V.
Prosedur
Pengujian Sifat Alir
Sebanyak
15 gram serbuk ditimbang dan dimasukkan ke dalam corong alat uji waktu alir.
Penutup corong dibuka sehingga serbuk keluar sambil dinyalakan stopwatch dan
ditampung pada bidang datar. Waktu alir serbuk dicatat dan sudut
istirahatnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan serbuk yang
keluar dari mulut corong.
Pengujian
Kerapatan Serbuk
15 gram sampel ditimbang seksama dengan menggunakan
timbangan, lalu sampel yang sudah ditimbang dimasukkan secara hati – hati
kedalam alat tapped density, lalu diratakan. Tinggi awal dari sampel dicatat,
kemudia alat tapped density dinyalakan selama 4 menit, tinggi akhir sampel
setelah 4 menit dicatat kembali.
Pengujian Susut
Pengeringan
Pada uji ini digunakan alat moisture balance. Ditimbang sebanyak 10 gram serbuk untuk diuji
nilai kadar air. Alat dinyalakan dengan menekan tombol “ON”. Dibuka LOD secara
otomatis. Lalu, ditekan tombol “TARE” untuk menara suhu dan bobot dari
serbuk. Dimasukkan serbuk 10 gram ke
dalam tempat serbuk berbahan aluminium foil. Ditutup LOD secara otomatis dan
dipastikan bobot serbuk sebelum diuji telah konstan. Ditekan tombol “START”
yang ditandai dengan nyala lampu pada alat LOD dengan suhu 70oC.
Ditunggu hingga bobot akhir konstan atau biasanya selama 10 menit alat otomatis
berhenti bekerja. Dicatat nilai bobot serbuk akhir yang tertera pada alat.
Dihitung dan ditentukan kadar air serbuk tersebut dengan menggunakan rumus LOD.
Pengujian
Distribusi Partikel
Pertama, kertas perkamen diletakkan
pada timbangan digital, kemudian sejumlah serbuk ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital sebanyak 15 gram. Lalu klep penutup alat Sieve Shaker diputar dan dibuka penutup bagian atasnya.
Selanjutnya, seluruh serbuk dimasukkan ke dalam saringan paling atas. Lalu alat
ditutup pada bagian atasnya, dan klep dikencangkan. Setelah itu, alat di
nyalakan dengan menekan tombol ON. Waktu pengayakan dihitung dari awal alat
dinyalakan selama 5 menit. Setelah 5 menit ditekan tombol OFF. Klep diputar dan
penutup bagian atas alat dibuka. Selanjutnya setiap serbuk pada masing-masing saringan yang
berbeda ukuran mesh nya ditempatkan pada kertas perkamen dan ditimbang bobot
masing-masing serbuk. Alat ini terdiri dari susunan ayakan dari atas ke bawah
yaitu mesh 12, 14, 16, dan 20 serta mesin penggetar atau vibrator. Ayakan
disusun dengan lubang ayakan besar diatas dan ayakan berlubang kecil dibawah
secara berurutan.
Pengujian Keseragaman
Pada keseragaman bobot, sebanyak 20 tablet ditimbang
seksama satu per satu dengan menggunakan timbangan digital. Kemudian dicatat
bobot masing-masing tablet dan dirata-ratakan. Pada keseragaman ukuran, tablet
sebanyak 20 buah disiapkan. Masing-masing tablet diukur diameter dan
ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran dicatat, lalu
dihitung rata-ratanya.
Pengujian Waktu Hancur Tablet
Sebanyak 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing kolom,
kemudian dimasukkan cakram ke dalam masing-masing kolom tersebut. Kolom
tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air sebanyak 1000 ml
dengan suhu 37o C yang telah berada di dalam disentegrator tester.
Dinyalakan disentegrator tester dan diamati keadaan tablet hingga
semua hancur sempurna.
Uji Friabilitas
Tablet ditimbang dengan rentang 6-6,5 gram kemudian
dimasukkan ke dalam alat friabilitas tester, tombol ON ditekan. Alat dinyalakan
selama 4 menit. Kemudian setelah selesai, alat dimatikan dan massa tablet akhir
ditimbang.
Pengujian
Kekerasan Tablet
Pengujian
dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak,
selanjutnya Pengujian dilakukan dengan
cara, sebuah tablet diletakkan di ruang
penjepit di antara pegas dan penekan. Kemudian dijepit dengan memutar bagian
bawahnya hingga lampu stop menyala. Lalu ditekan tombol hitam dengan panah ke
kanan, setelah itu di amati. Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang
diberikan pada tablet. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada
suatu angka sebagai penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
newton.
