PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN "METODA GRANULASI BASAH"
I. Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet
II. Prinsip
1. Metode granulasi basah
Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi
2. Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC)
a. Kemampuan alir dan sudut istirahat
b. Kompresibilitas
c. Kadar air (loss on drying)
d. Waktu hancur
e. Kekerasan
f. Friabilitas
III. Teori
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini selain supaya bentuk tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari keasaman lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
Kelebihan dan Kekurangan Kaplet :
a. Kelebihan :
- Bentuk tablet lebih menarik
- Kaplet mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan segelas air
b. Kekurangan :
- Kaplet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk menjaga kesalahan karena menurut mereka kaplet tersebut adalah permen
- Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
Kaplet salah satu sediaan padat yang termasuk kedalam bentuk tablet. Menurut Farmakope Indonesia III, 1979, tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok ( Departemen Kesehatan RI, 1979). Sedangkan Farmakope Indonesia IV, 1995, menyatakan bahwa tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995 ).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam industri farmasi dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain, seperti; kapsul, granul, dan pil. Menurut Lachman, 1994, hal ini dikarenakan tablet memiliki beberapa keuntungan antara lain:
a. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.
b. Mengandung zat aktif yang tepat.
c. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.
d. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume yang kecil.
e. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut air.
f. Pelepasan zat aktif dapat diatur.
g. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat akti, menutup rasa dan bau yang tidak enak.
h. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya produksinya lebih rendah.
i. Pemakaian oleh penderita lebih mudah ( Lachman, 1994 ).
Tablet dibuat terutama dengan cara mengempa massa kempa yang mengalir dari corong ke sisi pengisi lalu ke lubang kempa kemudian dikempa menjadi massa yang kompak atau secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat secara kempa (kompresi), menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk atau ukuran punch dan die (Lachman, 1994).
Pada umumnya metode pembuatan tablet dengan cara granulasi. Granulasi merupakan suatu proses membesarkan ukuran partikel-partikel kecil serbuk yang terikat satu sama lain menjadi besar yang dapat mengalir bebas. Tujuan granulasi adalah membuat massa mengalir bebas, memadatkan campuran bahan, membuat campuran seragam yang tidak memisah, memperbaiki karakteristik kompresibilitas dari zat aktif, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan, mebgurangi debu dan meningkatkan penampilan tablet (Lachman, 1994).
Granulasi dibagi menjadi dua metode, yaitu metode granulasi basah dan granulasi kering. Selain metode granulasi, tablet juga dapat dibuat dengan metode kompresi langsung.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a. Granulasi Basah
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi (Lachman, 1994).
b. Granulasi Kering
Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban (Lachman, 1994).
c. Metode Kempa Langsung
Kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet (Anas, 2008).
Uji yang dilakukan pada pembuatan kaplet dilakukan sebelum dan setelah kaplet dicetak. Uji yang dilakukan sebelum pencetakan kaplet dimaksudkan agar granul yang akan dicetak menjadi tablet memenuhi persyaratan untuk bisa dicetak.
a . Uji Sebelum Pencetakan Kaplet
· Kerapatan (Densitas)
Bobot per satuan volume dari partikel padat dinyatakan sebagai kerapatan sejati ρ. Kebanyakan serbuk dalam farmasetik berukuran kecil dan jika ditempatkan memenuhi 1 cc pada gelas ukur maka diperoleh kerapatan sebenarnya. Jika serbuk tersebut dimampatkan hingga memadat, akan didapatkan volume yang lebih kecil; kerapatannya dihitung dari volume terkecil tersebut dan disebut kerapatan mampat. Partikulat dapat berupa keadaan yang keras, lembut atau keadaan yang berpori. Kesukaran akan timbul jika dilakukan percobaan untuk memeriksa volume partikel yang mengandung retakan-retakan halus, pori internal dan rongga kapiler. Kerapatan curah merupakan massa serbuk dibagi dengan volume ruah
Kompresibilitas (%) = Kerapatan mampat-kerapatan longgar x 100%
Kerapatan mampat
(Aulton, 1989).
· Laju Alir
Bilamana aliran suatu serbuk dari dalam bejana melalui lubang kecil diamati, akan terlihat dua kemungkinan jenis alir yang berbeda bentuk sifat alirnya yaitu : jenis alir bebas atau jenis lengket (sticky ; kohesif).
Jenis alir bebas memungkinkan serbuk dapat mengalir dengan mantap dan kontinyu, sedangkan jenis kohesif mengalami kesukaran untuk mengalir.
