I.
Tujuan
1. Melakukan
pemeriksaan fungsi hati melalui pemeriksaan Glutamat Oxaloacetate Transaminase
(GOT)
2. Menginterpretasikan
hasil pemeriksaan yang diperoleh
II.
Prinsip
Glutamat oxaloasetat transaminase atau
aspartat transaminase (ASAT) mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartat
ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan L-glutamat. Kemudian Laktat
dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat menjadi L-malat dengan
mengoksidasi NADH menjadi NAD+
Reaksi :
III.
Teori
Dasar
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas rongga
perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan perut).
Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat,
beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita
lebih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi tidak
berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan
kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai
tiga perempat bagian dan sisanya akan
tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak
hanya sebagian kecil, belum menimbulkan gangguan yang berarti (Wijayakusuma,
2008).
Kapiler
empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan sel-sel
hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati terkena
infeksi virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah
dan empedu bercampur (Wijayakusuma, 2008).
Hati
berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat metabolisme
kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum operasi
terencana (Sabiston, 1992).
Seperti
ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan memiliki lebih dari
500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1. Menampung
darah
2. Membersihkan
darah untuk melawan infeksi
3. Memproduksi
dan mengekskresikan empedu
4. Membantu
menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5. Membantu
metabolisme lemak
6. Membantu
metabolisme protein
7. Metabolisme
vitamin dan mineral
8. Menetralisir
zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9. Mempertahankan
suhu tubuh
(Wijayakusuma, 2008).
Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan
reversible satu gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto
disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama lama yang masih
populer (Saucher dan McPherson, 2002).
Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine aminotransferase(ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin b6 (missal, hemodialysis, malnutrisi) (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam amino ke jalur jalur biokimiawi lai. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, lima, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat menyebabkan peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter. Pngukuran aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Saucher dan McPherson, 2002).
IV.
Alat
Bahan
A.
Alat:
1. Beaker
Glass
2. Kuvet
3. Mikropipet
4. Sentrifugasi
5. Spektrofotometer
6. Syringe
3ml
7. Tabung
Reaksi
B.
Bahan:
1. 2-Oxoglutarate
65 mmol/L
2. L-Aspartate
320mmol/L
3. LDH
(Lactate Dehydrogenase) >1,200 U/L
4. MDH
(Malate Dehydrogenase) >800 U/L
5. NADH
1 mmol/L
6. TRIS
pH 7.65 110 mmol/L
C.
Gambar Alat
Beaker Glass Spektrofotometer
Kuvet Mikro pipet Syringe 3 ml
Sentrifuga Tabung Reaksi
V.
Prosedur
Dipipetkan sample 100
uL kedalam Kuvet, kemudian ditambahkan
1,000 uL Reagen 1. Campuran diinkubasi 5 menit lalu ditambahkan Reagen 2
sebanyak 250 uL. Kemudian diinkubasikan selama 1 menit, lalu diukur absorbansi.
Setelah ukuran absorbansi pertama ditunggu 1 menit dan diukur absorbansinya
lagi, kemudian ditunggu 1 menit lagi lagi dan diukurkan absorbansi terakhir. Selanjutnya dihitung aktivitas
GOT dan GPT pada sampel.
VI.
Data
Pengamatan
Kelompok
|
A1
|
A2
|
A3
|
Δ A1
|
Δ A2
|
Δ A3
|
1
|
0,575
|
0,153
|
0,789
|
0,422
|
0,636
|
0,529
|
0,372
|
0,670
|
0,346
|
0,298
|
0,324
|
0,311
|
|
2
|
0,254
|
0,484
|
0,714
|
0,23
|
0,23
|
0,23
|
0,567
|
0,675
|
0,705
|
0,03
|
0,108
|
0,069
|
|
3
|
0,640
|
0,707
|
0,660
|
0,047
|
0,067
|
0,057
|
0,281
|
0,6220
|
0,394
|
0,228
|
0,341
|
0,2845
|
|
4
|
0,127
|
0,130
|
0,321
|
0,195
|
0,003
|
-0,097
|
0,966
|
0,965
|
0,962
|
0,003
|
0,001
|
0,002
|
VII.
Perhitungan
Sampel
1
Δ A1 = | Δ A2 - Δ A3 | Δ A2 = | Δ A1 - Δ A2 |
=
| 0,130-0,321 | =
| 0,127-0,130 |
=
0,0191 =
0,003
Δ
A = = 0,097 U/l
Aktivitas
GOT = Δ A x 3971
= 0,097 x 3971
= 385 U/l
Sampel 2
Δ
A1 = | Δ A2 - Δ
A3 | Δ A2
= | Δ A1 - Δ A2
|
=
| 0,965-0,962 | =
| 0,966-0,965 |
=
0,003 =
0,001
Δ A =
= 0,002
Aktivitas GOT = Δ
A x 3971
=
0,002 x 3971
= 7,942 U/l
Rata-rata aktivitas GOT = = 196,471 U/l
VIII.