VI.
Data
Pengamatan dan Perhitungan
A.
Pengujian
Serbuk
1.
Laju
alir
Waktu = 03.04 detik
Tinggi(h) = 1,3 cm
Diameter (d) = 9cm
Jari-jari (r) = 4,5 cm
Tan a
=
=
=
0,29
a = 16,110
2.
Tap
density
Massa serbuk = 15 gr
Volume awal = 28,5 ml
Volume akhir = 22 ml
Kerapatan nyata =
Kerapatan mampat =
Kompresibilitas =
=
=
22,06%
3.
Uji
LOD
Massa = 10,057 gr
LOD = 2,55%
4.
Uji
Distribusi
Massa 1 (Mesh no.12) = 2,2949 gr
Massa 2 (Mesh no.14) = 0,6944 gr
Massa 3 (Mesh no.16) = 0,4264 gr
Massa 4 (Mesh no.20) = 0,4344 gr
Massa 5 (Mesh no.22) = 10,9981 gr
B.
Pengujian
Tablet
1.
Uji
keseragaman
Tabel.
1 Keseragaman tablet
2.
Uji
disintegrasi
Waktu hancur 54 detik
3.
Uji
friabilitas
Kecepatan 25 rpm selama 4 menit
a.
Berat satuan = +/- 440 mg
b.
Berat sebelum diuji = 6620 mg
c.
Berat setelah diuji = 6603 mg
4.
Uji
kekerasan tablet
VII.
Pembahasan
Massa cetak diletakkan dalam corong
alat uji kecepatan alir yang bagian bawahnya ditutup. Massa cetak yang keluar
dari alat tersebut dihitung kecepatan alirannya dengan menghitung waktu yang
diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk turun melalui corong alat penguji dengan
menggunakan stopwatch dari mulai dibukanya tutup bagian bawah hingga semua
massa serbuk mengalir keluar dari alat uji. Timbunan serbuk dapat digunakan
untuk menghitung sudut istirahat. Diameter rata-rata timbunan serbuk dan tinggi
puncak timbunan serbuk diukur.
Tabel 3. Hubungan antara sudut istirahat dengan
sifat aliran
Sudut
Istirahat
|
Sifat
Aliran
|
<
25
|
Sangat
baik
|
25
– 30
|
Baik
|
30
– 40
|
Cukup
|
>
40
|
Sangat
sukar
|
Tabel
4. Hubungan antara Kecepatan Alir dengan Sifat Aliran Serbuk
Kecepatan
Alir
|
Sifat
Aliran Serbuk
|
>10
|
Sangat
baik
|
4–10
|
Baik
|
1,6–4
|
Sukar
|
<1,6
|
Sangat
sukar
|
Berdasarkan
hasil percobaan, ternyata didapat sudut istirahat nya adalah a
= 16,11°. Jika melihat dari hasil percobaan, dan dibandingkan dengan tabel
hubungan antara sifat aliran dengan sudut istirahat, maka dapat disimpulkan
bahwa sifat aliran serbuk tersebut adalah sangat baik, karena sudut istirahat
nya kurang dari 25°.
Beberapa bagian massa cetak
ditimbang (pada pengujian kali ini dilakukan terhadap dua
puluh lima gram massa cetak), kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur seratus mililiter. Volume awal serbuk dicatat. Kerapatan nyata adalah berat serbuk dibagi dengan volume awal serbuk yang dapat dihitung dengan formula dibawah ini:
puluh lima gram massa cetak), kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur seratus mililiter. Volume awal serbuk dicatat. Kerapatan nyata adalah berat serbuk dibagi dengan volume awal serbuk yang dapat dihitung dengan formula dibawah ini:
Kerapatan
nyata =
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
hasil kerapatan nyata nya adalah
. Setelah dilakukan penentuan kerapatan
nyata di atas, kemudian ketuk-ketukan gelas ukur tersebut dengan menggunakan
alat uji kompresibilitas hingga volume serbuk konstan. Kerapatan mampat adalah
berat serbuk dibagi dengan volume serbuk konstan yang dapat diketahui hasilnya dengan
formula:
Kerapatan
mampat =
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
hasil kerapatan mampat nya adalah
. Penentuan kompresibilitas digunakan
untuk menghasilkan tablet yang baik. Kompresibilitas dapat dilihat dari harga
indeks Carr yang sangat bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat
dari serbuk yaitu dengan cara kerapatan mampat dikurangi kerapatan nyata, lalu
dibagi dengan kerapatan mampat.