Sifat alir serbuk tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel; bentuk; porositas dan kerapatan dan susunan (tekstur) permukaan. Kebalikan dari sifat kohesif adalah dustibility yaitu kemudahan serbuk untuk bertabur (Aulton, 1989).
Sudut istirahat adalah sudut yang terbentuk antara lereng suatu timbunan serbuk dengan bidang horizontal. Sudut istirahat dipengaruhi fraksi antar partikel-partikel. Makin kasar dan tidak beraturan permukaan partikel, akan semakin besar sudut istirahatnya. Umumnya serbuk mempunyai sudut istirahat sekitar 34o sampai 48o. Serbuk yang lebih mudah mengalir mempunyai sudut istirahat yang kecil.
b. Uji Setelah Pencetakan Kaplet
· Keseragaman Ukuran dan Bobot
- Uji Keseragaman Ukuran
Panjang, lenat dan tinggi kaplet diukur masing-masing (pada pengujian kali ini dilakukan terhadap dua puluh kaplet) dengan menggunakan alat jangka sorong untuk mengukurnya (Departemen Kesehatan RI, 1995).
- Uji Keseragaman Bobot
Ditimbang dua puluh kaplet, dihitung berat rata-rata tiap kaplet, kemudian kaplet-kaplet tersebut ditimbang satu persatu. Tidak boleh lebih dari dua kaplet yang masing-masing beratnya menyimpang dari berat rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu kapletpun yang beratnya menyimpang dari berat rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B pada Tabel 3.5 (Departemen Kesehatan RI, 1979).
· Uji Kekerasan
Uji kekerasan kaplet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan kaplet yang mencerminkan kekuatan kaplet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap kaplet. kaplet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan kaplet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan kaplet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka kaplet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Waktu hancur kaplet berkaitan dengan daya hancur yang sangat penting untuk kaplet yang mengandung bahan obat (seperti antasida dan diare) yang tidak dimaksudkan untuk diabsorpsi tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna. Dalam hal ini, daya hancur kaplet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh (Ansel, 1989).
· Friabilitas
Uji friabilitas sebenarnya berkaitan erat dengan kekerasan kaplet karena uji friabilitas menentukan kecenderungan kaplet untuk pecah atau kehilangan berat. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung kehilangan berat kaplet sebelum dan sesudah pengujian. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan kaplet tersebut bertahan terhadap goresan ringan atau benturan yang terjadi selama penanganan, pengemasan, dan pengiriman (Ansel,1989).
Kaplet ditimbang sebanyak kurang lebih enam koma lima gram, kemudian dimasukkan ke dalam alat penguji keregasan kaplet. Alat dijalankan selama empat menit dengan kecepatan putaran dua puluh lima putaran per menit. Tablet yang masih utuh ditimbang, kemudian dihitung kehilangan bobotnya. Kehilangan bobot yang masih diperbolehkan tidak lebih dari 0,8%.
Friabilitas Kaplet = W1 – W2 x 100%
W1
Keterangan : W1 = Berat Awal
W2 = Berat Akhir
(Ansel,1989).
Paracetamol
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(96%), dalam 13 bagian aseton, dalam 40 bagian
gliserol, dan dalam 90 bagian propilen glikol, larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : analgetikum, antipiretikum (Departemen Kesehatan RI, 1979).
IV. Alat Dan Bahan
A. Alat
Alat Uji Kekerasan Alat Uji Kompresibilitas Alat Uji Friabilitas
Alat Uji LOD Alat Uji Laju Alir Alat Uji Waktu Hancur
Granulator Jangka Sorong Loyang
Mesin cetak kaplet single-punch Pengayak
B. Bahan
- . Amprotab
- . Amprotab pro paste
- . Mg stearat
- . Parasetamol
- . PVP
- . Talk
V. Prosedur
1. Penimbangan bahan untuk fase dalam
Sebelum ditimbang, bahan-bahan yang akan digunakan diayak terlebih dahulu menggunakan pengayak no.40. Setelah diayak bahan-bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan, yaitu parasetamol 250 g, Amprotab 30 g dan Amprotab Pro Paste 15 g.
2. Pembuatan Pasta Amilum
Amprotab 15 g yang telah ditimbang, dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml dan ditambahkan 100 ml air panas. Diaduk diatas kompor hingga membentuk campuran yang bening. Ditimbang pasta amilum yang telah terbentuk.
