PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF
TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE KEMPA LANGSUNG
I.
Tujuan
Percobaan
1. Mengetahui
cara pembuatan tablet dengan metode kempa langsung
2. Melakukan
uji Quality Control (QC) terhadap tablet
II.
Prinsip
Percobaan
1. Metode
kempa langsung
Pembuatan
tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
2. Evaluasi
tablet berdasarkan standar quality control (QC)
a. Kemampuan
alir dan sudut istirahat
Kemampuan alir diperoleh dari waktu dalam detik yang diperlukan sejumlah tertentu serbuk untuk
mengalir melewati corong. Kemampuan alir dan sudut
istirahat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah
tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul
b. Kompresibilitas
Kompresibilitas dihitung dari kerapatan serbuk,
yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu serbuk kedalam gelas ukur. Volume awal dicatat, kemudian
diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume.
c. Kadar
air (loss on drying)
Salah
satu metode yang digunakan untuk mengukur kadar air dengan cara membandingkan
bobot granul setelah dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan
d. Waktu
hancur
Waktu hancur adalah
waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi serbuk/partikel
penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat
uji
e. Kekerasan
Uji kekuatan
tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet
f. Friabilitas
Uji
friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Prinsipnya adalah
menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu.
III.
Teori
Dasar
Tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI IV,
1995).
Metode kempa langsung, yaitu
pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien
kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun, hanya dapat
digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya dan zat aktif yang tidak
tahan terhadap panas dan lembab (Chaerunissa dkk, 2009).
Zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung
adalah:
1.
Alirannya baik
2.
Kompresibilitasnya baik
3.
Bentuknya Kristal
4.
Mampu menciptakan adhesifitasdan
kohesifitas dalam massa tablet (Musfikah,
2012).
Komponen-komponen
dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan
lubrikan. Selain itu, tablet dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan
warna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis (Syamsuni, 2006).
Syarat
tablet kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat berikut:
1.
Kemampuan alir dan sudut istirahat
Sifat aliran
serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang seragam ke dalam
lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan di sekitar
fasilitas produksi. Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel,
partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode
untuk mengevaluasi sifat aliran granul yang sering digunakan adalah metode corong (langsung) (Sari, 2010).
Kecepatan alir
diketahui melalui metode corong. Metode ini paling sederhana untuk menetapkan
kemampuan alir granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot
tertentu melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan
pada lubang keluar corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang
terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka, waktu yang dibutuhkan granul untuk
keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan waktu keluar tersebut,
kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan
kuantitatif granul yang berbeda.
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat
digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul
mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt, 1995).
Metode sudut
istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk mengukur mampu
alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar partikel. Banyak metode yang
berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan salah satunya yang digunakan
adalah metode corong (Sari, 2010).
2.
Kerapatan curah dan kerapatan mampat
Tap density atau
densitas ketuk adalah densitas yang ditentukan dengan membagi berat dengan
volume setelah dilakukan pengetukan. Pada pengetukan ini proses yang terjadi
adalah pemampatan.
Alat tap density tester terdiri
dari tiga bagian yaitu holder, mesin pengetuk dan penghitung ketukan. Holder
digunakan untuk menyimpan tabung berukuran. Tabung berukuran ini biasanya
menggunakan gelas ukur, alat ini fungsinya untuk wadah sampel yang diuji, mesin
pengetuk berfungsi untuk mengangkat gelas ukur yang tersimpan dalam holder kemudian
membiarkan jatuh demikian seterusnya hingga sampel terketuk-ketuk, dan
penghitung ketukan akan menghitung jumlah ketukan sesuai dengan angka yang
ditentukan.
3.
Uji Susut Pengeringan (LOD)
Granul dibuat dengan maksud untuk memperbaiki
sifat alir massa serbuk yang akan dibuat menjadi sediaan tablet, kapsul, puyer,
ataupun suspensi kering. Salah satu cairan pembasah yang dapat digunakan adalah
air sehingga setelah melalui proses pengeringan, kadar air granul harus
dievaluasi untuk mengetahui kadar air yang tertinggal di granul. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air adalah metode gravimetri
dengan cara membandingkan bobot granul setelah dipanaskan dengan bobot granul
sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan berlangsung, air yang masih tertinggal
dalam granul akan menguap (Lachman dkk, 1989).