Tabel
5. Hubungan antara indeks Carr dengan jenis aliran serbuk.
Kompresibilitas
(%)
|
Sifat
Aliran
|
5
– 12
|
Sangat
baik
|
12
– 18
|
Baik
|
18
– 23
|
Cukup
|
23
– 33
|
Kurang
|
33
– 38
|
Sangat
kurang
|
>
38
|
Sangat
buruk
|
Hasil
percobaan menunjukkan bahwa hasil kompresibilitas nya adalah
. Dilihat dari table diatas, ternyata
hasil kompresibilitas nya termasuk dalam kategori sifat aliran serbuk yang
kurang baik
Pada sediaan serbuk ini diperlukan
pengujian atau evaluasi agar sediaan memiliki konsistensi yang selalu sama
dengan parameter pengujian yang sama pula, diantaranya adalah uji kelembaban
atau uji kadar air. Pengujian ini terutama ditujukkan untuk metode pembuatan
sediaan dengan serbukasi basah karena penggunaan air atau pelarut lain sebagai
aktivator pengikatnya yang harus dievaluasi. Pengujian Lost On Drying (LOD) ini menggunakan alat moisture analyzer. Pada awal pengujian, serbuk sebanyak 10 g
ditimbang sebagai massa atau bobot awal untuk perhitungan kadar airnya. Tetapi
massa serbuk setelah penimbangan didapat sebesar 10,057 g yang diakibatkan
kekurangtelitian saat penimbangan. Setelah itu serbuk disimpan pada alat uji
kelembaban dan lampu pemanas dinyalakan pada suhu 70-80o C. Hal ini
dilakukan untuk mengeringkan sediaan yang kemungkinan masih terdapat kandungan
air di dalamnya. Kemudian alat dibiarkan menyala hingga 10 menit agar bobot serbuk
menjadi stabil. Setelah itu bobot akhir serbuk didapatkan, yaitu sebesar 9,8005
g. Lalu dilakukan perhitungan kadar air (LOD) dengan rumus :
Dari hasil perhitungan didapatkan
kadar air (LOD) adalah 2,55%. Berdasarkan literatur, kadar air yang baik pada
suatu sediaan adalah sebesar 2 - 5% sehingga kadar air dari serbuk yang
dievaluasi ini dikatakan sudah memenuhi syarat. Kadar air yang sudah memenuhi
syarat ini mengindikasikan bahwa serbuk yang dihasilkan cukup halus sehingga
mudah untuk dilewatkan pada mesh. Jika kadar air kurang dari 2 % maka serbuk
akan sangat keras dan sulit dilewatkan pada mesh sehingga sediaan pun akan
memiliki kualitas yang kurang baik. Kadar air yang ideal ini akan menghasilkan
tablet yang ideal pula nantinya, tidak rapuh dan tidak terlalu keras pula.
Apabila kadar air yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur maka dapat
diatasi dengan melakukan pemanasan yang lebih lama saat sediaan berada di dalam
alat moisture analyzer.
Penentuan distribusi ukuran
partikel dengan menggunakan lima ayakan dengan nomor dan ukuran diameter yang
berbeda. Kelima ayakan ini disusun berdasarkan nomor ayakan dan ukuran
diameter, dimana nomor ayakan yang paling kecil yaitu ukuran diameternya
terbesar berada pada posisi paling atas sedangkan nomor ayakan terbesar (ukuran
diameternya terkecil) berada diposisi paling bawah, jadi susunan nomor
ayakannya adalah dari no. 12 (berada paling atas), no. 14, no. 16. no. 20, no.
22 (berada paling bawah). 15 gram serbuk ditimbang dan dimasukkan kedalam mest
paling atas (mest no. 12) kemudian alat dinyalakan selama 5 menit.
Selama 5 menit, serbuk
digoyang-goyang dalam mest dan serbuk akan tertahan dimasing-masing mest sesuai
dengan ukuran serbuknya. Pada kelompok 1, jumlah serbuk yang tertahan di mest
no. 12 sebanyak 2,2949 gram, di mest no. 14 sebanyak 0,6944 gram, di mest no.