3. Pembuatan granul basah
Bahan-bahan fase dalam (Parasetamol dan amprotab) dicampurkan dan diaduk hingga homogen. Lalu ditambahkan sedikit demi sedikit pasta amilum yang telah dibuat sebelumnya dan diaduk hingga rata sampai menjadi massa yang bisa dikepal dan ketika kepalan tersebut diijatuhkan tidak hancur. Ditimbang sisa pasta amilum yang tidak digunakan. Kemudian massa yang sudah dapat dikepal tersebut kemudian dibuat granul dengan granulator. Granul yang terbentuk ditampung diatas baki (Loyang) yang telah disiapkan sebelumnya. Permukaannya diratakan agar panas yang diterima merata. Granul tersebut kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50°C selama 18 - 24 jam.
4. Evaluasi Granul
a. Uji LOD
Granul yang telah kering diletakkan pada wadah alat uji LOD sebanyak 10 gram, granul diratakan pada tempat LOD, alat ditutup dan kemudian tekan tombol start hingga muncul tanda rest over. Lalu dilihat nilai persennya.
b. Uji daya alir granul
Granul ditimbang sebanyak 15 gram. Disiapkan alat untuk menentukan kecepatan alir serbuk dan sudut istirahat, pastikan bagian bawah alat (berupa corong) telah tertutup rapat. Di bawah alat diberi alas berupa kertas untuk membuat plot diameter yang berbentuk. Kemudian granul yang akan diuji dimasukkan ke dalam wadah berbentuk corong dan dibuka penutupnya. Stopwatch dinyalakan bersamaan dengan dibukanya penutup corong. Setelah granul telah mengalir semua, diukur tinggi dan diameter tumpukan granul yang dihasilkan. Hasil waktu dicatat.
c. Uji Kompresibilitas Granul
Granul ditimbang sebanyak 15 gram, kemudian dimasukkan pada gelas ukur penampung massa cetak. Dan dicatat volume awalnya. Kemudian tombol on pada alat ditekan, sehingga menghasilkan beberapa ketukan, dan alat dinyalakn selama 5 menit. Lalu dicatat kembali volume akhirnya dan hitung % kompresibilitas.
5. Penimbangan bahan untuk fase luar
Sebelum ditimbang, bahan-bahan yang akan digunakan diayak terlebih dahulu menggunakan pengayak no.40. Setelah diayak bahan-bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan, yaitu Mg stearat 2,901 g; PVP 14,505 g dan talk 5,802 g.
6. Penambahan fase luar ke granul
Bahan-bahan fase luar yang telah ditimbang ditambahkan ke dalam granul yang telah kering, kemudian diaduk hingga homogen.
7. Pencetakan kaplet
Pada alat pencetak kaplet, beberapa gram granul dimasukkan kedalamnya, lalu hoper atau eeding shoe dipasang untuk memastikan masa granul. Ketentuan kaplet yang diinginkan adalah bobot antara 600,4 mg – 663,6 mg dan kekerasannya 70-80 N. Jalankan mesin untuk pencetakan kaplet secara manual untuk mengukur berat dan kekerasan kaplet. Bila belum sesuai dengan yang diinginkan, atur berat kaplet. Dan diatur kekerasan tablet. Setelah berat dan kekerasan kaplet telah sesuai dan stabil maka mesin dijalankan untuk mencetak kaplet dari seluruh bahan yang telah dibuat.
8. Evaluasi kaplet
a. Uji keseragaman bobot
Kaplet sebanyak 20 buah, ditimbang satu per satu diatas alat timbangan. Kemudian hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya. Analisis keseragaman bobot kaplet dengan membandingkan bobot kaplet dalam rentang penyimpangan bobot rata-rata kaplet.
b. Uji keseragaman ukuran
Kaplet sebanyak 20 buah diukur satu per satu menggunakan jangka sorong untuk mengetahui ukuran panjang, lebar dan tinggi kaplet, setelah itu dihitung rata-ratanya. Kemudian hasilnya dicatat.
Timbang 8 buah kaplet, drum putar dilepaskan dari mesinnya dengan cara melonggarkan sekrup. kaplet yang akan diuji dimasukkan ke dalam drum putar, pasang kembali drum putar ke mesinnya dan kencangkan sekrup. Kecepatan putaran diatur per menit dengan memutar tombol putar “SPEED”. Untuk mengatur waktu putaran gunakan tombol putar hitam. Kemudian mesin dinyalakan dengan menekan tombol “MAIN SWITCH” dan lampu menyala. Setelah pengujian selesai mesin dimatikan dengan menekan kembali tombol “MAIN SWITCH” dan lampu mati. Setelah itu lepaskan drum putar dari mesin dengan melonggarkan sekrup, kaplet diambil dan drum putar dibersihkan menggunakan kuas. Setelah selesai massa kaplet ditimbang kembali.