Salah satu alat yang bisa digunakan
untuk mengukur kadar air dengan prinsip gravimetri adalah moisture analyzer.
Dilihat dari katanya ‘moisture analyzer‘ artinya penganalisa
kelembaban. Jadi yang diukur oleh alat ini adalah kandungan lembab yang
terkandung dalam zat uji yang kemudian menguap akibat panas yang dikeluarkan
oleh alat ini. Temperatur moisture
balance bisa di set sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mengukur kadar
air granul, moisture balance cukup diset pada temperatur 70oC
untuk mencegah ikut menguapnya air kristal yang terkandung dalam bahan yang
digunakan dalam pembuatan granul (Ansel, 1999).
Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan
menggunakan timbangan dengan cara menentukan nilai bobot akhir dan bobot awal
dari granul. Uji kadar air dengan menggunakan metode LOD (Loss on Drying) yaitu
suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan bobot basah.
Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut
pengeringan dikenal timbangan Moisture
Balance. Timbangan tersebut sangatlah unik karena bisa mengeluarkan panas.
Kegunaan timbangan ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak kadar air yang
tersembunyi dalam setiap barang yang diuji (Lachman dkk, 1989).
4.
Uji Keseragaman bobot
Timbangan digital sebagai alat ukur
untuk satuan berat. Dibandingkan dengan neraca jaman dulu yang masih
menggunakan neraca analog atau manual, neraca digital memiliki fungsi lebih
sebagai alat ukur, diantaranya neraca digital lebih akurat, presisi, akuntable
(bisa menyimpan hasil dari setiap penimbangan). Neraca analitik digital
merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi, neraca ini
mampu menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g (Robbins, 2011).
Neraca atau timbangan baik yang
digital ataupun manual harus diletakkan pada bidang datar, dimana tiap sudut
harus benar-benar setimbang. Kesetimbangan ini mutlak perlu untuk mendapatkan
hasil penimbangan yang akurat, jadi kesetimbangan ini untuk menempatkan titik
berat berada pada poros timbangan bukannya pada salah satu sisi. Kesetimbangan
dapat dilihat pada indikator kesetimbangan yang terdapat pada setiap timbangan.
Neraca digital ditunjukkan dengan water pass yang berupa bulatan besar yang
didalamnya terdapat bulatan kecil (Hamdani, 2012).
5.
Uji Keseragaman Ukuran
Jangka sorong adalah instrumen
presisi yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi benda bagian dalam dan
luar. Ditinjau dari cara pembacaannya, jangka sorong dapat dibagi dua yaitu
jangka sorong manual dan digital. Penggunaan jangka sorong manual lebih sulit
bila dibandingkan dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi
dari skala oleh pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital
dapat dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memilki dua skala imperial
(skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter) (Koesdijanto, 2012).
Fungsi jangka sorong antara lain
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai 0,1 mm, rahang tetap dan
rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter benda yang cukup kecil
seperti cincin, pipa, dll, dan tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk
mengukur kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan
tinggi yang kecil (Admin, 2013).
Jangka sorong dapat digunakan untuk
mengukur panjang, diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman benda.
Bagian-bagian utamanya adalah rahang tetap yang memiliki skala utama dengan
lebar skala terkecil 1 mm dan rahang geser yang memiliki skala nonius/vernier.
Lebar skala nonius masing-masing 0,9 mm. hal ini dimungkinkan karena panjang
seluruh skala nonius adalah 9 mm tetapi dibagi menjadi 10 buah skala. Jadi,
selisih satu skala pada rahang tetap dan rahang geser adalah (1-0,9)mm atau 0,1
mm (Tim Fisika, 2007).
6.
Uji Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk
hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui
saringan berukuran mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa
partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan
yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet
adalah sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet
biasanya diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang
menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet
tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan
pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat
waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air
sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga
yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).
7.