16 sebanyak 0, 4264 gram , di mest no. 20 sebanyak 0, 4344 gram dan di mest no.
22 sebanyak 10,9981 gram. Serbuk yang tertahan di mest no. 12 memiliki ukuran
diameternya lebih dari 1,680 mm, serbuk yang tertahan di mest no. 14 memiliki
ukuran diameter lebih dari 1,41 mm, serbuk yang tertahan di mest no. 16
memiliki ukuran diameter lebih dari 1,180 mm, serbuk yang tertahan di mest no.
20 memiliki ukuran diameter yang lebih dari 0,850 mm dan serbuk yang tertahan
di mest no. 22 memiliki ukuran diameter lebih dari 0,79 mm. semakin kecil
ukuran diameter serbuk maka serbuk tersebut akan semakin lolos dari no. mest terkecil.
Dari data praktikum yang diperoleh,
jumlah serbuk yang paling banyak tertahan yaitu pada mest no. 22, berarti
ukuran partikel serbuknya diantara 0,80 mm – 0,850 mm. seharusnya pada ayakan
bersusun ( mest bersusun ) jumlah serbuk yang bagus itu paling banyak ada di
mest no. 16 ( mest yang letaknya ada di tengah ). Karena, jika jumlah serbuk
yang paling banyak ada di mest paling atas ( mest no. 12 ), maka ketika
pembuatan serbuk akan banyak udara didalamnya. Sedangkan, jika jumlah serbuk
yang paling banyak ada di mest paling bawah ( mest no. 22 ), maka akan
diperlukan jumlah serbuk yang cukup banyak untuk pembuatan tablet dengan cara
kempa langsung.
Pada keseragaman bobot, sediaan
tablet yang sudah jadi dilakukan evaluasi, salah satunya adalah uji keseragaman
bobot tablet yang berupa berat tablet. Untuk berat tablet, prosedur
pengujiannya adalah sebagai berikut: sebanyak 20 tablet ditimbang
masing-masing. Kemudian, hasil
penimbangan dicatat.
Berdasarkan hasil penimbangan
diperoleh rata-rata bobot tablet adalah 0,44482 gram. Syarat dari keseragaman
bobot tablet adalah, jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang lebih besar dari berat rata –
ratanya berdasarkan pada kolom A yang sudah ditetapkan dan tidak satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – ratanya berdasarkan
aturan pada kolom B yang sudah ditetapkan. Persyaratan ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 6. Hubungan antara Berat Rata-rata
Tablet dengan Perbedaan Persentase Maksimum yang Diperbolehkan
Berat Rata-rata
|
Penyimpangan Berat Rata-rata yang
Diperbolehkan
|
|
A
|
B
|
|
≤ 25 mg
|
15 %
|
30 %
|
26 – 150 mg
|
10 %
|
20 %
|
151 – 300 mg
|
7,5 %
|
15 %
|
> 300 mg
|
5,0 %
|
10 %
|
(Depkes RI, 1979).
Berdasarkan rata-rata bobot tablet
yang diperoleh (0,44482 gram = 44,482 mg) yang masuk kisaran antara 26 – 150 mg
dapat dihitung penyimpangan berat rata-ratanya yaitu pada penimbangan tablet no
5, penyimpangan bobotnya lebih besar dari 10 % yaitu 10,27157 %; pada no 14,
penyimpangan bobotnya lebih besar dari 10 % juga yaitu 10,18165 %; dan pada no
12, penyimpangan sebesar 10,15467. Intinya ada lebih dari 2 tablet yang diuji
yang menyimpang bobotnya dari berat rata-rata lebih besar dari 10 %. Artinya
sediaan tablet yang dibuat tidak seragam dalam hal bobot, karena tidak memenuhi
persyaratan keseragaman bobot.
Sedangkan keseragaman ukuran
menggambarkan reprodusibilitas dan terkait selanjutnya dengan keseragaman
kandungan dan juga terkait dengan faktor estetika.Untuk keseragaman ukuran,
dilakukan prosedur pengukuran ketebalan dan diameter tablet pada 20 sampel
sediaan tablet yang sudah jadi, sama dengan sampel untuk keseragaman bobot.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
masing-masing tablet diukur tebal dan diameternya menggunakan jangka sorong.
Penggunaan jangka sorong dibanding dengan penggaris biasa adalah karena jangka
sorong memiliki ketelitian yang cukup bagus dan sesuai dengan pengukuran
diameter dan tebal tablet. Adapun ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm.