d. Uji waktu hancur
Alat dinyalakan dengan menekan tombol MAIN SWITCH. Suhu diatur hingga 37 ± 2 ºC dengan menekan tombol HEATER. Kemudian enam kaplet yang akan diuji dimasukkan ke dalam keranjang (sumur-sumur) pada alat dan cakram dimasukkan di atas masing-masing kaplet dengan posisi yang sama. Lalu keranjang dimasukkan ke dalam beaker glass ukuran 1 Liter yang berisi aquades yang telah dipanaskan sampai suhu 37 ± 2 ºC. Penutup lubang alat uji waktu hancur dibuka dan masukkan beaker glass ke dalam alat dan gantungkan keranjang pada gantungan logam, kemudian nyalakan alat dengan menekan tombol START sambil menghitung waktu. Pengujian dihentikan saat semua kaplet telah hancur sempurna. Matikan alat dengan menekan tombol START, HEATER, MAINSWITCH. Hasil waktu dicatat.
e. Uji Kekerasan tablet
Disiapkan 20 kaplet untuk pengujian kekerasan kaplet. Tombol diputar ke posisi “EINS” dan lampu penunjuk kekerasan menyala. Jarum penunjuk kekerasan diperiksa ada di titik nol atau tidak. Bila belum tekan tombol ¬. Kaplet diletakkan vertikal dan tepat di tengah – tengah jarum penekan. Berdirikan kaplet dinaikkan dengan memutar sekrup di bawahnya sampai kaplet menekan jarum penekan dan lampu “stop” menyala. Lalu tombol ® ditekan, jarum penunjuk skala bergerak dan berhenti saat kaplet pecah dan menunjukkan angka unit kekerasan dengan skala “newton”. Lampu “stop” padam. Dan tombol ¬ ditekan untuk mengembalikan jarum penunjuk ke angka nol. Hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya.
VI. Data pengamatan dan Perhitungan
A. Data pengamatan
1. Evaluasi Granul
a. Laju Alir
Waktu: 2,41 detik
Tinggi: 1,3 cm
Diameter: 8,5 cm
Jari-jari: 4,25 cm
Tanα = = = 0,306
α = 17,0080
b. Kadar Air (Loss On Drying/LOD)
LOD = 1,74%
c. Kemampatan (Tap Density)
Massa granul : 15 gram
Volume awal: 37 ml
Volume akhir: 31,5 ml
Kerapatan nyata = =
= 0,405 gram/ml
Kerapatan mampat = =
= 0,476 gram/ml
Kompresibilitas =
= = 14,92%
2. Evaluasi Kaplet
a. Keseragaman Bobot
No.
|
Massa Kaplet (mg)
|
1
|
668,9
|
2
|
678,2
|
3
|
680,6
|
4
|
683,8
|
5
|
666,1
|
6
|
686,5
|
7
|
629,1
|
8
|
677,1
|
9
|
666,6
|
10
|
603,8
|
11
|
609,8
|
12
|
642,1
|
13
|
654,6
|
14
|
679,4
|
15
|
661,3
|
16
|
688,4
|
17
|
613,2
|
18
|
653,4
|
19
|
686,3
|
20
|
687,6
|
Jumlah
|
13216,8 mg
|
Rata-rata
|
660,84 mg
|
b. Keseragaman Ukuran
No.
|
Panjang
|
Lebar
|
Tinggi
|
1.
|
17,01
|
6,49
|
6,33
|
2.
|
17,07
|
6,49
|
6,42
|
3.
|
17,01
|
6,50
|
6,40
|
4.
|
16,98
|
6,49
|
6,42
|
5
|
17,04
|
6,50
|
6,35
|
6
|
17,03
|
6,49
|
6,45
|
7
|
17,07
|
6,50
|
6,00
|
8
|
17,02
|
6,56
|
6,36
|
9
|
16,96
|
6,51
|
6,21
|
10
|
16,90
|
6,48
|
6,11
|
11
|
17,05
|
6,52
|
6,10
|
12
|
17,05
|
6,49
|
6,17
|
13
|
17,06
|
6,51
|
6,29
|
14
|
17,11
|
6,49
|
6,20
|
15
|
17,04
|
6,49
|
6,30
|
16
|
17,00
|
6,49
|
6,44
|
17
|
16,98
|
6,16
|
6,60
|
18
|
17,02
|
6,50
|
6,30
|
19
|
17,01
|
6,58
|
6,48
|
20
|
17,03
|
6,50
|
6,38
|
Jumlah
|
342,04
|
129,74
|
126,31
|
Rata-rata
|
17,102
|
6,487
|
6,3155
|
c. Kekerasan Kaplet
No.