Uji Friabilitas
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan
friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah
tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses
pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan
waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan
dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji memiliki berat antara rentang 6
– 6,5 gram, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator,
dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25
putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet
dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian
dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet
dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot
akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga
persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan
yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat
pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan
bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat
aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus
diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang
hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.
Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan
(Andayana, 2009)..
8.
Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji
kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang
diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah Hardness Tester . Kekerasan adalah parameter yang
menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan
pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan
(Parrott, 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet
adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang
keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang
rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik
dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak,
artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang
tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya
pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg
masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi
dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Prinsip pengukurannya adalah
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah.
Monografi Zat
Teofilin
Teofilin mengandung satu molekul air
hidrat atau anhidrat.
Pemerian :
serbuk hablur, putih ; tidak berbau ; rasa pahit
Kelarutan : sukar
larut dalam air; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium
hidroksida ; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter ( FI
IV, 1995).
Rumus molekul : C27H48O20
Berat Molekul : 692.65802 [g/mol]
Pemerian :
serbuk hablur putih (Pike, 2010).
Na
Starch Glikolat
Na Starch Glikolat adalah garam
natrium dari eter karboksimetil selulosa.
Pemerian : serbuk, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam pelarut
organic (Anonim, 2012).
Talcum
Talcum atau Talk adalah magnesium silikat hidrat
alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus licin,
mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua
pelarut
Khasiat : zat tambahan (FI III, 1979).
Asam
Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang
diperoleh dari lemak, sebagian besar
terdiri dari asam oktadekanoat dan asaheksadekanoat
Pemerian : zat padat keras mengkilat
menunjukan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut
dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P, dan dalam 3 bagian
eter P
Khasiat :
zat tambahan (FI III, 1979).
IV.
Alat
dan Bahan
A.
Alat
1.
Disentigrator tester
2.
Flow tester
3.
Hardness tester
4.
Jangka sorong
5.
Moisture balance
6.
Tap Density tester
7.
Timbangan digital
B.
Bahan
1.
Asam stearat
2.
Na starch glikolat
3.
Starch Rx
4.
Talcum
5.
Teofilin
C. Gambar alat
Disentigrator
tester Flow tester
Hardness tester Jangka
sorong digital
Timbangan digital Moisture balance
Tap density tester
V.
Prosedur
1.
Pembuatan
Tablet Metode Kempa Langsung
Dipersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan, sebelum bahan ditimbang maka diayak terlebih dahulu. Bahan yang
telah diayak dan ditimbang ( teofilin, starch Rx, Na-starch glyconat, talcumdan asam stearat) dimasukkan kedalam plastic untuk mengalami proses
pencampuran, semua bahan dikocok dalam plastic sampai homogen. Bahan-bahan yang
telah tercampur homogen dan telah dievaluasi serbuk, kemudian dimasukkan
kedalam alat kempa langsung untuk memulai pembuatan tablet dengan metode kempa
langsung.
2.
Evaluasi
Serbuk dan Tablet
a.
Pengujian
Kemampuan Alir
Sebanyak
20 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam flow tester untuk diuji laju alirnya. Lalu, tutup hopper dibuka, serbuk akan turun ke
bawah, waktunya dicatat, diameter dan tingginya diukur.
b.
Pengujian
Kerapatan curah dan
kerapatan mampat
25 gram sampel ditimbang seksama dengan menggunakan
timbangan, lalu sampel yang sudah ditimbang dimasukkan secara hati – hati
kedalam alat tapped density, lalu diratakan. Tinggi awal dari sampel dicatat,
kemudia alat tapped density dinyalakan selama 4 menit, tinggi akhir sampel
setelah 4 menit dicatat kembali.
c.
Pengujian
Susut Pengeringan
Sejumlah 10 gram zat (bahan) ditimbang, kemudian
dimasukkan ke alat moisture balance
yang sebelumnya telah dibersihkan dan ditara dahulu. Bahan yang telah
dimasukkan ke alat diratakan dengan cara digoyang-goyang. Setelah rata, tutup
alat dan dicatat bobot awal dari zat. Lalu tekan Start dan ditunggu selama 10 menit pada suhu 70oC.