Tablet tersebut kemudian dijepit di antara celah pada jangka sorong. Untuk
mengukur tebal, tablet diletakkan pada posisi tegak. Selanjutnya, dibaca skala
kecil dan besar yang ditunjukkan oleh pengukur jangka sorong. Sedangkan untuk
mengukur diameter, maka sebaiknya bagian sisi tablet yang diukur bukan
menggunakan sisi yang ada garis tengah yang berlubang pada tablet, tetapi sisi
lain yang tidak ada garis tengah pada tabletnya. Hal ini memungkinkan
ketidaktelitian pengukuran berkurang. Setelah itu, diameter dan tebal dari
masing-masing tablet dicatat.
Dari data hasil pengukuran, dapat
dihitung rata-ratanya. Adapun rata-rata untuk tebal tablet adalah 5,1115,
sedangkan untuk diameternya adalah 10,0395. Ketebalan suatu tablet dipengaruhi
oleh volume dari bahan yang yang diisikan ke dalam cetakan, garis tengah
cetakan dan besarnya tekanan oleh punch serta dipengaruhi oleh kompresibilitas
dan sifat alir dari serbuk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tablet yang
tebalnya seragam, harus dilakukan pengawasan selama proses produksi.
Menurut
Farmakope Indonesia, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
Farmakope Indonesia tersebut, maka sediaan tablet yang diuji keseragaman
ukurannya sudah memenuhi syarat karena diameter tablet tidak lebih dari tiga
kali tebal tablet yaitu 10,0395 < 3 x 5,1115 = 15,3345 dan tidak kurang dari
4/3 tebal tablet yaitu 10,0395 > 4/3 x 5,1115 = 6,815332.
Sebanyak 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing kolom,
kemudian dimasukkan cakram ke dalam masing-masing kolom tersebut. Alasan
mengapa dipilih 6 tablet supaya memenuhi syarat uji disintegrasi di Farmakope
III. Kolom tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air sebanyak
1000 ml dengan suhu 37o C yang telah berada di dalam disentegrator
tester. Suhu 37oC tersebut digunakan supaya menyerupai suhu tubuh
manusia dan disesuaikan dengan prosedur yang tercantum di Farmakope III.
Volume
cairan dalam wadah sedemikian rupa sehinga pada titik tertinggi gerakan ke atas,
kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm dibawah permukaan cairan dan pada
gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah. Hal ini
perlu diperhatikan supaya kehancuran tablet benar-benar dalam kondisi yang
memenuhi syarat di Farmakope III. Kemudian, dinyalakan disintegrator tester dan
diamati keadaan tablet hingga semua hancur sempurna.
Dari data yang didapat, tablet-tablet tersebut hancur dalam
waktu 54 detik. Hal ini sesuai dengan persyaratan uji tablet di Farmakope III
bahwa tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit. Dengan kata lain, tablet yang
diuji memenuhi persyaratan uji Farmakope III.
Pengujian ini dilakukan dengan dengan
menggunakan alat Friabilator. Sample yang diambil junlahnya 20 tablet,
dilakukan pengujian menggunakan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4
menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan
selama waktu tertentu.
Prinsip pengujian ini adalah dengan mengukur kehilangan bobot dari
sejumlah tablet yang ditimbang hingga lebih kurang 6,5 g selama diputar dalam
friabilator dalam waktu 4 menit dengan kecepatan putaran 25 rpm. Dari hasil penimbangan 20 tablet,
diperoleh berat awal sebesar 6,62g dan menjadi 6,6031g setelah proses pemutaran
dalam friabilator. Hal ini berarti selisih antara berat sebelum dan sesudah uji
friabilitas adalah 0,0182 g atau
dari bobot mula-mula tablet. Nilai ini bisa
dikatakan baik, karena batas nilai uji friabilitas tablet ini adalah bobot
akhir tidak boleh berkurang lebih dari 0,05 % bobot awal tablet. Tablet yang
nilai hasil uji friabilitasnya melebihi batas tersebut dianggap terlalu rapuh
dan akan sulit penanganannya selama pengemasan dan distribusi.