|
Kekerasan (Newton)
|
1
|
120
|
2
|
124
|
3
|
115
|
4
|
84
|
5
|
115
|
6
|
114
|
7
|
125
|
8
|
90
|
9
|
100
|
10
|
117
|
11
|
140
|
12
|
115
|
13
|
103
|
14
|
120
|
15
|
111
|
16
|
92
|
17
|
112
|
18
|
112
|
19
|
125
|
20
|
120
|
Jumlah
|
2254
|
Rata-rata
|
112,7
|
d. Friabilitas
Berat satuan kaplet: 0,79 gram
Berat awal(W1): 6,32 gram
Berat akhir(W2): 5,80 gram
% Friabilitas = x 100% = x 100% = 8,23%
e. Waktu Hancur (Disintegrasi)
Waktu hancur kaplet : > 15 menit
B. Perhitungan
1. Berat Amprotab yang digunakan dalam pasta
- Berat beaker glass kosong = 102,21 gram
- Berat beaker glass kosong + pasta = 227,07 gram
- Berat beaker glass kosong + pasta sisa = 159,45 gram
- Berat pasta yang digunakan = 227-159,45 = 67,62 gram
- Amprotab pro pasta yang digunakan = 15% x 67,62= 10,143 gram
2. Fase Dalam Teoritis
- Parasetamol = 250 gram
- Amprotab = 30 gram
- Amprotab pro pasta = 10,143 gram
Total fase dalam teoritis = 290,143 gram
3. Fase Luar Teoritis
- PVP = 5% x 290,143 gram x 100/92 = 15,769 gram
- Talkum = 2% x 290,143 gram x 100/92 = 6,307 gram
- Mg stearat = 1% x 290,143 gram x 100/92 = 3,154 gram
Total fase luar teoritis = 25,23 gram
4. Massa Tablet Total Teoritis
Fase dalam + fase luar = 290,143 + 25,23 gram = 315,373 gram
5. Berat Satuan Tablet Teoritis
315,373 gram : 500 tablet = 0,631 gram = 631 mg
6. Fase Dalam Nyata(Berat Granul Hasil Granulasi)
- Berat granul hasil pengeringan yang ditimbang = 276,9 gram
- Berat granul untuk uji LOD = 10 gram
- Berat fase dalam nyata yang digunakan = 276,9 – 10 = 266,9 gram
-
7. Massa Tablet Total Teoritis
Fase dalam + fase luar = 266,9 + 23,208 gram = 290,108 gram
8. Jumlah Tablet yang Diproduksi
(massa tablet nyata:massa tablet teoritis) x 500 tablet = 459,94
= 459 tablet
9. Berat Satuan Tablet Nyata
290,108 gram : 459 tablet = 0,632 gram = 632mg
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, formula yang digunakan adalah
R/ PCT 250 gram
Amprotab 30 gram
Amprotab pro pasta q.s (15%)
PVP 5 %
Talkum 2 %
Magnesium stearat 1 %
Untuk kemudian dibuat tablet dengan metode granulasi basah dengan hasil 500 tabet. Granulasi basah adalah metode pembuatan tablet dengan pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah, digranulasi lalu dicampurkan dengan fase luar tablet, kemudian dicetak menjadi tablet. Granulasi basah digunakan karena zat aktif dan beberapa zat tambahan pada formula diatas memiliki laju alir yang buruk sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan metode kempa langsung. Pembagian fase luar dan fase dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari zat aktif, zat pengisi, dan zat pengikat yang tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu lama karena peada proses pembuatan granulasi basah, pemanasan dalam oven untuk menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul. Fase luar adalah zat eksipien yang berfungsi untuk membantu proses pengempaan tablet, yaitu zat pelincir dan zat eksipien lain yang tidak tahan pemanasan dalam waktu lama.
Pada formula diatas, PCT atau parasetamol sebagai zat aktif dengan efek farmakologis sebagai zat antipiretik dan analgesic. PCT dimasukkan ke fase dalam karena stabil dalam pemanasan yang lama.