Dicatat kadar air yang dihasilkan dan dicatat juga bobot akhir dari zat (bahan)
uji.
d.
Pengujian
Keseragaman Bobot
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu dengan
menggunakan neraca digital, kemudian hasilnya dicatat dan dirata-ratakan .
e.
Pengujian
Keseragaman Ukuran
Tablet sebanyak 20 buah disiapkan. Masing-masing
tablet diukur diameter dan ketebalannya dengan menggunakan jangkasorong. Hasil
pengukuran dicatat, lalu dihitung rata-ratanya.
f.
Pengujian
Kekerasan
Sejumlah 20 tablet dipilih acak, lalu diuji dengan
alat Hardness Tester. Alat
dinyalakan. Satu per satu tablet diletakkan di dalam ruang penjepit (diantara
pegas dan penekan). Tablet dijepit dengan memutar bagian bawahnya hingga lampu stop menyala. Lalu ditekan tombol hitam
dengan panah ke kanan dan diamati. Jarum penunjuk akan bergerak sesuai tekanan
yang diberikan pada tablet. Saat tablet pecah, jarum akan otomatis berhenti dan
menunjukkan angka atau besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghancurkan
tablet. Kemudian ditekan tombol panah ke kiri untuk mengembalikan tekanan ke
awal. Pengujian dilakukan terhadap masing-masing tablet.
g.
Pengujian Waktu Hancur
Sebanyak 6
tablet dimasukkan ke dalam masing-masing kolom, kemudian dimasukkan cakram ke
dalam masing-masing kolom tersebut. Kolom tersebut dimasukkan ke dalam beaker
glass yang berisi air sebanyak 500 ml dengan suhu 37o C yang telah
berada di dalam disentegrator tester. Dinyalakan disentegrator tester dan
diamati keadaan tablet hingga semua hancur sempurna.
Di timbang
tablet dengan rentang berat 6 – 6.5 g kemudian tablet yang sudah di timbang
dimasukan kedalam alat friabilator. Tombol On di tekan, lalu tunggu selama 4
menit. Setelah itu berat akhir di timbang, lalu di hitung % friabilitasnya.
VI.
Data
Pengamatan dan Perhitungan
A. Pengujian Serbuk
1.
Pengujian
kemampuan alir
Waktu = 19 detik
Tinggi(h) = 2,3 cm
Diameter (d) = 10,75cm
Jari-jari (r) = 5,375 cm
Tan a
=
=
=
0,428
a = 23,160
2.
Pengujian
Kerapatan curah dan kerapatan mampat
Massa serbuk = 15 gr
Volume awal = 38 ml
Volume akhir = 22 ml
Kerapatan nyata =
Kerapatan mampat =
Kompresibilitas = 42,11%
3.
Uji
Susut Pengeringan
Massa awal = 9,966 gr
Massa akhir = 9,498 gr
LOD = 4,7%
B. Pengujian Tablet
1.
Uji
keseragaman bobot dan ukuran
Tabel.
1 Keseragaman tablet
2.
Uji
disintegrasi
Waktu hancur 1 menit 10 detik
3.
Uji
friabilitas
Kecepatan 25 rpm selama 4 menit
a.
Berat satuan = +/- 190 mg
b.
Berat sebelum diuji = 6251 mg
c.
Berat setelah diuji = 4700 mg
d.
Friabilitas = 24,81%
4.
Uji
kekerasan tablet
Tabel
2. Kekerasan tablet
VII.
Pembahasan
Pada praktikum pembuatan sediaan
tablet teofilin dengan metode kempa langsung digunakan formula sebagai berikut:
R/ Teofilin 50 gr
Starch Rx 60 gr
Na. Starch Glikolat 4 gr
Talcum 2
gr
As.
Stearat 2
gr
untuk kemudian dibuat tablet
sebanyak 500 tablet dengan komposisi tiap tablet sebesar 200mg/tablet. Kempa
langsung merupakan suatu metode pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih
dahulu. Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir
sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.