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini dilakukan pengujian pemeriksaan Glutamat Oxaloacetate
Transaminase (GOT). Praktikum ini bertujuan untuk memeriksa fungsi hati dan
menginterpretasikan hasi pemeriksaan yang diperoleh. Berbagai penyakit dan infeksi
dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati, menyebabkan peradangan,
luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah, dan disfungsi hati.
Selain itu, alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun
juga bisa memberikan ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka
akan menimbulkan gejala-gejala seperti jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang, pruritus,
mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah
secara tiba-tiba. Deteksi dini penting dengan diagnosis lebih awal guna
meminimalisir kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya
kerusakan hati adalah dengan memeriksa aktivitas enzim Glutamat
Oxaloacetate Transaminase (GOT) atau Aspartat Aminotransferase (AST) dalam
serum. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila
terjadi kerusakan hati akan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel
sehingga komponen-komponen sitoplasma akan keluar dari sel, dan apabila membran
intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat di
dalamnya juga mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan hal
tersebut, maka peningkatan aktivitas enzim GOT atau AST dalam serum dapat
diukur dan dijadikan salah satu parameter kerusakan fungsi hati.
Namun
enzim Glutamat Oxaloacetate Transaminase (GOT) atau Aspartat Aminotransferase
(AST) tidak hanya terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat dalam otot
jantung, otot rangka, pankreas, ginjal, paru-paru, dan otak. Sehingga, jika
terjadi peningkatan aktivitas enzim GOT tidak hanya mengindikasikan adanya
kerusakan hati, tetapi akan berhubungan dengan adanya kerusakan pada organ
lain. Hal itu yang menyebabkan pemeriksaan SGOT kurang spesifik untuk
mendeteksi kerusakan hati. Lebih baik menggunakan pemeriksaan Serum Glutamat
Pyruvat Transaminase (SGPT) karena enzim GPT hanya terdapat dalam sitoplasma
sel hati.
Tahap
pertama dalam melakukan pemeriksaan GOT adalah memipet sampel serum sebanyak
100 µl dan reagen 1 sebanyak 1000 µl ke dalam kuvet menggunakan mikropipet
dengan skala yang sudah diatur sebelumnya. Pemipetan menggunakan mikropipet
bertujuan supaya diperoleh volume yang lebih akurat karena akurasi mikropipet
ini sangat tinggi. Tip yang digunakan pun harus diperhatikan kebersihannya unuk
meminimalisir kontaminasi yang mempengaruhi absorbansi sampel. Keduanya zat
dicampur dan diinkubasi selama 5 menit dalam suhu ruang. Inkubasi ini dilakukan
agar serum dan reagen bereaksi. Reagen I yang digunakan berisi Tris pH 7,65 110
mmol/liter, L-Aspartat 320 mmol/liter, MDH (Malat Dehidrogenase) 800 U/liter,
LDH (Laktat Dehidrogenase) 1200 U/liter. Tris pH 7,65 dalam reagen I berfungsi
sebagai dapar yang menjaga pH serum selama reaksi pemeriksaan ini supaya
menjaga kestabilan aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif terhadap
perubahan pH. L-Aspartat berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi
L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat Transaminase
(GOT). MDH (Malat Dehidrogenase) dan LDH (Laktat Dehidrogenase) juga merupakan
enzim yang akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan
dari reaksi dengan katalisator GPT tadi.
Setelah
diinkubasi selama 5 menit, campuran dalam kuvet ditambahkan reagen II sebanyak
250 µl. Reagen II yang digunakan ini berisi 2-oxoglutarat 65 mmol/liter dan
NADH 1 mmol/liter. 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Aspartat membentuk
L-glutamat dan oxaloasetat dengan dikatalisis oleh enzim GOT. Enzim GOT ini akan mengkatalisis pemindahan gugus amino pada
L-aspartat ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat membentuk glutamat dan oksalat.
Selanjutnya oksaloasetat direduksi menjadi malat.
Reaksi
tersebut dikatalisis oleh Malat Dehidrogenase (MDH) yang membutuhkan NADH dan H+.
NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+. Banyaknya NADH yang
dioksidasi menjadi NAD+ sebanding dengan banyaknya enzim GOT. Hal
itulah yang akan diukur secara fotometri.