Amprotab merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai pengisi dan pengikat karena harga ekonomis sehingga mengurangi biaya produksi. Fungsi sebagai pengisi untuk menambah massa tablet yang akan dicetak dan fungsi sebagai pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi sehingga dapat tercampur dengan homogen. Amprotab dapat digunakan sebagai zat pengikat dengan pencampuran amprotab dan aquadest hangat dengan konsentrasi 3-20 % b/b untuk mendapatkan amprotab pro pasta segar (HOPE, 2009). Pada praktikum ini dibuat amprotab propasta dengan konsentrasi 15% yang ditambahkan secukupnya.
PVP merupakan zat tambahan fase luar digunakan sebagai pengikat yang membantu pengikatan fase luar dengan granul fase dalam. PVP walaupun berfungsi sebagai pengikat dimasukkan ke fase luar karena tidak tahan dengan pemanasan yang lama (HOPE, 2009). Selain itu juga berfungsi sebagai disintegrant yang membantu penghancuran tablet sehingga meningkatkan kelarutan obat dalam cairan tubuh. PVP sebagai pengikat dan disintegrant digunakan sebanyak 0.5- 5% (HOPE, 2009). Pada praktikum ini digunakan PVP sebanyak 5 % agar tablet lebih mudah hancur dan larut dalam tubuh.
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang berfungsi sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh tempat cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu pelincir dapat memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talcum ditambahkan sebanyak 1- 10% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5% (HOPE, 2009). Pada praktikum ini digunakan talcum 2% dan magnesium stearat 1%, penambahan hanya sedikit karena pelincir yang banyak dapat menyebabkan tablet terlalu keras sehingga sulit hancur dan sulit terlarut serta sulit dimetabolisme didalam tubuh.
Proses pembuatan tablet paracetamol pada praktikum ini dilakukan dengan metode granulasi basah. Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang paling banyak digunakan. Granulasi merupakan perlakuan awal terhadap serbuk yang sukar untuk dicetak menjadi massa yang dapat ditabletasi. granulasi adalah proses peningkatan ukuran dimana partikel-partikel kecil digabungkan menjadi partikel dengan ukuran lebih besar, membentuk aglomerat atau granul stabil sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi dilakukan karena sebagian besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena kohesivitasnya rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi.
Formula yang digunakan untuk pembuatan tablet paracetamol adalah paracetamol 250mg, amprotab 30mg, amprotab pro paste 15% q.s. sebagai fase dalam, PVP 5%, Talcum 2%, dan Mg Stearat 1% sebagai fase luar. Paracetamol merupakan zat aktif yang memiliki khasiat sebagai analgesik dan antipiretik. Amprotab berfungsi sebagai zat pengisi dan disintregan, sedangkan amprotab pro pasta digunakan sebagai zat pengikat pada fase dalam. PVP berfungsi sebagai pengikat untuk fase luar, talcum berfungsi sebagai pelincir dan diluent, sedangkan Mg stearat berfungsi sebagai zat pelincir.
Untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menggranulasi fase dalam dari formula diatas. Fase dalam biasanya terdiri dari zat aktif, pengisi dan pengikat. Amprotab pro paste yang digunakan sebagai pengikat dibuat dalam konsentrasi 15% dengan cara 15gr amprotab ditimbang dan dilarutkan dalam 100ml air dan dipanaskan hingga terbentuk suatu mucilago yang bening. Untuk pemakaian terbaik, konsentrasi maksimum amprotab yang digunakan sebagai pasta ini biasanya 30%, tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi tidak dapat dicetak dikarenakan kompresibilitas nya yang tidak baik.
Selanjutnya, parasetamol sebagai zat aktif dan amprotab dicampurkan hingga terbentuk suatu campuran yang homogen. Amprotab merupakan disintregan yang paling umum digunakan. Mekanisme kerja nya adalah dengan membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat cairan masuk ke dalam pori-pori tablet (kapiler). Amprotab pro pasta yang telah dibuat sebelum nya dicampurkan sedikit demi sedikit hingga terbentuk suatu massa yang dapat dikepal. Penambahan amprotab pro pasta harus dilakukan dengan hati-hati dan secara perlahan, karena apabila amprotab pro pasta yang digunakan terlalu banyak akan menyulitkan proses granulasi dan pada akhirnya tablet yang dihasilkan akan sangat keras dan waktu hancur nya akan sangat lama.