Pada formula diatas, zat aktif yang
digunakan adalah teofilin. Teofilin merupakan obat golongan bronkodilator yang
biasa digunakan untuk pengobatan asma. Teofilin mempunyai rumus molekul C7H8N4O2
dengan pemerian serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, dan stabil di
udara.
Starch Rx merupakan zat tambahan
atau eksipien yang dapat digunakan sebagai diluent, disintregan, pengikat, dan
pengisi. Dalam formula ini konsentrasi dari starch rx adalah sebesar 50,85%
sehingga dalam formula ini starch rx digunakan sebagai zat pengikat dan
pengisi. Starch rx dapat digunakan sebagai disintregan dengan konsentrasi
3-25%.
Eksipien berikutnya adalalah Na
Starch Glicolat. Na Starch Glicolat merupakan turunan amilum solani, digunakan
sebagai disintegrator tablet terutama dalam pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk Na Starch Glicolat yang
dapat berfungsi sebagai distintegrator tablet adalah antara 2% hingga 8% dengan
konsentrasi optimum adalah 4%. Pada formulasi yang digunakan dalam praktikum
ini konsentrasi Na Starch Glicolat yang digunakan adalah 3,39% sehingga Na
Starch Glicolat dapat berfungsi sebagai disintegrator. Pemerian Na Starch
Glicolat adalah sebagai berikut, putih, higroskopis,
Talkum merupakan zat tambahan yang
digunakan sebagai anticaking agent, glidant, pembawa dalam sediaan tablet, dan
sebagai pelincir tablet. Talkum juga dapat berfungsi sebagai penghambat
disolusi zat aktif dari tablet untuk sediaan lepas lambat. Talkum merupakan
senyawa dengan rumus molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4
dengan pemerian serbuk sangat halus, serbuk keputihan dan agak abu.
Asam stearat digunakan sebagai
pelincir tablet. Dalam formulasi ini digunakan asam stearat sebanyak 1,69% dan
menurut literatur, jumalah asam stearat yang digunakan sebagai pelincir tablet
adalah sebanyak 1-3 %. Pada formula ini penggunaan asam stearat sebenarnya
kurang tepat, karena menurut literatur asam stearat akan mengalami
inkompatibilitas dengan senyawa basa. Seperti diketahui teofilin yang digunakan
sebagai zat aktif bersifat basa lemah, sehingga ada kemungkinan akan terjadi
reaksi maka dari itu penggunaan asam stearat sebaiknya diganti dengan Mg
stearat.
Setelah evaluasi serbuk dilakukan, serbuk di persiapkan
untuk dicetak. Serbuk ayng telah dicampurkan dengan pelicncir diaduk hingga
homogen supaya terdistribusi homogen dan hasil tiap tablet yang dicetak
memiliki kualitas yang sama. Setelah itu, tablet dicetak dengan menggunakan mesin
kempa single punch. Dilakukan beberapa kali pencetakan awal, dimana setiap 1
tablet yang dibuat kemudian diuji bobot dan kekerasannya. Hal ini dilakukan
supaya tablet yang dicetak memenuhi rentang bobot tablet teoritis yang
diizinkan, yaitu sekitar 200 mg. Setelah dilakukan beberapa pencetakan tablet
awal, didapatkan berat yang memenuhi syarat. Kekerasan tablet yang dicetak
tersebut berada pada sekitar 5 N. Hal ini menunjukan bahwa tablet yang dicetak
kurang keras. Hal ini disebabkan laju alir dari serbuk dan pengisi yang buruk
menyebabkan pada saat pencetakan, volume cetak tablet tidak terpenuhi semua
akibat laju alir yang buruk mengganggu proses pengisian cetakan tablet.
Karena kekerasan tablet yang kurang baik, sempat dilakukan
penambahan zat pengisi yaitu Starch Rx 1500 sebanyak 20 g lalu kembali
dilakukan pencetakan awal. Namun, hasilnya lebih jelek daripada hasil
pencetakan awal pertama dimana tablet yang dicetak memiliki kekerasan yang
sangat jelek sehingga setelah tablet sangat rapuh. Maka dari itu, dilakukan
penambahan zat aktif dan zat lainnya (teofilin, Na Starch Glycolat, talcum, dan
asam searat) dengan perbandingan sesuai dengan formula awal yang menyesuaikan
dengan starch Rx yang telah ditambah. Setelah penambahan yang kedua dilakukan,
kemudian diaduk hingga homogen, pencetakan seluruh serbuk dilakuakn.