Uji ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang ketahanan tablet melawan mekanik (goncangan) dan tekanan pada
saat pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan serta proses distribusi. Akan
tetapi harus cukup lunak untuk melarut dan akan hancur sempurna begitu masuk ke
dalam tubuh manusia atau dapat dipatahkan di antara garis tengah tablet bila
memang perlu dibagi untuk pemakaiannya. Intinya, tablet tidak boleh terlalu
keras dan tidak boleh terlalu lunak. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka perlu
dilakukan uji kekerasan tablet guna menghindari kerugian akibat kegagalan
proses produksi tablet. Kekerasan tablet ini dipengaruhi oleh sifat serbuk dan
besarnya tekanan yang diberikan punch. Kekerasan tablet erat kaitannya dengan
ketebalan, bentuk dan waktu hancur tablet.
Adapun prosedur pengujian kekerasan
tablet adalah sampel sediaan tablet jadi sebanyak 20 tablet diuji kekerasannya
dengan menggunakan alat penguji kekerasan (Hardness Tester). Alat tersebut
dinyalakan, lalu tombol diputar sampai lampu menyala, dan pastikan menunjukkan
pada angka nol(0), jika belum pada angka nol, tekan tombol tanda panah arah ke
kiri. Tablet kemudian diletakkan di atas tempat tablet dengan posisi vertikal
pada jarum penekan, dudukan tablet dinaikkan dengan meutar sekrup yang ada di
bawah dudukan tablet hingga menyentuh jarum penekan tablet dan lampu indikator
menyala. Lampu indikator menyala menandakan bahwa permukaaan jarum penekan
telah menyentuh dengan kuat pada tablet dan siap untuk ditekan. Setelah itu
tombol panah arah ke kanan ditekan. Biarkan beberapa saat sampai tablet patah.
Kemudian dilihat angka yang ditunjukkan pada skala. Angka tersebut menunjukkan
seberapa berat beban yang dapat menghancurkan tablet.
Adapun syarat dari kekerasan tablet
adalah sekitar ± 50 Newton. Tablet yang terlalu keras dapat disebabkan oleh
terlalu tingginya porositas, terlalu rendahnya kerja bahan pengikat, terlalu
rendah atau tingginya kelembaban dan tidak cocoknya penambahan pelincir.
Kekerasan juga tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch
atas dan bawah pada waktu pencetakan. Bila volume materi atau jarak kedua punch
berbeda, maka kekerasan tablet tidak akan konsisten. Berdasarkan hasil
pengujian terhadap 20 sampel sediaan tablet menggunakan alat Hardness tester,
diperoleh rata-ratanya adalah 59,825 Newton. Berdasarkan persyaratan kekerasan,
maka tablet yang diuji sudah memenuhi persyaratan.
VIII.
Kesimpulan
1.
Pengujian
Tablet dan Serbuk yang dilakukan pada praktikum ini sebanyak 9, diantaranya
adalah pengujian sifat alir, kerapatan serbuk, susut pengeringan, distribusi
partikel (pengujian untuk serbuk); keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
kekerasan tablet, waktu hancur tablet, friabilitas dan abrasi (pengujian untuk
tablet).
2.
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Flow tester (uji sifat alir), tap
density tester (uji kerapatan), moiture balance (uji susut pengeringan), sieve
shaker (uji distribusi partikel), timbangan digital (uji keseragaman bobot),
jangka sorong digital (uji keseragaman ukuran), hardness tester (uji kekerasan
tablet), disentegrator tester (uji waktu hancur tablet).
DAFTAR
PUSTAKA
Andayana
N. 2009. Teori Sediaan Tablet.
Tersedia di http:// pembuatan_tablet_nutwuri_ andayanahtml [diakses tanggal 23
Maret 2013].
Anderson,
N. R dan G. S Banker. Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL. 1984. Teori
dan Praktek Farmasi Industri Vol
2 Edisi 3. UI Press. Jakarta.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta
Lachman, L., H. A.
Lieberman & J.L Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid I Edisi II. diterjemahkan oleh Siti
Suyatmi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Lieberman,
H. A., Lachman L. 1994. Pharmaceutical Dosage Forms Tablets.Volume I.
Marcel Dekker Inc. New York
Nugrahani I. 2005. Evaluasi Sediaan Tablet. Tersedia
di http://jurnalfarmasiuiacid/
pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf [diakses tanggal 23 Maret 2013].
Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical
Technology Fundamental pharmaceutics Third
Edition. Burges Publishing Company. USA.
Sulaiman. 2007. Sediaan Tablet. Tersedia di http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/
v02n02/ilma0202pdf [diakses tanggal 23 Maret 2013].
Voigt, R. 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi
Edisi V. diterjemahkan oleh
S.N. Soewandi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.