Selanjutnya, massa campuran tadi dimasukkan ke dalam alat granulasi yang disebut granulator. Pada alat granulator ini, massa dilewatkan pada mesh atau ayakan dan diberi tekanan agar terbentuk suatu granul sehingga luas permukaannya meningkat dan proses pengeringan berjalan dengan lebih cepat. Ukuran mesh yang digunakan biasanya mesh no.16. Granul yang terbentuk, selanjutnya dikeringkan dengan cara dimasukan ke dalam oven pada suhu 50-60 0C selama 18-24 jam. Setelah proses pengeringan selesai, granul kemudian di masukan kembali ke dalam granulator dan diayak dengan menggunakan ayakan yang ukuran nya lebih kecil, biasa nya digunakan ayakan no.18 agar ukuran granul menjadi lebih homogen.
Setelah itu, granul yang diperoleh kemudian ditimbang, dan dievaluasi. Evaluasi terhadap granul ini dilakukan dengan menentukan laju alir, kompresibilitas, dan susut pengeringan atau lost of drying (LOD). Laju alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode corong, Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar 15gr serbuk ke dalam corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir serta tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan. Dari hasil uji terhadap granul yang dihasilkan, diperoleh sudut istirahat granul sebesar 17,008 0C dengan waktu alir selama 2,41 detik. Nilai ini menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat laju alir yang baik karena pada umumnya granul dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya lebih kecil dari 30 0C, sehingga granul dapat dicetak menghasilkan tablet yang homogen.
Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan nilai kompresibilitas dari granul dengan menggunakan alat tap density. Sebanyak 15gr granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat, kemudian dicatat volume awal nya. Selanjutnya alat dinyalakan selama 4 menit dan kemudian volume akhir nya dicatat.
suatu granul yang baik memiliki nilai % kompresibilitas dibawah 20 %. Dari hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh nilai % kompresibilitas dari granul sebesar 14,92 %. Nilai ini menunjukan bahwa granul memiliki nilai kompresibilitas yang baik.
Pengujian berikutnya adalah penentuan kadar susut pengeringan atau loss of drying (LOD) unutk menentukan kadar air yang terkandung dalam granul. Sebanyak 10 gr granul disimpan secara merata diatas piringan logam pada alat uji. Kemudian suhu diatur pada 70 0C, dan kemudian alat dinyalakan selama 10 menit. Dari hasil pengujian diperoleh % LOD atau kadar air yang terkandung dalam granul sebesar 1,74 %. Nilai ini menujukan bahwa granul memiliki kadar air yang baik, karena batas maksimum kadar air untuk granul adalah 2 %.
Setelah evaluasi granul dilakukan, granul dipersiapkan untuk dicetak. Pertama, granul dicampurkan dengan fase luar yang terdiri dari PVP 5%, talcum 2%, dan Mg Stearat 1%. Fase luar dan granul dicampurkan dan diaduk hingga homogen supaya distribusi fase luar merata dan homogen. PVP berfungsi sebagai zat pengikat fase luar, talcum berfungsi sebagai glidan dan lubrikan, sedangkan Mg Stearat digunakan sebagai glidan dan lubrikan. Pengikat digunakan untuk mengikat fase luar dengan fase dalam supaya dapat menyatu dan tercampur homogen. Lubrikan digunakan untuk menghilangkan gesekan/friksi saat pengempaan dan penarikan kaplet ke luar cetakan. Glidan digunakan untuk memperbaiki laju alir hasil campuran fase luar dengan granul (fase dalam) supaya memudahkan pengaliran granul saat pencetakan kaplet. Hasil pencampuran cukup homogen.
Kemudian, dilakukan pencetakan kaplet dengan single punch tablet press dengan cetakan kaplet. Dilakukan beberapa kali pencetakan awal, dimana setiap 1 kaplet yang dibuat kemudian diuji bobot dan kekerasannya. Hal ini dilakukan supaya kaplet yang dicetak memenuhi rentang bobot kaplet teoritis yang diizinkan, yaitu antara 599,45 mg hingga 662,55 mg. Pada kaplet yang dibuat ke 8 kalinya, didapatkan berat yang memenuhi syarat yaitu 0,66127 g dengan kekerasan yang tinggi dimana kaplet pecah pada tekanan 122 N, dimana kekerasan kaplet yang baik berkisar antara 40-80 N.