Pada pencetakan pertama, didapat total tablet yang setara
dengan seluruh serbuk. Dengan kata lain, hanya setengah dari serbuk yang dapat
dicetak. Serbuk yang tidak tercetak pada pencetakan sebenarnya terbentuk, namun
kekerasannya sangat buruk dan menyebabkan tablet menjadi serbuk kembali saat
diambil. Hal ini dikarenakan laju alir yang buruk dari serbuk. Bobot dan
kekerasan tablet nya pun sama dengan pencetakan awal pertama. Maka dari itu, sisa
serbuk yang gagal tercetak dicetak kembali. Pada pencetakan kedua ini, seluruh
tablet dapat dicetak. Pada penetakan kedua ini didapat tablet-tablet dengan
bobot dan kekerasan yang lebih baik dibandingkan hasil pencetakan pertama. Hal
ini dikarenakan serbuk yang gagal dicetak pada pencetakan pertama, laju alirnya
diperbaiki dengan tekanan akibat pengempaan oleh mesin kempa. Total
tablet yang didapat adalah 488 tablet.
Setelah seleruh tablet dicetak, dilakukan evaluasi tablet.
Pengujian keseragaman bobot dan ukuran dilakukan untuk melihat keseragaman
dosis pada masing-masing kaplet. Pada evaluasi keseragaman bobot, didapatkan
bobot rata-rata sebesar 0,19078 g. Berdasarkan FI III, untuk uji keseragaman
bobot pada tablet yang telah dibuat dengan bobot rata-rata tersebut (bobot
rata-rata 151-300 mg), dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari 2 tablet
yang bobotnya menyimpang dari 7,5% bobot rata-rata (0,01431 g) dan tidak boleh
ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15% bobot rata-rata (0,02862 g).
Dari data yang diapatkan, terdapat 10 tablet yang menyimpang dari 7,5% bobot
rata-rata yaitu pada tablet no 3, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17. Hal ini
tidak sesuai dengan persyaratan uji keseragaman bobot untuk tabel A (tidak
boleh ada lebih dari 2 kaplet yang bobotnya menyimpang dari 7,5% bobot
rata-rata). Kemudian, dari data yang didapat juga terdapat 1 tablet yang
menyimpang dari 15% bobot rata-rata (tablet no 3). Hal ini tidak sesuai dengan
persyaratan yang tertulis di farmakope tentang uji keseragaman bobot untuk
tabel B (tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15% bobot
rata-rata). Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi akibat laju alir serbuk
yang buruk sehingga volume yang tercetak tidak seragam karena penyumbatan
serbuk.
Pada pengujian keseragaman ukuran, didapatkan diameter
rata-rata sebesar 8,0875 mm dan tebal rata-rata sebesar 3,5305 mm. pada
farmakope disebutkan bahwa kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali tebal tablet (10,5915 mm) dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet
(4,6956 mm). Dari data yang didapatkan, tablet yang dicetak memenuhi
persyaratan keseragaman ukuran.
Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat
tablet sehingga mempengaruhi pengemasan dan penyimpanannya. Pada pengujian
kekerasan, tablet diletakan dengan posisi vertikal dimana permukaan tablet
bagian tebal tablet menyentuh permukaan alat uji hardness tester, karena pada
posisi ini tekanan maksimalnya dapat terukur. Dari hasil yang didapatkan,
kekerasan tablet yang didapat sangat rendah, menyebabkan tablet pecah pada
tekanan yang berkisar antara 5 hingga 26 N dengan nilai rata-ratanya adalah 9,5
N. Sedangkan tablet yang baik memiliki tekanan antara 40-80 N. Hal ini dapat
disebabkan laju alir dan LOD yang buruk dari serbuk menyebabkan tablet yang
terbentuk kurang padat dan rapuh.