Campuran
yang telah berisi reagen II diinkubasi selama 3 menit agar seluruh reagen
bereaksi sempurna dengan sampel. Pada setiap menitnya diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang 365 nm karena pada
panjang gelombang tersebut, sampel akan memberikan serapan maksimum. Dilakukan
pengukuran dengan menggunakan
spektrofotometer UV/Vis karena mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi,
pengerjaanya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai
spesifisitas yang baik.
Kuvet
dimasukkan ke dalam Spektrofotometer UV/Vis untuk diukur absorbansinya. Namun
sebelumnya dilakukan blanko terlebih dahulu. Pembuatan larutan blanko sama
dengan pembuatan larutan sampel yang akan diuji, tetapi hanya berisi reagen I
dan II tanpa adanya sampel. Blanko ini berfungsi supaya alat spektrofotometer
UV/Vis mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Kemudian setting blank
sehingga ketika pengukuran hanya sampel yang diukur absorbansinya. Setelah itu,
kuvet yang berisi sampel dimasukkan ke tempat kuvet dan diihat absorbansinya
pada layar readout. Kuvet diambil dan diukur lagi setelah interval waktu 1
menit selama 3 menit. Sebelum pengukuran sampel, selalu dilakukan blanko.
Pemeriksaan GOT ini dilakukan duplo untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Selama
proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet
tidak boleh disentuh oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan
melalui bagian bening kuvet. Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh
tangan, maka akan mempengaruhi nilai absorbansi. Hal ini akan memungkinkan
kesalahan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh. Pada
prinsipnya, suatu molekul yang dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada
frekuensi yang sesuai akan menyerap energy dan energi molekul tersebut
ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, sehingga terjadi peristiwa penyerapan
(absorpsi) energi oleh molekul. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang
gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi,
dan jumlah cahaya yang diabsorpsi berbanding lurus dengan konsentrasinya sesuai
hukum lambert-beer. Setelah dilakukan pengukuan aborbansi, data dicatat untuk
dihitung dan diinterpretasikan.
SGOT/AST serum
umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis
atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki : 0 - 37 U/L (suhu inkubasi 37oC)
dan 0-18 U/L (suhu inkubasi 25oC)
Perempuan : 0 - 31 U/L (suhu inkubasi 37oC)
dan 0-15 U/L (suhu inkubasi 25oC)
Kemudian, dilihat
dari hasil data yang didapat, menunjukan bahwa aktivitas GOT yang didapat
adalah 196,471 U/L. Bila sampel yang didapat dari pasien wanita ataupun pria,
angka aktivitas GOT yang didapat > 5 kali nilai rujukan normal. Hal tersebut
menunjukan bahwa ada kemungkinan pasien mengalami kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa.
Selain itu, setelah
dibandingkan dengan nilai GPT yang didapat dari sampel yang sama, didapat bahwa
nila aktivitas GPT>GOT. Dapat diketahui bahwa pasien kemungkinan mengalami
hepatitis akut.
Namun, hasil yang didapat tidak begitu
baik karena hasil pengukuran sampel yang pertama dengan yang kedua berbeda
jauh. Hal ini dapat disebabkan pengukuran absorbansi yang tidak benar karena
kuvet yang seharusnya terisi ½ hingga ¾ volumenya hanya terisi sekitar ¼ nya
dan itu menyebabkan pengukuran menjadi lebih sulit, kurang akurat, dan kurang
merata/sama.
Dalam
pemerikaan fungsi hati, pada
dasarnya tidak ada tes tunggal untuk menegakkan diagnosis. Terkadang
beberapa kali tes berselang diperlukan untuk menentukan penyebab kerusakan
hati. Ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati biasanya tetap berlanjut
secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan terapi atau perjalanan
penyakit. Ada beberapa tes tambahan yang mungkin diperlukan untuk melengkapi
seperti GGT (gamma-glutamyl transferase), LDH (lactic acid dehydrogenase) dan PT (prothrombine time).
IX.
Kesimpulan
1. Pemeriksaan
fungsi hati dapat dilakukan dengan Glutamat Oxaloacetate Transaminase(GOT) dimana sampel direaksikan dengan
reagen dari kit, lalu diukur absorbansi hasil reaksi menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 365 nm
2. Dari
hasil pemeriksaan diperoleh nilai GOT 196,5645 sedangkan nilai GPT 867,6635,
dimana nilai GPT lebih tinggi dibandingkan GOT sehingga dapat disimpulkan
sampel berasal dari pasien dengan hepatitis kronis
DAFTAR PUSTAKA
Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A.
2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal.
Pustaka Bunda. Jakarta.