Setelah kaplet dicetak seluruhnya, dilakukan evaluasi kaplet. Pengujian keseragaman bobot dan ukuran dilakukan untuk melihat keseragaman dosis pada masing-masing kaplet. Pada evaluasi keseragaman bobot, didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,66084 g. Berdasarkan FI III, untuk uji keseragaman bobot pada kaplet yang telah dibuat dengan bobot rata-rata tersebut (di atas 300 mg), dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari 2 kaplet yang bobotnya menyimpang dari 5% bobot rata-rata (0,03304 g) dan tidak boleh ada 1 kaplet pun yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata (0,06608 g). Dari data yang didapat, terdapat 3 kaplet yang menyimpang dari 5% bobot rata-rata dengan penyimpangan bobot sebesar 0,057 (kaplet no. 10); 0,051 (no. 11); dan 0,048 g (no. 17) serta tidak ada satupun kaplet yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata. Dengan demikian, kaplet yang dibuat hampir memenuhi syarat. Dilihat dari bobot yang didapatkan dibandingkan dengan bobot teoritis, terdapat beberapa kaplet yang bobotnya tidak masuk rentang toleransi yang diizinkan. Hal ini akan mempengaruhi sedikit kadar zat aktif pada masing-masing kaplet. Hal ini dikarenakan kondisi mesin pencetak kaplet yang kurang baik dan bentuk granul yang kurang seragam.
Pada pengujian keseragaman ukuran, disyaratkan tidak boleh ada panjang, lebar, dan tinggi kaplet yang menyimpang 1% dari rata-ratanya (p=0,17 mm; l=0,07 mm; t=0,06 mm). Pada pengukuran panjang terdapat 1 kaplet yang meyimpang (no. 10), pada pengukuran lebar terdapat 1 kaplet yang menyimpang (no. 17) dan pada pengukuran tinggi terdapat 12 kaplet yang menyimpang (no. 2, 3, 4, 6, 7, 11, 12, 14, 16, 17, 19, 20), yang berarti, ketidakseragaman ini akan mempengaruhi kadar zat aktif dalam kaplet. Dengan demikian, keseragaman ukuran tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan kondisi mesin pencetak kaplet yang kurang baik dan bentuk granul yang kurang seragam.
Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat kaplet sehingga mempengaruhi pengemasan dan penyimpanannya. Pada pengujian kekerasan, kaplet diletakan dengan posisi panjang vertikal seperti angka “0” karena pada posisi ini tekanan maksimalnya dapat terukur. Dari hasil yang didapatkan, kekerasan kaplet yang didapat tinggi, menyebabkan kaplet pecah pada tekanan diatas 80 N, sedangkan kaplet yang baik memiliki tekanan antara 40-80 N. Hal ini dapat disebabkan karena efek dari lubrikan yang kuat sehingga meningkatkan kekerasan serta granul yang kurang baik.
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan kaplet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Pada pengujian frialbilitas, digunakan 8 kaplet dengan bobot total 6,32 g. %friabilitas tidak boleh lebih dari 1%. Setelah diuji, didapatkan %friabilitas sebesar 8,23%. Hasil ini tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan nilai LOD yang kecil.
Pengujian waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama kaplet akan hancur pada kondisi yang menyerupai tubuh manusia. Berdasarkan FI III, waktu hancur yang baik tidak lebih dari 15 menit. Pada pengujian ini, didapatkan waktu hancur yang melebihi 15 menit, dimana terdapat 1 kaplet yang hancur kurang dari 15 menit namun 5 sisanya tidak hancur setelah lebih dari 15 menit. Waktu hancur tidak dilanjutkan hingga didapatkan waktu hancur pastinya untuk menghemat waktu. Waktu hancur yang tidak baik ini dikarenakan proses granulasi yang kurang baik dan efek Mg Stearat. Saat pencampuran fase luar dengan fase dalam, bila pengocokan kurang baik dan terlalu lama, maka Mg stearat akan memadatkan kaplet dan dengan sifatnya yang tidak larut air akan memperlama waktu hancur kaplet. Perbedaan waktu hancur tersebut dikarenakan ketidakseragaman bobot dan ukuran kaplet serta homogenitas yang kurang baik.
IX. Kesimpulan
1. Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase luar, granulasi kembali baru dicetak.
2. Uji quality control yang dilakukan terhadap granul dan tablet hasil produksi berupa:
a. Kemampuan alir dan sudut istirahat
b. Kompresibilitas
c. Kadar air (loss on drying)
d. Waktu hancur
e. Kekerasan
f. Friabilitas
DAFTAR PUSTAKA
Anas. 2008. Obat-obatan Tablet Yang Perlu Dikritisi. Tersedia di http://jalurgaza.wordpress.com/ (diakses tanggal 6 April 2013)
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : F. Ibrahim. Edisi ke-4. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Churchill Livingstone Inc, New York.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press. Jakarta.
Parrot, EL. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third Edition. Burges Publishing Company. USA.
Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. 6th Edition. Pharmaceutical Press. London