Data friabilitas digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan
dan pengiriman. Pada pengujian frialbilitas,
digunakan tablet dengan bobot total 6,251 g. %friabilitas tidak boleh lebih
dari 1%. Setelah diuji, didapatkan %friabilitas sebesar 24,81%. Hasil ini tidak
memenuhi syarat friabilitas yang baik. Hal ini dikarenakan nilai LOD yang kecil
dan rapuhnya tablet akibat laju alir serbuk yang buruk.
Pengujian waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa
lama tablet akan hancur pada kondisi yang menyerupai tubuh manusia. Berdasarkan
FI III, waktu hancur yang baik tidak lebih dari 15 menit. Pada pengujian ini,
didapatkan waktu hancur 1 menit 10 detik atau 70 detik. Hal ini sesuai dengan
persyaratan yang tercantum pada FI III.
VIII.
Kesimpulan
1.
Pembuatan
tablet metode kempa langsung dilakukan dengan cara mencampurkan semua bahan
baku obat (zat aktif dan eksipien) secara homogen, lalu dicetak dengan
menggunakan alat pencetak tablet single
punch dan diperoleh 488 tablet dengan berat rata-rata 190 gram
2.
Uji
quality control yang dilakukan selama pembuatan tablet metode kempa langsung,
yaitu pengujian kemampuan alir, kerapatan dan kemampatan dan susut pengeringan
pada serbuk serta pengujian keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan,
waktu hancur dan friabilitas pada tablet
DAFTAR
PUSTAKA
Andayana, N. 2009. Teori Sediaan Tablet. Tersedia
di : http://www. Pembuat _tablet.html [ diakses tanggal 19 April 2013]
Anonym. 2012.
Sodium Starch Glycolate. Tersedia di: http://www.nbent. com/SSG.htm
[ diakses
tanggal 19 April 2013]
Ansel, H.C., et.al. 1999. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery
System. 7th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 96,
175-178
Chaerunissa, A.Y.,
dkk. 2009. Farmasetika Dasar.
Bandung: Widya Padjadjaran
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hamdani, S.
2012. Menyetarakan Neraca. Tersedia di http://catatankimia.com/ catatan/menyetarakan-neraca.html
[ diakses
tanggal 19 April 2013]
Koesdijanto, D.
2012. Jangka Sorong (Vernier Caliper). Tersedia di: http://yuliarman.polinpdg.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=36:menggunakan-jangka-sorong-vernier-caliper-&catid=13:alat-ukur&Itemid=5
[ diakses
tanggal 19 April 2013]
Lachman L., dkk.
1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press
Lachman, L., dkk.
1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi Ketiga.
Jakarta: UI Press.
Musfikah, A.
2012. Metode Pembuatan Tablet. Tersedia di http://asia-musfika.com/2012/04/metode-pembuatan-tablet.html
[ diakses
tanggal 19 April 2013]
Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical
Technology Fundamental pharmaceutics Third
Edition. USA: Burges Publishing Company.
Pike, R. 2010. Starch Rx 1500.
Tersedia di: http://pubchem.ncbi.nlm.
nih.gov/summary/summary.cgi?cid=24836924 [ diakses
tanggal 19 April 2013]
Robbins, J.
2011. Pengertian Timbangan Digital. Tersedia di: http://www.ziki.com/fr/johnny-robbins+585035/post/pengertian-timbangan-digital+13356181
[ diakses
tanggal 19 April 2013]
Sari, N. P. 2010. Skripsi: Pembuatan dan Karakterisasi Bahan Tablet Vitamin C
Menggunakan Kitosan dan Amylum Manihot sebagai Matriks Melalui Metode Granulasi
Basah. Departemen Kimia Falultas
Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan
Soekemi, R. A.,
dkk. 1987. Tablet. Medan: Mayang Kencana.
Sulaiman. 2007. Perbandingan
Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik Dan Produk Dagang. Tersedia di: http://jurnalfarmasi uiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf
[ diakses tanggal 19 April 2013]
Syamsuni, H.
2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan
Farmasi. Jakarta: EGC
Tim Fisika.
2007. Fisika. Jakarta: Grasindo